Desa Kuncen di Kabupaten Klaten adalah salah satu sentra produksi emping melinjo. Lebih dari 100 perajin memproduksi emping melinjo dengan peralatan yang masih sederhana. Marak sejak 1980-an, Sumini membawa keberhasilan usaha emping melinjo sehingga ditiru penduduk desa.Klaten adalah salah satu kabupaten yang terletak di antara Yogyakarta dan Surakarta atau Solo. Selain terkenal sebagai salah satu lumbung padi di Provinsi Jawa Tengah, Klaten juga memiliki produk unggulan lain, yaitu emping melinjo.Sentra produksi emping melinjo di Klaten terletak di Desa Kuncen, Kecamatan Ceper. Dari ibu kota kabupaten, Kuncen berada sekitar 10 kilometer ke arah Solo. Cukup mudah untuk menemukan lokasi sentra pembuatan emping melinjo ini, letaknya cukup strategis berada di pinggir sebelah kiri Jalan Raya Yogya-Solo. Di Desa Kuncen, kurang lebih ada 100 perajin emping melinjo. Mereka memproduksi emping di rumahnya masing-masing dengan menggunakan peralatan tradisional dan sederhana.Walau menjadi sentra industri emping melinjo, kondisi Desa Kuncen tak jauh beda dibandingkan dengan desa lain di Jawa Tengah. Hanya saja, di rumah-rumah penduduk biasanya memiliki bagian lain untuk memproduksi emping melinjo.Tempat produksi tersebut dibuat semi permanen dari anyaman bambu serta berlantai tanah. "Membuat emping melinjo menjadi kegiatan sehari-hari," kata Tri Wijilestari, salah satu perajin emping, sambil terus sibuk menjemur emping basah di atas anjang atau anyaman bambu. Hampir di seluruh pinggir jalan Desa Kuncen, berjejer anjang berukuran 1 meter (m) x 1 m. Anjang tersebut dipakai untuk menjemur melinjo yang sudah digepengkan. Kegiatan produksi emping melinjo di sentra ini memang masih dilakukan secara rumahan atau home industry. Para perajin masih mengandalkan anggota keluarga inti untuk membuat emping. Kalau pun mempekerjakan karyawan, biasanya mereka hanya merekrut tetangga sendiri.Seperti keempat karyawan Tri yang semuanya masih tetangga dekat. Mereka memproduksi rata-rata 30 kg emping melinjo tiap hari. Dengan harga jual per kilogram mencapai Rp 28.000 sampai Rp 29.000, menurut Tri, perajin emping di Desa Kuncen rata-rata bisa mengantongi omzet lebih dari Rp 20 juta setiap bulan.Omzet yang diraih para perajin cukup membantu ekonomi masyarakat yang kebanyakan bergantung pada pertanian. "Usaha ini bisa dikerjakan di sela-sela kesibukan bertani," ujar Tri. Bahkan untuk mendukung perkembangan usaha pembuatan emping melinjo, saat ini para perajin emping melinjo mendirikan kelompok usaha emping melinjo bernama Mekar Sari.Tri menceritakan, usaha pembuatan emping melinjo Desa Kuncen mulai marak tahun 1980-an. Saat itu ada salah satu warga yang berhasil berbisnis emping melinjo, namanya Sumini. Sebelum mendirikan usaha sendiri, Sumini dulunya merupakan karyawan pabrik pembuatan emping di Solo. "Saya capek jadi pekerja, akhirnya saya putuskan berhenti dan membuat emping sendiri," ujar Sumini.Sumini mengajak para tetangganya untuk membantu membuat emping. Melihat keberhasilan Sumini membuat dan memasarkan emping melinjo sendiri, banyak masyarakat desa mengikuti. Karena itulah kebanyakan perajin emping melinjo Desa Kuncen dulunya adalah pekerja Ibu Sumini. "Saya dulunya juga hanya pekerja biasa," kata Inuk Saminem, salah satu perajin di Desa Kuncen. Ia memutuskan untuk memulai usaha sendiri setelah beberapa tahun berselang bekerja di Ibu Sumini. Walaupun jumlah pengusaha emping melinjo di Desa Kuncen semakin bertambah, namun tiap perajin memiliki pangsa pasar sendiri-sendiri. Contohnya Tri, setiap satu minggu sekali ia mengirim emping melinjo mentah ke pasar-pasar di Klaten. Ada 10 pelanggan yang siap untuk menampung produksi emping Tri dengan permintaan bervariasi mulai 10 kg hingga 40 kg. "Kita tidak ada rebutan lahan," ungkapnya.Bahkan menurut Tri, jika ada warga yang produksinya berlebih, antar perajin saling bantu penjualan. Sebab, dengan jumlah produksi yang terbatas, permintaan permintaan di pasaran banyak. (Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sentra emping Klaten: Emping berkembang berkat usaha Sumini (1)
Desa Kuncen di Kabupaten Klaten adalah salah satu sentra produksi emping melinjo. Lebih dari 100 perajin memproduksi emping melinjo dengan peralatan yang masih sederhana. Marak sejak 1980-an, Sumini membawa keberhasilan usaha emping melinjo sehingga ditiru penduduk desa.Klaten adalah salah satu kabupaten yang terletak di antara Yogyakarta dan Surakarta atau Solo. Selain terkenal sebagai salah satu lumbung padi di Provinsi Jawa Tengah, Klaten juga memiliki produk unggulan lain, yaitu emping melinjo.Sentra produksi emping melinjo di Klaten terletak di Desa Kuncen, Kecamatan Ceper. Dari ibu kota kabupaten, Kuncen berada sekitar 10 kilometer ke arah Solo. Cukup mudah untuk menemukan lokasi sentra pembuatan emping melinjo ini, letaknya cukup strategis berada di pinggir sebelah kiri Jalan Raya Yogya-Solo. Di Desa Kuncen, kurang lebih ada 100 perajin emping melinjo. Mereka memproduksi emping di rumahnya masing-masing dengan menggunakan peralatan tradisional dan sederhana.Walau menjadi sentra industri emping melinjo, kondisi Desa Kuncen tak jauh beda dibandingkan dengan desa lain di Jawa Tengah. Hanya saja, di rumah-rumah penduduk biasanya memiliki bagian lain untuk memproduksi emping melinjo.Tempat produksi tersebut dibuat semi permanen dari anyaman bambu serta berlantai tanah. "Membuat emping melinjo menjadi kegiatan sehari-hari," kata Tri Wijilestari, salah satu perajin emping, sambil terus sibuk menjemur emping basah di atas anjang atau anyaman bambu. Hampir di seluruh pinggir jalan Desa Kuncen, berjejer anjang berukuran 1 meter (m) x 1 m. Anjang tersebut dipakai untuk menjemur melinjo yang sudah digepengkan. Kegiatan produksi emping melinjo di sentra ini memang masih dilakukan secara rumahan atau home industry. Para perajin masih mengandalkan anggota keluarga inti untuk membuat emping. Kalau pun mempekerjakan karyawan, biasanya mereka hanya merekrut tetangga sendiri.Seperti keempat karyawan Tri yang semuanya masih tetangga dekat. Mereka memproduksi rata-rata 30 kg emping melinjo tiap hari. Dengan harga jual per kilogram mencapai Rp 28.000 sampai Rp 29.000, menurut Tri, perajin emping di Desa Kuncen rata-rata bisa mengantongi omzet lebih dari Rp 20 juta setiap bulan.Omzet yang diraih para perajin cukup membantu ekonomi masyarakat yang kebanyakan bergantung pada pertanian. "Usaha ini bisa dikerjakan di sela-sela kesibukan bertani," ujar Tri. Bahkan untuk mendukung perkembangan usaha pembuatan emping melinjo, saat ini para perajin emping melinjo mendirikan kelompok usaha emping melinjo bernama Mekar Sari.Tri menceritakan, usaha pembuatan emping melinjo Desa Kuncen mulai marak tahun 1980-an. Saat itu ada salah satu warga yang berhasil berbisnis emping melinjo, namanya Sumini. Sebelum mendirikan usaha sendiri, Sumini dulunya merupakan karyawan pabrik pembuatan emping di Solo. "Saya capek jadi pekerja, akhirnya saya putuskan berhenti dan membuat emping sendiri," ujar Sumini.Sumini mengajak para tetangganya untuk membantu membuat emping. Melihat keberhasilan Sumini membuat dan memasarkan emping melinjo sendiri, banyak masyarakat desa mengikuti. Karena itulah kebanyakan perajin emping melinjo Desa Kuncen dulunya adalah pekerja Ibu Sumini. "Saya dulunya juga hanya pekerja biasa," kata Inuk Saminem, salah satu perajin di Desa Kuncen. Ia memutuskan untuk memulai usaha sendiri setelah beberapa tahun berselang bekerja di Ibu Sumini. Walaupun jumlah pengusaha emping melinjo di Desa Kuncen semakin bertambah, namun tiap perajin memiliki pangsa pasar sendiri-sendiri. Contohnya Tri, setiap satu minggu sekali ia mengirim emping melinjo mentah ke pasar-pasar di Klaten. Ada 10 pelanggan yang siap untuk menampung produksi emping Tri dengan permintaan bervariasi mulai 10 kg hingga 40 kg. "Kita tidak ada rebutan lahan," ungkapnya.Bahkan menurut Tri, jika ada warga yang produksinya berlebih, antar perajin saling bantu penjualan. Sebab, dengan jumlah produksi yang terbatas, permintaan permintaan di pasaran banyak. (Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News