Sentimen perang dagang masih mendominasi pasar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hari ini Rabu (3/7), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun tajam di akhir perdagangan. Mengutip RTI, indeks turun 1,96% atau 112,833 poin ke level 5.633,933.

Tercatat 343 saham memerah, dan hanya 65 saham yang menghijau. Sisanya 95 saham stagnan. Hal ini diduga karena mengantisipasi perang dagang antara Amerika Serikat dan China pada 6 Juli nanti.

Analis senior Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar mengatakan, faktor lain yang menyebabkan IHSG turun tajam yaitu pelaku pasar merespon negatif arah pergerakan rupiah yang kembali melemah secara signifikan, meskipun BI menaikkan rate 100bps.


Hal ini yang membuat IHSG juga ikut koreksi. "Efek perang dagang juga masih mendominasi sentimen eksternal," katanya, Selasa (3/7).

Ia juga memprediksi bahwa hingga 6 Juli nanti pasar akan turun secara fluktuatif, tapi kecenderungan melemah.

"Jika ada penguatan, mungkin itu hanya teknikal rebound atau ada sentimen pendingin kala tekanan eksternal dan internal lagi mendominasi pergerakan IHSG," imbuhnya.

Sedangkan kondisi pasar setelah tanggal 6 Juli, ia memprediksi bahwa secara garis besar akan menurun.

"Perhatian pasar akan tertuju sama kinerja perusahaan di kuartal II di mana akan dirilis pada bulan Juli ini," tandasnya.

William juga memprediksi level bottom IHSG pada bulan ini masih tertekan. "Bottom pertama kita ada di level 5530," lanjutnya.

Namun, ia menyarankan agar para investor tak usah panik dengan penurunan IHSG. William menyarankan agar investor mampu memanfaatkan momentum untuk akumulasi beli emiten yang prospektif, undervalued, dan memiliki rasio utang terhadap modal yang rendah dan mampu mengantisipasi kegagalan bayar utang atau membayar bunga yang terlalu tinggi.

Sedangkan untuk dampak perang dagang AS dan China terhadap komoditas seperti batubara dari AS, William bilang dampaknya sangat minim. "Karena batubara bukan fokus item yang akan terkena dampak signifikan jika perang dagang akan terealisasi," ujarnya.

Sebaliknya untuk barang-barang dari China tergantung pada tanggal 6 Juli nanti. "Kita belum bisa lihat detail, karena bisa saja keputusan berubah nanti. saya rasa kita lihat saja hasilnya nanti kalau sudah terealisasi," tambahnya.

Kalau untuk dampak ke bursa, William bilang itu hanya sentimennya namun sifatnya menyeluruh.

"Intinya begini, kalau perang dagang terealisasi, otomatis kedua negara tersebut akan mencari sumber pasar baru. Salah satunya Indonesia yang tinggi angka konsumsinya. Hal ini membuat Indonesia akan dibanjiri produk-produk kedua negara tersebut, yang akhirnya membuat neraca dagang kita kembali defisit, dan nilai mata uang kembali tertekan," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto