Sensasi terbang melayang



Biar tubuh sudah tidak muda lagi, keinginan para eksekutif berusia di atas 40 tahun untuk beradu nyali di ajang motocross makin mewabah. Tak cuma di Jakarta, tapi juga di daerah. Padahal, modal hobi ekstrem ini tergolong tidak murah.

Film Ali Topan Anak Jalanan begitu menghipnotis kaum muda di era 1970-an. Topan yang berperawakan sedang dengan rambut gondrong terurai begitu gagah dengan tunggangan motor trail berwarna kuning.

Kala itu, setiap aksi di film yang masuk hitungan fenonemal ini menjadi kiblat kaum adam dalam bergaya. Terutama mengendarai motor trail sebagai aksesori utama.


Lepas akhir pekan, banyak kaum muda Jakarta yang indehoy bersama pasangan dengan si motor jangkung itu. Suara knalpot yang meraum-raum kala menyusuri jalan-jalan di Ibukota yang masih lengang, justru menambah kesan maskulin bagi si pengendara. “Kenangan itu begitu indah,” ucap Heru Swandono, instruktur pilot di PT Garuda Indonesia Tbk sambil menerawang.

Bagi kawula muda, memiliki motor trail kala itu merupakan kebanggaan tersendiri. Maklum, harga motor bertampang sangar ini cukup menguras isi kantong pada saat itu.

Kini, si Ali Topan, yang dulu kerap nge-cross di lintasan berundak-undak sudah beda. Wajah tidak muda lagi. Rambut mulai memutih. Dan, perut pun makin maju ke depan.

Meski tak lagi muda, keinginan menggeber motor trail tidak pernah pudar. Apalagi pekerjaan makin mapan, malah ada yang sudah menjadi pengusaha, membuat hasrat menunggangi kembali teman setia Ali Topan ini tak terbendung.

Heru berkisah, sebetulnya ia sudah kadung suka bersepeda. Olah raga mengayuh ini menjadi salah satu hobi yang banyak disukai orang dewasa, termasuk kalangan eksekutif. Saat mengarungi jalan raya yang belum terlalu banyak sepeda motor, beberapa tahun silam, pria tinggi besar ini terjatuh kena senggol Metromini. “Saya kapok dan kembali ke motocross, deh,” kata Heru terkekeh.

Heru termasuk pelopor kebangkitan motocross, yakni balapan motor trail dengan sirkuit khusus. Di dalam kompleks perumahan Billy Moon, Pondok Kelapa, Jakarta Timur, ia menyulap lahan seluas 4,5 hektare sebagai arena tanding motor trail sejak 2006. Kebetulan, seorang teman rela meminjamkan lahan miliknya itu.

Cuma, lintasan balap motocross tersebut sudah disesuaikan dengan usia si perancang, yakni Heru sendiri. Gundukan tanah yang menjadi ajang untuk terbang dengan motor paling hanya dua meter saja.

Harga seratus juta lebih

Demi hobi, Heru rela mengeluarkan dana hingga Rp 90 juta untuk membangun sirkuit motocross bagi kaum eksekutif ini. Satu unit motor trail oprekan (special engine) sampai ia lego. “Yang disebut eksekutif itu harus berumur 40 ke atas,” kata pria berusia 53 tahun ini.

Saban akhir pekan, kompleks perumahan kelas menengah atas itu kerap mengeluarkan suara menderu dari para eksekutif yang gagah berani mengarungi lintasan Billy Moon Motocross Training Camp Familiy, nama sirkuit ini.

Para eksekutif ini berani tampil garang lantaran sudah mendapat polesan dari Heru. Pasalnya, pendiri Billy Moon Motocross ini sekarang malah lebih banyak bertindak sebagai pelatih motocross.

Kini, anggota Billy Moon Motocross sudah 16 orang. Lumayan banyak. Terdiri dari beragam profesi hingga pengusaha dari Jakarta Timur, Cikarang, hingga Tangerang.

Tak cuma di Jakarta saja, komunitas motocross eksekutif juga sudah merambah daerah lain seperti Bandung. Robert Sumantri, pengusaha suku cadang dan aksesori sepeda motor kerap mengadu nyali bermotor trail ria di sirkuit Punclut, Bandung Utara.

Di sana, puluhan crosser, yang kebanyakan orang berkerah putih, pengusaha, dan ada juga pejabat pemerintah daerah saling beradu keberanian menaklukkan gundukan tanah yang terjal. “Saat kita terbang melayang, sensasinya sungguh luar biasa,” ujar Robert.

Tak heran, pria berusia 43 tahun ini enteng-enteng saja mengeluarkan duit Rp 95 juta untuk membeli Honda CRF 250 terbaru langsung dari Amerika Serikat. Harga motor trail tipe ini relatif lebih murah. Rata-rata para maniak motocross sanggup membeli satu motor trail dengan harga Rp 135 juta.

Kehadiran motor trail mendapat sambutan hangat dari Benny Rachmantio. Akhir tahun lalu, Direktur Pengembangan Proses dan Kemasan PT Tirta Investama, produsen air minum kemasan Aqua, menyambar Kawasaki KLX 150 cc. “Habis beli, saya langsung ngetrek lagi,” kata pria 45 tahun ini.

Setiap hari Minggu, Benny sering melalap lintasan becek dan bergelombang di bilangan Pondok Cabe, Tangerang Selatan. Sesekali, ia berpelesir ke Bandung menyambangi para kolega motorcross di sana. Tujuannya, ya adu taji.

Imbasnya, koleksi sepeda gunung Benny yang ada di garasi rumah jadi nganggur. Soalnya, ia lagi rajin melibas jalan bergelombang dengan motornya. “Saya lagi cari sirkuit di Jakarta, nih,” timpalnya.

Mau bergabung?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari