KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa saham berbasis
environmental social governance (ESG) di Indonesia semakin marak di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini disebabkan karena adanya sentimen perlambatan ekonomi global dan perekonomian China yang terus mengalami perlambatan sehingga menurunkan harga komoditas. Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan, untuk sementara waktu ini, karena komoditas mengalami penurunan, rotasi sektor pun dilakukan. Meskipun begitu, tentu komoditas masih tetap menarik. “Komoditas tentu masih menarik, dengan cara dengan dapat mencermati komoditas yang masih stabil harganya juga yang memiliki prospek-prospek menarik dengan menawarkan kenaikan harga di masa depan nanti,” kata Nico kepada Kontan, Minggu (13/8).
Baca Juga: Emiten Mengebut Serapan Belanja Modal Menurut dia, penurunan dan kenaikan suatu harga tidak selalu harus ada penyebab-nya, karena daya tarik pelaku pasar dan investor, dan masing masing punya target investasi dan kalkulasi sendiri. Secara umum, saham PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) memang mengikuti mobilitas aktivitas yang terjadi saat ini, di mana pandemi telah berakhir. Peningkatan mobilitas tentu mendorong masyarakat menggunakan kegiatan bermotor dalam kegiatannya. Hal ini tentu saja menjadi salah satu poin yang menarik untuk saham AUTO dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) yang memang mendapatkan sentimen positif karena pandemi telah berakhir. Peningkatan pengiriman logistik juga mendorong JSMR merasakan kinerja yang positif. PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) sejak Covid kemarin, banyak masyarakat yang mulai menaruh perhatian lebih kepada kesehatan. Sehingga hal ini pun turut berdampak terhadap kinerja dari rumah sakit yang mulai pulih sehingga banyak pasien yang mulai berkunjung secara langsung ke rumah sakit. “Biar bagaimanapun, teknologi yang menawarkan kunjungan dokter melalui
video call memang dapat mengurangi kunjungan ke rumah sakit tapi untuk penyakit tertentu dan masyarakat tentu masih jauh lebih senang untuk bertemu dengan dokter secara langsung untuk diperiksa kesehatannya. Sehingga hal ini memberikan pilihan yang lebih banyak kepada masyarakat untuk memilih,” tambah Nico. SILO yang mulai mendorong penerapan teknologi di dalam sistem rumah sakit-nya bahkan mencatatkan kinerja yang positif di mana pendapatan tumbuh 19,77% secara
Year on Year (YoY) atau Rp 5,28 triliun. Untuk semester I-2023 saja, pendapatan SILO mencatat Rp 4,4 triliun. Semakin banyak masyarakat yang datang ke rumah sakit, ini mulai terlihat di mana pendapatan rawat jalan tumbuh 15,68% atau Rp 2,26 triliun, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Return Reksadana ESG Melampaui IHSG Sedangkan untuk PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), bank yang mencatatkan
all time high ini punya daya tarik yang tinggi. Stabilitas pemulihan ekonomi yang mendorong meningkatnya aktivitas transaksi karena ditopang oleh daya beli dan konsumsi yang terjaga, tentu menjaga pertumbuhan kredit untuk tetap tumbuh meskipun agak melambat.
“Dukungan
segmented customer yang menarik, telah menjaga kinerja dari tumbuhnya kredit tersebut, sehingga tentu saja BMRI dan bank buku 4 besar lainnya merasakan manisnya situasi dan kondisi yang ada saat ini,” kata Nico. Sementara untuk PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk (DGNS), karena adanya penurunan pendapatan bersih hingga 26.7% pada semester I-2023 kemarin, sehingga laba bersih DGNS menjadi Rp 7,7 miliar. Alhasil, DGNS mengalami penurunan dari sebelumnya pada tahun 2022 dengan periode yang sama Rp 10,4 miliar. Nico merekomendasikan saham PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) dengan target harga Rp 3.650, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dengan target harga Rp 7.650, PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) dengan target harga Rp 4.650, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dengan target harga Rp 1.750, dan PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) dengan target harga Rp 2.200. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .