Batu alam merupakan salah satu material yang sering digunakan dalam membangun rumah. Selain untuk mempercantik interior rumah, batu alam juga banyak diaplikasikan untuk memperindah bagian eksterior rumah. Nah, seiring maraknya pembangunan properti, permintaan terhadap batu alam pun terus meningkat di pasaran. Di Jakarta sendiri terdapat beberapa sentra batu alam. Salah satunya berada di Jalan Lenteng Agung, Jakarta Selatan.Untuk mengakses kawasan ini tidak sulit. Dari Pasar Minggu, Anda tinggal naik angkot sekali menuju Lenteng Agung. Lokasinya tidak jauh dari stasiun kereta api Tanjung Barat. Setelah stasiun tersebut, Anda sudah bisa melihat deretan pedagang batu alam tepat di samping rel kereta api. Sanusi, pemilik CV Taman Telaga Kautsar bilang, sentra penjualan batu alam di Lenteng Agung sudah ada sejak tahun 1998. Para pedagang di kawasan ini kebanyakan pindahan dari kawasan Lebak Bulus. Awalnya, hanya dua pedagang yang pindah dan mendirikan sentra baru di Lenteng Agung. Belakangan, banyak pedagang lain yang ikut merelokasi usahanya ke kawasan ini.“Daerah ini strategis karena di pinggir jalan dan sering dilewati orang. Sekarang sudah lebih 20 kios didirikan di sini,” kata dia.Di kiosnya ia menjual aneka batu alam, seperti batu andesit yang dihargai Rp 120 ribu per meter. Selain menjual secara ritel, ia juga kerap mendapat order membuat taman. Dalam sebulan, ia menerima tiga sampai empat order pembuatan taman. Tarif pembuatan taman ini dipatok Rp 750.000 per meter. Tarif itu sudah termasuk pengadaan batu alam. Ia mengaku, omzet dalam sebulan mencapai puluhan juta. Pedagang batu alam lainnya, Nana Suryana mengaku, dulunya berjualan batu alam di Lebak Bulus. Setelah berkembang, ia menyerahkan kios di Lebak Bulus kepada orangtuanya. Sementara, ia pun ikut pindah dengan rekan-rekannya ke Lenteng Agung.Di kiosnya, ia banyak menjual batu andesit. “Yang paling banyak dibeli batu andesit karena anti lumut. Kalau dirata-ratakan dalam sehari, saya bisa jual 20 meter – 100 meter khusus batu andesit saja,” ujar Nana.Pedagang lainnya, Saripudin mengaku, telah membuka kios batu alam di Jalan Raya Lenteng Agung sejak tahun 1998. Ia mengaku, sebagai orang pertama yang mendirikan kios penjualan batu alam di kawasan ini. "Saya dulu pindah dari Cirebon dan buka kios batu alam di sini," ujarnya.Saripudin juga menjual aneka batu alam, seperti batu andesit, batu palimanan, batu Sukabumi, dan batu paras Jogja. Ia mengatakan, dari bisnis ini omzetnya dalam sebulan mencapai Rp 200 juta, dengan laba bersih sekitar 15%. n(Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sentra batu alam Lenteng Agung: Ada sejak 1998 (1)
Batu alam merupakan salah satu material yang sering digunakan dalam membangun rumah. Selain untuk mempercantik interior rumah, batu alam juga banyak diaplikasikan untuk memperindah bagian eksterior rumah. Nah, seiring maraknya pembangunan properti, permintaan terhadap batu alam pun terus meningkat di pasaran. Di Jakarta sendiri terdapat beberapa sentra batu alam. Salah satunya berada di Jalan Lenteng Agung, Jakarta Selatan.Untuk mengakses kawasan ini tidak sulit. Dari Pasar Minggu, Anda tinggal naik angkot sekali menuju Lenteng Agung. Lokasinya tidak jauh dari stasiun kereta api Tanjung Barat. Setelah stasiun tersebut, Anda sudah bisa melihat deretan pedagang batu alam tepat di samping rel kereta api. Sanusi, pemilik CV Taman Telaga Kautsar bilang, sentra penjualan batu alam di Lenteng Agung sudah ada sejak tahun 1998. Para pedagang di kawasan ini kebanyakan pindahan dari kawasan Lebak Bulus. Awalnya, hanya dua pedagang yang pindah dan mendirikan sentra baru di Lenteng Agung. Belakangan, banyak pedagang lain yang ikut merelokasi usahanya ke kawasan ini.“Daerah ini strategis karena di pinggir jalan dan sering dilewati orang. Sekarang sudah lebih 20 kios didirikan di sini,” kata dia.Di kiosnya ia menjual aneka batu alam, seperti batu andesit yang dihargai Rp 120 ribu per meter. Selain menjual secara ritel, ia juga kerap mendapat order membuat taman. Dalam sebulan, ia menerima tiga sampai empat order pembuatan taman. Tarif pembuatan taman ini dipatok Rp 750.000 per meter. Tarif itu sudah termasuk pengadaan batu alam. Ia mengaku, omzet dalam sebulan mencapai puluhan juta. Pedagang batu alam lainnya, Nana Suryana mengaku, dulunya berjualan batu alam di Lebak Bulus. Setelah berkembang, ia menyerahkan kios di Lebak Bulus kepada orangtuanya. Sementara, ia pun ikut pindah dengan rekan-rekannya ke Lenteng Agung.Di kiosnya, ia banyak menjual batu andesit. “Yang paling banyak dibeli batu andesit karena anti lumut. Kalau dirata-ratakan dalam sehari, saya bisa jual 20 meter – 100 meter khusus batu andesit saja,” ujar Nana.Pedagang lainnya, Saripudin mengaku, telah membuka kios batu alam di Jalan Raya Lenteng Agung sejak tahun 1998. Ia mengaku, sebagai orang pertama yang mendirikan kios penjualan batu alam di kawasan ini. "Saya dulu pindah dari Cirebon dan buka kios batu alam di sini," ujarnya.Saripudin juga menjual aneka batu alam, seperti batu andesit, batu palimanan, batu Sukabumi, dan batu paras Jogja. Ia mengatakan, dari bisnis ini omzetnya dalam sebulan mencapai Rp 200 juta, dengan laba bersih sekitar 15%. n(Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News