Sentimen gangguan arus kas kembali bayangi emiten BUMN konstruksi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Insiden ambrolnya cetakan beton sementara (pier head) tiang tol Becakayu berbuntut panjang. Pemerintah segera memberlakukan moratorium atas seluruh proyek jalan layang (elevated) termasuk light rail transit (LRT).

Efeknya, saham empat emiten BUMN konstruksi pada penutupan perdagangan kemarin, turun cukup dalam. Penurunan terdalam terjadi di saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) sebesar 40 poin atau setara 1,99% ke level Rp 1.970 per saham.

Saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang emitennya menjadi kontraktor proyek tersebut justru hanya menempati posisi kedua dengan penurunan 60 poin atau setara 1,93% ke level Rp Rp 3.050.


Saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI) turun 20 poin atau setara 0,81% ke level Rp 2.460 per saham. Sedang saham PT PP Tbk (PTPP) justru stagnan di level Rp 3.180 per saham.

"Pasar khawatir moratorium itu akan mengganggu cash flow perusahaan," ujar Robertus Yanuar Hardy, Research Analyst Kresna Sekuritas kepada KONTAN, Selasa (20/2). Jika proyek ditunda, pasar khawatir pembayarannya ikut tertunda.

Saham WIKA tergerus paling dalam lantaran perolehan kontrak dari segmen jalan tol dan jembatan paling tinggi dibanding yang lain. Mengutip data perusahaan, perolehan kontrak WIKA dari segmen tersebut mencapai Rp 29,97 triliun atau setara 70% dari total peolehan kontrak per 2017, Rp 42,40 triliun.

WSKT memiliki kontrak dari segmen jalan tol dan jembatan senilai Rp 29,28 triliun atau setara sekitar 49% dari target kontrak 2017 sekitar Rp 60 triliun. Kontrak segmen jalan tol dan jembatan ADHI hanya 12,3% dari kontrak 2017, Rp 17,8 triliun. Sementara, nilai kontrak segmen tersebut untuk PTPP hanya Rp 6,8 triliun atau setara sekitar 18% dari kontrak per November 2017, Rp 37,4 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat