Sentimen negatif menyelimuti batubara



JAKARTA. Harga komoditas batubara terus menunjukkan pelemahan sejak awal pekan ini. Koreksi tersebut terjadi seiring melemahnya harga minyak mentah dunia. Analis memperkirakan trend pelemahan itu masih akan berlanjut hingga pekan depan.

Mengutip Bloomberg, harga batubara pengiriman Maret di ICE Futures Exchange pada penutupan perdagangan Selasa (7/2) tercatat melemah 1,67% ke level US$ 79,65 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Sedangkan jika dilihat selama sepekan, harganya telah terkoreksi sekitar 2,98%.

Deddy Yusuf Siregar, analis PT Asia Tradepoin mengatakan sama halnya dengan batubara, harga minyak mentah kontrak pengiriman Maret pun mengalami penurunan sejak awal pekan ini. Koreksi harga minyak sendiri sudah dimulai pada Jumat (3/2) pekan lalu.


Jika saat itu harganya masih bertengger di level US$ 53,83 per barel, kini harganya sudah terkoreksi ke level US$ 51,72 per barrel. “Kalau harga minyak mengalami pelemahan, harga komoditas batubara juga turut kena imbasnya,” terangnya.

Minyak mengalami koreksi lantaran dibayangi kenaikan produksi di AS. Energy Information Administration (EIA) memperkirakan produksi minyak AS pada tahun 2018 akan mencapai 9,3 juta barel per hari. Sedangkan tahun 2017 berada di kisaran 9 juta barel per hari atau naik dari produksi tahun lalu yakni 8,9 juta barel per hari.

Kata Deddy sampai sekarang ini harga batubara juga sedang berada di bawah tekanan karena penurunan permintaan dan produksi China. Selain dihadapkan permintaan yang cukup rendah selama musim dingin, permintaan batubara diperkirakan juga akan semakin terkikis dalam pengembangan proyek energi terbarukan.

Di antara 3 jenis pembangkit listrik yang dikembangkan China yaitu termal, hydro dan nuklir kini permintaan batubara di sektor hydro pun mulai berkurang. Bahkan pembangkit hydro saat ini sudah tidak lagi berproduksi. Padahal selama ini pembangkit listrik hydro telah memberi kontribusi 10% pada produksi listrik di China.

“Walaupun saat ini China menerapkan pembatasan produksi yang berpeluang mengkerek harga, tetapi dengan adanya penurunan permintaan ini membuat harga semakin tertekan,” terangnya.

Perdana Menteri China Li Keqiang menargetkan dalam 3-5 tahun ke depan produksi batubara bisa turun menjadi 800 juta ton. Pemerintah telah membatalkan rencana pembangunan 85-100 pembangkit listrik batubara. Tahun 2016 kemarin produksi batubara sudah turun lebih dari 2,5 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto