Sentimen eksternal membuat rupiah kian tertekan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah menembus level terlemah sejak krisis keuangan tahun 1998. Di pasar spot, rupiah terperosok 0,89% ke level Rp 15.043 per dollar Amerika Serikat (AS). Sedangkan di Jakarta Interbank Spot Dollar (Jisdor), rupiah melemah 0,56% menjadi Rp 14.988 per dollar AS.

"Secara keseluruhan, kurs rupiah paling dalam pelemahannya dibandingkan mata uang lain," ujar analis Valbury Asia Futures Lukman Leong.

Dollar AS menunjukkan penguatan terhadap sejumlah mata uang utama dunia setelah ada kesepakatan pakta perdagangan trilateral baru North American Free Trade Agreement (NAFTA) antara AS, Kanada dan Meksiko. Kesepakatan ini penyelamatan zona perdagangan bebas NAFTA senilai US$ 1,2 triliun.


Kekhawatiran terhadap defisit anggaran Italia yang membengkak juga membuat dollar AS semakin menguat. Di sisi lain para pelaku pasar juga masih menyimpan dollar AS sebagai safe haven currency sebagai imbas dari kondisi perang dagang saat ini.

Lukman menambahkan, kenaikan harga minyak dunia juga berimbas ke rupiah dalam jangka panjang dan menjadi sentimen negatif bagi negara-negara net oil importer. "Secara tidak langsung ini memberi tekanan pada pelebaran defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD)," jelasnya. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) saat ini berada dikisaran US$ 75,39 per barel.

Lukman memprediksikan, kurs rupiah akan cenderung melemah di kisaran Rp 14.975-Rp 15.100 per dollar AS, Rabu (3/10). "Berharap ada intervensi dari pemerintah untuk menekan pelemahan rupiah kali ini," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat