Sentimen antiplastik masih membayangi industri plastik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri plastik masih memiliki prospek yang cerah. Pasalnya, plastik masih dibutuhkan oleh pelaku industri manufaktur untuk mengemas produk barang jadinya.

Kecenderungan ini dapat dijumpai misalnya pada industri air minum dalam kemasan (AMDK). Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Air Kemasan Indonesia, Rubijanto Pambudi mengatakan bahwa produsen AMDK masih akan memiliki kebutuhan yang besar atas plastik sebagai bahan baku kemasan. Hal ini disebabkan oleh peran plastik sebagai alat kemas yang belum bisa digantikan perannya oleh barang substitusi lain.

“Kalau nasi bungkus kan masih bisa diganti oleh daun bungkusnya, lha kalau air minum kemasan bagaimana, bocor nanti,” ujar Rubijanto sembari bercanda dalam acara sosialisasi Pameran Plastics and Rubber Indonesia 2019, Selasa (5/11).


Baca Juga: Gapkindo: Penurunan produksi karet menekan efisiensi biaya produksi industri

Sejalan dengan adanya kebutuhan tersebut, Sekjen Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono mengatakan konsumsi plastik dalam negeri diperkirakan tumbuh sekitar 5,2% pada tahun ini.

Sebelumnya, Inaplas mencatat konsumsi plastik dalam negeri mencapai 5,8 juta ton di tahun 2018. Dengan asumsi pertumbuhan sebesar 5,2% secara tahunan, maka konsumsi plastik dalam negeri tahun ini berpotensi mencapai 6,10 juta sepanjang tahun 2019.

Fajar mengatakan bahwa potensi kenaikan tersebut dipicu oleh pertumbuhan industri makanan dan minuman yang diproyeksikan bertumbuh sebesar 8% tahun ini. Maklum saja, industri makanan minuman memang merupakan sektor yang memiliki porsi kontribusi paling besar dalam menyerap plastik untuk kebutuhan pengemasan produk, yakni sekitar 60% dalam total serapan produk kemasan plastik.

Baca Juga: Pemerintah berlakukan tarif safeguard atas impor aluminium foil

Tapi, Fajar mencatat bahwa sebagian besar pelaku industri plastik masih cenderung wait and see dan belum mau mengerek kapasitas produksinya. Hal ini dipicu oleh kekhawatiran pelaku industri plastik akan berkembangnya sentimen antiplastik di dalam negeri. Alhasil, sebagian konsumsi plastik dalam negeri dipasok oleh produk plastik impor lantaran pasokan dalam negeri masih belum bisa memenuhi kebutuhan lokal.

“Suplai lokal tadi harus kita dorong untuk mengisi demand tadi, kalau tidak impor barang jadi plastik akan masuk terus,” ujar Fajar kepada Kontan.co.id, Selasa (5/11).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati