KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah berpeluang menguat terhadap dollar Amerika Serikat pada perdagangan Senin (2/4) besok. Penguatan tersebut didukung oleh meredanya sentimen perang dagang yang melibatkan Amerika Serikat dan China.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Lana Soelistianingsih menyampaikan, rupiah dalam beberapa hari terakhir mulai menunjukan tren penguatan setelah AS dan China berencana melakukan perundingan atas konflik perang dagang yang melibatkan kedua negara.

Meredanya, sentimen eksternal membuat investor asing pelan tapi pasti mulai masuk kembali ke pasar obligasi dan saham Indonesia. Di samping itu, Bank Indonesia juga berperan besar terhadap terjaganya rupiah di tengah terpaan sentimen eksternal.

“BI selalu intervensi dengan membeli obligasi ketika ada pihak lain yang menjualnya sehingga pengaruhnya ke rupiah masih positif,” sebut Lana, Kamis (29/3).

Ke depan, pergerakan rupiah lebih banyak dipengaruhi oleh rilisnya sejumlah data ekonomi AS, salah satunya ISM Manufacturing PMI yang dirilis besok. Selain itu, data inflasi Indonesia untuk bulan Maret juga bisa mempengaruhi pergerakan rupiah pada perdagangan besok.

Di tengah minimnya sentimen eksternal, Lana memperingatkan bahwa pernyataan-pernyataan yang dilontarkan Presiden Donald Trump terkait kebijakan AS sewaktu-waktu bisa saja mengganggu stabilitas rupiah di pasar. “Pernyataan dari Trump sulit diprediksi sehingga pelaku pasar harus hati-hati,” kata Lana.

Besok, Lana memproyeksikan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 13.720 - Rp 13.760 per dollar AS.

Seperti yang diketahui, kurs spot rupiah ditutup di level Rp 13.728 per dollar AS pada Jumat (30/3). Rupiah spot menguat 0,39% terhadap dollar AS selama sepekan terakhir dan menguat 0,27% bila dibandingkan sehari sebelumnya.

Sementara itu, kurs tengah rupiah Bank Indonesia ditutup di level Rp 13.756 per dollar AS hingga Kamis (29/3). Rupiah BI menguat 0,17% terhadap dollar AS selama sepekan terakhir, namun melemah 0,08% bila dibandingkan sehari sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie