KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah gempuran sentimen negatif yang menerjang pasar saat ini, Kepala Riset OCBC Sekuritas Indonesia Budi Rustanto masih memasang sikap
bullish terhadap emiten berbasis komoditas emas dan nikel. Sikap
bullish ini tidak terlepas dari potensi naiknya harga emas saat resesi ekonomi mencuat. Pilihan emas sebagai
safe haven cenderung meningkat di kala sentimen resesi menyerang. Di sisi lain, prospek nikel didorong bukan hanya karena segmen industri baja anti karat atau
stainless, tetapi juga dengan prospek pengembangan kendaraan listrik alias
electric vehicle (EV).
Untuk emiten emas, Budi memilih saham PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM). Dia menilai, saham emiten pelat merah ini sudah mengalami koreksi yang dalam. Di sisi lain, harga penjualan emas ANTM juga cenderung meningkat.
Baca Juga: Investor Bisa Lirik Saham Sektor Consumer dan Ritel Jelang Ramadan Sementara PT Vale Indonesia Tbk (
INCO) menjadi emiten pilihan di sektor tambang Nikel. Sementara untuk batubara, Budi menilai prospeknya akan cukup suram tahun ini.
“Harus berhati-hati terhadap batubara karena sedang
trading down. Ke depan batubara juga akan tergantikan dengan energi baru terbarukan (EBT). Pada 2030 ekspansi PLTU akan dilarang, sementara pada 2060
zero carbon,” kata Budi dalam acara OCBC NISP Business Forum 2023, Selasa (21/3). Secara umum, Budi memperkirakan pasar saham tanah air masih bisa bertumbuh saat ini, sejalan dengan kenaikan
gross domestic product (GDP). Dia memperkirakan,
earning per share (EPS) IHSG berpeluang tumbuh 10%-12% tahun ini.
Baca Juga: Sejumlah Emiten Miliki DER Tinggi, Begini Rekomendasi Sahamnya Sejumlah sentimen masih membayangi pasar saham. Misalkan kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed. Budi menilai, sejak kasus Silicon Valley Bank (SVB), The Fed sudah menunjukkan penurunan sikap
hawkish.
“The Fed berhati-berhati, jika agresif dampaknya signifikan ke perbankan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi