Sentra Gemblong Kuningan: Berdiri tahun 1999 (1)



Kabupaten Kuningan, Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak sentra produksi penganan. Selain terkenal memiliki sentra produksi tape ketan, dan tahu, Kuningan juga memiliki sentra produksi gemblong.

Penganan ini sejenis keripik yang terbuat dari singkong yang sudah dijadikan tepung terlebih dahulu. Sentra produksi gemblong ini berada di Kelurahan Citangtu, Kecamatan Kuningan, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Di kelurahan ini, ada lebih dari 30 produsen gemblong, baik skala kecil maupun besar. Gemblong bahkan menjadi industri rumah tangga. Ada yang membangun rumah produksi di samping atau di belakang tempat tinggal mereka.


KONTAN menyambangi sentra Desember 2012 lalu. Sarkam, salah seorang produsen gemblong, mengatakan sentra gemblong di daerah ini sudah ada sejak tahun 1999. Sarkam merupakan salah seorang produsen pioner kelahiran sentra ini.

Awalnya, hanya beberapa warga yang membuat gemblong. "Tapi, sejak tahun 2004, banyak orang yang membuat gemblong," ujarnya.

Dalam sehari, Sarkam bisa memproduksi sebanyak 60 kilogram hingga 1 kuintal singkong yang dibeli dalam bentuk tepung. Dari hasil tersebut, ia bisa menjual gemblong sebanyak 70 kg per hari dengan harga Rp 16.000 hingga Rp 17.000 per kilogram. Dalam sehari, ia bisa meraup omzet Rp 1,2 juta.

Ibu Sabda, produsen gemblong di tempat yang sama menceritakan, sentra pembuatan gemblong di daerah ini mulai ramai sejak tahun 2005. Sebelumnya, gemblong belum begitu dikenal, tapi karena peminat gemblong banyak, sebagian besar penduduk di Citangtu menjadi tertarik memproduksi gemblong.

Dalam sehari, Sabda bisa memproduksi sebanyak 1 kuintal gemblong. Penganan itu diproduksi di rumah produksi miliknya yang terletak di samping rumah. Di tempat ini, terdapat sebuah bangunan semi permanen yang menggunakan papan sebagai dinding.

Dibantu beberapa orang karyawan, Sabda bisa memproduksi gemblong sebanyak 80 kilogram per hari dengan omzet penjualan lebih dari Rp 1 juta sehari. "Saya biasa menjual ke pasar," ujarnya.

Pengalaman sama diungkapkan Ibu Utik. Dalam sehari, ia bisa memproduksi sebanyak 50 kilogram tepung singkong untuk dijadikan gemblong. Ia dibantu dua orang karyawan, dan menghasilkan omzet di atas Rp 500.000 per hari.

Namun, agar usahanya ini berjalan lancar, Utik juga meminta bantuan tetangga yang tidak memiliki pekerjaan tetap untuk ikut membuat gemblong di rumah mereka masing-masing. Untuk cara ini, ia cukup memberikan upah.

Sementara, bahan baku dan tahap penggorengan dilakukan sendiri oleh Utik di rumah produksi miliknya. Kini gemblong menjadi pencaharian utama mayoritas warga Citangtu.            (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri