Selain terkenal dengan aneka sentra kuliner, Kabupaten Kuningan juga memiliki beberapa sentra produk kerajinan. Salah satunya sentra kerajinan golok. Sentra ini terletak di Desa Taraju, Kecamatan Sindangagung, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Di sini terdapat 28 pandai besi yang secara rutin memproduksi perkakas pertanian, seperti golok, sabit, cangkul dan kapak. Dari pusat pemerintahan daerah, sentra ini berada sekitar 15 kilometer ke arah timur. Begitu memasuki desa ini, Anda akan langsung mendengar riuh suara pukulan martil beradu dengan baja.
KONTAN menyambangi sentra ini akhir Desember 2012. Para pandai besi bekerja di gubuk-gubuk yang difungsikan sebagai rumah produksi. Di salah satu gubuk, misalnya, terdapat empat orang lelaki bermandikan peluh tengah asyik menghantamkan martilnya pada selembar baja panas. Satu orang memegang baja yang merah menyala itu dengan memakai alat pejepit, sementara tiga orang lainnya secara bergantian memukul baja itu berkali-kali. Sarja, salah seorang pandai besi yang sudah lebih dari 30 tahun memproduksi golok di sentra ini bilang, kerajinan golok di desanya sudah ada sejak zaman leluhurnya. "Sejak saya lahir sudah ada," ujar pria 60 tahun ini. Meskipun menghasilkan pelbagai alat pertanian, tapi daerah ini lebih dikenal sebagai penghasil golok Taraju. Sarja mengaku, tidak tahu persis kapan produksi golok di desanya ini pertama sekali berlangsung. Tapi berdasarkan cerita yang menyebar di masyarakat, pembuatan golok di sini sudah berlangsung sejak abad ke-18, atau pada zaman penjajahan Belanda. Konon, keahlian membuatan golok diturunkan dari Ki Samandullah, bangsawan pelarian Cirebon. Ia melawan Belanda dengan cara mengajari warga membuat senjata. Dari situlah keahlian membuat golok menyebar di masyarakat Taraju. Dengan dibantu tiga karyawannya. Sarja bisa memproduksi 150 golok per hari. Golok itu masih dalam bentuk kasar, belum diperhalus dengan kikir dan diberi gagang. Golok buatannya dibanderol Rp 15.000 per buah. Maka dalam sehari, ia bisa meraup omzet sebesar Rp 2,25 juta. Pandai besi lainnya, Suwanda fokus membuat sabit. Ia mewarisi keahlian itu dari orang tua.
Sebelumnya, ia lama menjadi karyawan di sejumlah pandai besi. Baru lima tahun terakhir, ia menjadi pandai besi. "Menjadi pandai besi harus punya pengalaman," ujarnya. Dengan dibantu empat karyawan, Suwanda bisa memproduksi 100 sabit per hari. Dengan harga Rp 20.000 per buah, ia bisa meraup omzet Rp 2 juta per hari. Perajin lainnya, Rawing mengaku sudah terjun ke usaha pembuatan golok sejak 1980-an. Ia mewarisi usaha ini dari kakeknya. Saat ini, ia memproduksi 60 golok per hari. Harga jualnya Rp 15.000 - Rp 25.000 per buah. (Bersambung) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Havid Vebri