Sentimen Risk On di Pasar Bakal Mengangkat Rupiah Pekan Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah masih berpotensi menguat pada pekan ini. Sentimen risk on di pasar menjadi pendorongnya.

Pekan lalu, nilai tukar rupiah cenderung menguat sebesar 0,87% ke Rp 16.138 per dolar Amerika Serikat (AS). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ditutup menguat 1,1% ke level 7.331 dan yield SUN 10 tahun ditutup turun 11bps ke level 6,95% dalam sepekan.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, hal tersebut dipengaruhi oleh pelemahan kinerja dolar AS terhadap mata uang utama. "Terindikasi dari indeks dolar (DXY) yang selama sepekan ini melemah 0,36% dan sudah berada di bawah level 105," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (14/7).


Pelemahan DXY didorong oleh faktor rilis data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan serta respons intervensi pemerintah Jepang terhadap Yen Jepang. Indeks Harga Konsumen (IHK) AS pada Juni 2024 mencatat deflasi sebesar 0,1% MoM, lebih rendah dibandingkan ekspektasi konsensus yang memperkirakan inflasi sebesar 0,1% MoM. Perubahan IHK bulanan juga lebih rendah dibandingkan IHK Mei 2024 yang tercatat 0,0% MoM.

Deflasi pada Juni 2024 merupakan deflasi pertama sejak tahun 2020. Secara tahunan, inflasi AS turun menjadi 3,0% YoY, di bawah perkiraan sebesar 3,1% YoY dan lebih rendah dari inflasi tahunan pada bulan Mei 2024 sebesar 3,3% YoY.

Baca Juga: Rupiah Melemah ke Rp 16.158 pada Senin (15/7) Setelah Menguat 8 Hari Beruntun

Inflasi inti juga tercatat menurun menjadi 3,3% YoY dari 3,4% YoY. Data IHK yang lebih rendah dari perkiraan menunjukkan perkembangan disinflasi yang konsisten di AS, meningkatkan kemungkinan penurunan suku bunga pada September 2024, sehingga semakin mendorong sentimen risk-on di pasar.

"Investor terus mempertahankan ekspektasi mereka mengenai dua kali penurunan suku bunga kebijakan pada tahun 2024," paparnya.

Pekan ini, pelaku pasar akan mencermati rilis beberapa data ekonomi seperti PDB China kuartal II 2024, neraca perdagangan Indonesia dan Keputusan RDG BI, retail sales AS, inflasi Eropa dan rapat ECB.

Neraca perdagangan bulan Juni 2024 diperkirakan surplus US$ 4,05 miliar dari bulan sebelumnya surplus US$ 2,93 miliar. Sementara BI diperkirakan akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan BI rate di level 6,25% pada RDG bulan Juli ini.

"Perkiraan rentang rupiah di kisaran Rp 16.100 per dolar AS-Rp 16.200 per dolar AS," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati