Sentra batu alam: Bisa juga pesan patung (3)



Sentra batu alam di kawasan Pulomas, Jakarta Timur diramaikan sekitar 35 pedagang. Selain para pedagang, sentra ini juga menjadi ladang penghidupan bagi para pemahat patung. Umumnya, mereka bekerja berdasarkan order dan tidak terikat pada satu kios saja. Seperti yang dilakukan oleh Darius Arya Dipa, seorang pemahat patung batu yang mengaku sering mendapatkan order dari beberapa kios di sentra ini.Darius mengaku, sudah mendapat order membuat patung sejak 20 tahun silam. "Sejak sentra ini masih sepi dan hanya ada beberapa kios," kata pria berusia 60 tahun ini.Menurut Darius, mayoritas patung yang dipajang di beberapa kios merupakan hasil karyanya. Oleh pemilik kios, patung-patung tersebut hanya dijadikan contoh produk dan tidak dijual. Bila ada yang memesan baru dibuatkan.Darius bilang, ia mampu membuat bermacam patung dengan berbagai karakter. Mulai dari hewan, seperti kuda, gajah, rusa, naga, dan dinosaurus, hingga patung berbentuk manusia yang tampilannya disesuaikan dengan keinginan pelanggan seperti arca. "Ukurannya pun bisa dipilih mulai kecil hingga yang sesuai dengan aslinya," tandasnya.Menurutnya, pembuatan patung tersebut bisa memakan waktu hingga dua minggu. Bahkan, bisa lebih lama bila pelanggan menginginkan patung tersebut memiliki relief kontemporer dan menarik.Konsumennya, kata Darius, kebanyakan perusahaan untuk dijadikan hiasan taman kantor ataupun menjadi landmark sebuah kawasan komplek perumahan. Kebanyakan pelanggan memesan patung dari batu alur candi yang didatangkan dari berbagai daerah, seperti Cirebon, Sukabumi, hingga Flores. Harga jual patung itu bervariasi. Untuk ukuran kecil dibanderol Rp 1 juta-Rp 2, sedangkan ukuran besar mencapai Rp 15 juta. Selain di kawasan Pulomas, ia juga kerap mendapat pesanan dari berbagai tempat tempat penjualan batu alam di kawasan Senayan dan Depok. Sistemnya kerjanya, ia bermitra dengan para pemilik kios"Tak jarang saya juga mendapat order langsung dari pelanggannya," jelasnya.Dalam sebulan, ia bisa mendapat order minimal empat patung dengan berbagai ukuran. Dari pekerjaannya ini, Darius mengantongi pendapatan Rp 50 juta setiap bulan. Perajin lainnya adalah Dwi Witono. Beda dengan Darius, ia fokus membuat ukiran batu paras Jogja. Pria yang akrab disapa Tono ini juga bukan pekerja lepas seperti Darius. Keahliannya itu hanya dia manfaatkan di satu kios tempatnya bekerja, yakni kios Sanggar Karya Mandiri.Ia mengaku, bekerja dengan sistem bagi hasil dengan pemilik kios. "Nanti laba setelah bahan baku dibagi dua," katanya. Dari profesinya ini, Dwi mengaku bisa meraup pendapatan hingga jutaan rupiah per bulan. Lantaran menjanjikan, banyak orang berdatangan ke sentra ini untuk melamar menjadi perajin batu paras. Herman, pengelola kios Arsitektur Batu Alam Indah mengakui peran para pemahat patung batu cukup besar dalam usaha ini.Ia bilang, setiap kios pasti memiliki para perajin yang terlatih dan terampil membuat patung batu. "Jadi tak ada istilah harus pelatihan lagi," kata Herman. n(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi