Sentimen suku bunga acuan Bank Indonesia, tidak berpengaruh signifikan ke IHSG



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) akan berlangsung pekan ini. Rapat yang membahas arah kebijakan moneter ke depan itu salah satunya akan menetapkan suku bunga acuan BI-7DRRR. Adapun untuk saat ini, suku bunga acuan BI berada di level 4,5%.

Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, pasar sebenarnya berekspektasi agar suku bunga acuan diturunkan. Akan tetapi menurut dia, BI masih akan mempertahankan suku bunga acuan  di level sama. "Bank Indonesia belum melihat urgensi untuk menurunkan suku bunga tersebut," ungkap Nico kepada Kontan.co.id, Senin (15/6).

Baca Juga: Wall Street tertekan infeksi baru di China dan AS


Menurut Nico, BI sebenarnya masih memiliki ruang untuk memotong suku bunga acuan hingga 25 poin. Akan tetapi penurunan tingkat suku bunga acuan itu akan dilakukan ketika situasi dan kondisi mulai stabil, di antaranya jumlah pasien pandemi Covid-19 terkendali dan daya beli masyarakat membaik.

Walaupun berekspektasi adanya pemotongan suku bunga acuan, pasar akan memahami jika BI masih akan mengambil langkah normatif dengan mempertahankan suku bunga acuan itu. Dampaknya ke IHSG, lanjut Nico, pergerakannya akan cenderung flat, tidak jauh berbeda dengan yang terjadi selama ini.

"Selama IHSG tidak bergerak menyentuh 4.690, indeks masih punya peluang menguat. Kalau indeks menyentuh 4.690 besar kemungkinan akan melemah hingga 4.500," kata Nico.

Baca Juga: Rupiah berpeluang melemah pada Selasa (16/6) karena sejumlah penyebab berikut

Kalaupun pekan ini BI memutuskan untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan, Nico memprediksi pasar akan menggeliat, sehingga kemungkinan besar IHSG akan naik. Akan tetapi kenaikan itu hanya bersifat sementara, karena masih dibayangi oleh sentimen negatif jumlah pasien pandemi Covid-19.  

Tidak jauh berbeda, Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani menjelaskan, penurunan suku bunga acuan memang akan menjadi stimulus untuk pasar modal. Akan tetapi jika penurunannya terlalu signifikan maka berpotensi terjadi outflow dari pasar obligasi dan juga pasar modal.

Selain itu, penurunan suku bunga acuan hanya akan menjadi katalis positif sesaat bagi pergerakan pasar. Untuk jangka menengah dan panjang, penurunan suku bunga acuan hanya akan menahan penurunan, tidak bisa mengangkat pasar. "Jadi saya rasa keputusan mempertahankan suku bunga kita cukup baik," kata Hendriko kepada Kontan.co.id, Senin (15/6).

Baca Juga: IHSG mulai menghijau, efektifkah penanganan gejolak bursa oleh BEI?

Untuk sentimen suku bunga, lanjut Hendriko, sebenarnya di level ini saat ini sudah cukup baik melihat selisih yield yang cukup besar dibanding negara-negara lain.

Sekadar informasi, Bank Indonesia sudah mempertahankan suku bunga acuan di level 4,5% sejak bulan Maret 2020. Di bulan Februari, suku bunga ini berada di 4,75%. Sementara di awal tahun 2020, suku bunga acuan BI ada di level 5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati