JAKARTA. Harga Surat Utang Negara (SUN) di pasar sekunder pada perdagangan Jumat (22/1) diproyeksi sejumlah analis berpotensi terangkat. Angin segar cerahnya harga SUN bersumber dari membaiknya situasi pasar saham dunia. Pada Kamis (21/1), rata-rata harga obligasi pemerintah yang tercermin pada INDOBeX Government Clean Price naik 0,17% dibandingkan hari sebelumnya ke level 106,04. Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra memproyeksikan, harga SUN di pasar sekunder berpeluang menguat. Katalis positif bersumber dari situasi pasar keuangan global. Made berujar, pada perdagangan kemarin, indeks saham global mengalami penguatan seiring dengan membaiknya harga minyak dunia yang sudah turun dalam beberapa hari terakhir. Kenaikan indeks harga saham juga didorong oleh rencana Bank Sentral Eropa untuk meninjau kebijakan moneter mereka pada pertemuan bulan Maret 2016. "Ini sebagai respons atas gejolak yang terjadi di pasar keuangan serta prospek pertumbuhan ekonomi dan angka inflasi yang semakin memburuk. Pada pertemuan kemarin, Bank Sentral Eropa mempertahankan suku bunga acuan di level 0,05%," tukasnya.
Sentimen positif global dorong harga SUN
JAKARTA. Harga Surat Utang Negara (SUN) di pasar sekunder pada perdagangan Jumat (22/1) diproyeksi sejumlah analis berpotensi terangkat. Angin segar cerahnya harga SUN bersumber dari membaiknya situasi pasar saham dunia. Pada Kamis (21/1), rata-rata harga obligasi pemerintah yang tercermin pada INDOBeX Government Clean Price naik 0,17% dibandingkan hari sebelumnya ke level 106,04. Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra memproyeksikan, harga SUN di pasar sekunder berpeluang menguat. Katalis positif bersumber dari situasi pasar keuangan global. Made berujar, pada perdagangan kemarin, indeks saham global mengalami penguatan seiring dengan membaiknya harga minyak dunia yang sudah turun dalam beberapa hari terakhir. Kenaikan indeks harga saham juga didorong oleh rencana Bank Sentral Eropa untuk meninjau kebijakan moneter mereka pada pertemuan bulan Maret 2016. "Ini sebagai respons atas gejolak yang terjadi di pasar keuangan serta prospek pertumbuhan ekonomi dan angka inflasi yang semakin memburuk. Pada pertemuan kemarin, Bank Sentral Eropa mempertahankan suku bunga acuan di level 0,05%," tukasnya.