KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tensi geopolitik yang kembali memanas setelah pecah konflik antara Israel vs Iran bakal mewarnai bursa saham usai libur lebaran. Bersamaan dengan sederet sentimen lainnya, imbas konflik Israel vs Iran akan menyetir arah Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG). Pasca libur dan cuti bersama Idul Fitri 8-15 April 2024, IHSG akan bertolak dari posisi 7.286,88. Level ini didapat usai IHSG berfluktuasi cukup kencang dalam peralihan kuartal I ke kuartal II-2024. Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi, Agung Ramadoni memprediksi, IHSG masih bergerak fluktuatif setelah libur panjang lebaran. Apalagi di tengah tekanan eskalasi konflik di Timur Tengah serta penantian pelaku pasar terhadap kejelasan arah kebijakan suku bunga acuan.
Baca Juga: Pendapatan Naik pada Tahun 2023, Begini Rekomendasi Saham Emiten Jalan Tol Agung melihat kemungkinan IHSG bakal terkena tekanan jual dan melemah tipis dalam jangka pendek. Dia memprediksi pada bulan April ini IHSG bakal bergerak dalam rentang
support 7.145-7.200 dan
resistance 7.375-7.400. "Memanasnya konflik antara Iran dan Israel berpotensi membuat investor lebih mencari
asset class yang cenderung aman dan outflow pada pasar saham," kata Agung kepada Kontan.co.id, Minggu (14/4). CEO Edvisor Profina Visindo, Praska Putrantyo menambahkan, dampak dari konflik Iran vs Israel yang merembet pada ketegangan di Timur Tengah bisa berdampak signifikan. Terlebih jika menyulut lonjakan harga komoditas energi, seperti efek saat krisis Rusia vs Ukraina. Secara umum, kondisi ini berpotensi mendorong kenaikan inflasi global. Sekaligus kembali menunda pemangkasan suku bunga acuan untuk waktu yang lebih lama. Tingginya inflasi juga menimbulkan spekulasi perlambatan ekonomi dan pelemahan kurs.
Baca Juga: Usai Libur Lebaran, Simak Trading Plan dan Rekomendasi Saham dari Ajaib Sekuritas Dalam skenario tersebut, Praska menaksir pasar saham akan bergerak
sideways hingga akhir semester I-2024. Pelaku pasar akan terlebih dulu menunggu rilis kinerja emiten dan perkembangan isu geopolitik di Timur Tengah yang rawan memantik lonjakan harga komoditas energi. Sentimen lain yang mengiringi adalah penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Kurs rupiah sempat lunglai hingga di ambang Rp 16.000 per dolar AS. Dus, Praska memprediksi pada pekan pertama setelah libur lebaran, IHSG berpeluang melemah pada kisaran 7.135-7.268. Dalam skenario pesimistis jika inflasi kembali memanas, Praska menaksir IHSG bisa ambles hingga ke level 6.887. "Perkiraannya banyak diwarnai
profit taking di awal perdagangan serta potensi terjadi transaksi jual bersih dari investor asing, merespons berbagai katalis dan rilis data ekonomi yang terjadi sepanjang libur Lebaran," ungkap Praska.
Baca Juga: Rekomendasi Saham Jagoan Analis Usai IHSG Berfluktuasi pada Awal Kuartal II Sementara itu, Analis Stocknow.id Emil Fajrizki melihat secara historis berkaca dari tahun lalu, IHSG dan nilai transaksi bergerak naik cukup tinggi pasca Idul Fitri. Menurut Emil, transaksi di bursa saham berpotensi ramai kembali setelah libur lebaran tahun ini, sehingga berpeluang mengerek naik IHSG. Secara teknikal, Emil melihat penguatan tersebut dimungkinkan usai IHSG menguat cukup signifikan dua hari menjelang libur lebaran. Hanya saja, Emil turut memberikan catatan bahwa pasca lebaran kali ini IHSG akan diwarnai sejumlah sentimen penting. Mulai dari tensi geopolitik, tekanan pada kurs rupiah, hingga keputusan Mahkamah Konstitusi terkait sengketa Pemilihan Presiden yang akan membawa sentimen kepastian politik di dalam negeri. "Juga ada yang perlu diwaspadai, seperti bursa Wall Street yang turun cukup signifikan selama bursa Indonesia libur," kata Emil.
Baca Juga: Ini 10 Saham Top Losers dan 10 Saham Top Laggard IHSG Sepekan Periode 1-5 April 2024 Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto sepakat, peluang bagi IHSG menguat pasca libur lebaran masih terbuka. Menurut William, ada antusias dari investor maupun para trader untuk kembali aktif bertransaksi setelah libur panjang. William memprediksi pergerakan IHSG ada di rentang 7.130-7.400. "Market juga sudah jenuh jual, penguatan bisa berlanjut setelah liburan. Transaksi bisa sedikit turun, ini sering terjadi setiap tahun dan hanya di awal-awal saja," ungkap William. Posisi investor asing berpeluang melanjutkan capital outflow, sejalan dengan pelemahan rupiah. Namun, William melihat ada dorongan dari sentimen eksternal, terutama penguatan harga komoditas emas dan minyak.
Baca Juga: 4 Saham Prajogo Pangestu Mengerek IHSG Saat Saham Big 4 Banks Tumbang Strategi Investasi & Rekomendasi Saham William melanjutkan, ketegangan geopolitik di Timur Tengah bisa membawa sentimen positif bagi saham di sektor komoditas, terutama minyak. Secara umum, situasi global dan bursa saham saat ini bisa dimanfaatkan untuk strategi
buy on weakness. Namun jika sulit mengejar
buy on weakness pada saham-saham komoditas, maka William menyarankan untuk
trading buy. Rekomendasi sahamnya PT Medco Energi Internasional Tbk (
MEDC), PT Merdeka Copper Gold Tbk (
MDKA), PT AKR Corporindo Tbk (
AKRA), PT Elnusa Tbk (
ELSA), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (
ITMG), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO) dan PT Bukit Asam Tbk (
PTBA).
Sedangkan Emil menyarankan untuk memilah saham-saham berfundamental kuat dan posisi teknikal yang potensial. Sektor yang menarik dicermati adalah energi, infrastruktur dan barang baku. Emil menyodorkan saham MDKA, MEDC, PT Jasa Marga (Persero) Tbk (
JSMR), PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (
TKIM) dan PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (
INKP). Praska memilah saham minyak dan gas serta batubara. Kemudian sektor barang konsumsi primer dan non-primer, serta saham telekomunikasi. Saran dia, cermati peluang
buy on weakness pada PT Astra International Tbk (
ASII), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (
INDF) PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (
TLKM) PT Barito Pacific Tbk (
BRPT) dan PT Petrosea Tbk (
PTRO). Sementara Agung menjagokan saham dari sektor yang terkait dengan komoditas seperti MEDC, ELSA, MDKA, ADRO, ITMG, PT Vale Indonesia Tbk (
INCO) dan PT Trimegah Bangun Persada Tbk (
NCKL). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati