Sentimen dalam dan luar negeri tak dukung rupiah



JAKARTA. Hantaman sentimen negatif dalam sepekan ini membuat mata uang garuda terpental. Berdasar kurs tengah BI rupiah dalam sepekan ditutup melemah 0,74% di Rp 9.485 per dollar AS. Sedangkan di pasar spot USD/IDR melemah 0,1% di 9.494. Meski begitu, nilai tukar rupiah di Jumat (27/7) membaik dibandingkan perjalanan dalam sepekan ini.

Kepala Riset Divisi Treasury BNI, Nurul Nurbaeti mengaku banyak sentimen negatif yang menimpa nilai tukar dollar AS. Dalam negeri, hasil lelang surat berharga syariah negara alias sukuk negara yang lebih rendah dari target indikasi pemerintah membuat rupiah anjlok. Investor masih meminta yield tinggi akibatnya, pemerintah tidak menyerap terlalu banyak penawaran. Selain itu, asing juga keluar dari pasar saham.

Belum lagi, adanya kebutuhan importir dari dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan di akhir bulan. “Kebutuhan dollar AS meningkat,” kata Nurul. Tak heran di pekan ini rupiah sempat melemah di Rp 9.509 per dollar AS. Tapi untungnya, BI masih menjaga fluktuasi rupiah agar tidak terlalu melebar.


Analis Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir menambahkan, sentimen dari eksternal karena krisis Eropa banyak menekan pergerakan rupiah. Yunani kemungkinan tidak akan menerima dana bailout. Kenaikan yield surat utang Spanyol dan Italia juga mengancam mata uang euro.

Karena itu, Zulfirman menduga rupiah masih akan melemah hingga pekan depan. Sentimen dari Eropa masih akan memberatkan langkah rupiah untuk menguat. Apalagi ada beberapa rilis data yang menekan seperti data pertumbuhan Spanyol dan data obligasi Italia yang memburuk. Sedangkan dalam negeri, data inflasi Indonesia juga akan ditunggu pasar dan akan menentukan kondisi rupiah.

Zulfirman memprediksi rupiah pekan depan akan bergerak konsolidasi melemah di Rp 9.420 - Rp 9.520 per dollar AS. Proyeksi Nurul, USD/IDR akan melemah di 9.430 - 9.500

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana