Persaingan dagang tidak cuma terjadi antar-sesama penjual di sentra gorden Cipadu, Tangerang. Pedagang lain di luar sentra yang berani menawarkan harga lebih miring juga menjadi pesaing. Itu sebabnya, untuk memenangkan pertempuran dan menarik pembeli, pedagang di dalam sentra menciptakan model-model baru.Bermacam model gorden tersedia di sentra gorden Cipadu. Di sini, dengan uang Rp 500.000, pembeli bisa mendapatkan model dan bahan gorden yang ciamik dengan ukuran 10 meter persegi plus aksesorinya. Perinciannya, gorden seharga Rp 25.000 per meter, batang trek gorden Rp 35.000 per meter, dalaman trek Rp 15.000 per buah, tali pengikat atau tazel Rp 35.000 per buah, dan pengait atau hook Rp 10.000 per biji.Dengan menawarkan harga yang lebih murah ketimbang pusat penjualan tirai lainnya di Jakarta dan sekitarnya, banyak pembeli menyerbu sentra gorden Cipadu. Contoh, Datuk Bandaro Kayo, pemilik Happy Decor, yang punya seabrek pelanggan. "Minimal omzet Rp 90 juta per bulan," katanya.Pelanggannya, Datuk mengungkapkan, kebanyakan adalah pedagang gorden dari luar kota, termasuk Makassar dan Jayapura. "Jarang ada warga sekitar yang memesan di Happy Decor," ujar dia. Biasanya pedagang dari luar kota yang menjadi pelanggan Datuk datang saat akhir pekan atau hari libur nasional.Menurut Datuk, ketimbang dua toko gorden miliknya di kawasan Blok M dan Fatmawati, Jakarta Selatan, gerai yang ada di Cipadu lebih laris. "Paling menguntungkan," ungkap pria yang juga mempunyai toko gorden di kota Kuala Lumpur, Malaysia, itu.Datuk tidak sedang jual kecap. Tengok saja pengakuan Ahmad Taupik, pemilik Rizki Jaya Abadi. Walau baru memulai usaha di sentra gorden Cipadu pada 2009 lalu, ia sudah mampu mengantongi pendapatan rata-rata Rp 30 juta per bulan. "Kadang dalam sehari jumlah pesanan bisa sampai Rp 3 juta hingga Rp 5 juta, meski kadang juga tidak ada," katanya. Dari total omzet itu, ia mengaku mendapat untung bersih sebesar 20%.Hanya, pelanggan Ahmad lebih banyak merupakan kontraktor yang memesan gorden untuk perumahan yang mereka bangun. "Dalam 3 bulan-4 bulan, mereka akan datang kembali untuk memesan," tuturnya. Sama persis dengan Ahmad, Maulana Rizky, adik pemilik Wira Jaya Decor, bilang, toko milik abangnya meraup omzet rata-rata Rp 30 juta rupiah perbulan dengan marjin sebesar 20%. Maulana bercerita, untuk toko kecil, satu order pembuatan gorden senilai Rp 500.000 tiap hari saja sudah membikin mereka bahagia. Namun, "Untuk pedagang lama dan besar, pesanan kurang dari 10 sudah membuat bingung," katanya.Semuanya sepakat, pesanan paling ramai datang menjelang Lebaran. Saat itu, tiap hari, selalu ada pesanan yang masuk. Bahkan, Ahmad menyatakan, ia bisa mendekap omzet hingga Rp 40 juta seminggu pada musim itu.Selain bersaing dengan penjual di dalam sentra, pendagang di pusat penjualan gorden yang terletak di Jalan K.H. Wahid Hasyim, Tangerang ini juga harus berebut pembeli dengan pedagang di luar sentra. "Pesaing utama pedagang di sentra ini justru pedagang gorden di luar sentra," ungkap Maulana menghela napas.Pedagang gorden di luar sentra, menurut Maulana, sejatinya tidak berada di lokasi strategis karena terletak di gang-gang kecil. Tapi yang paling mengkhawatirkan, modal yang dimiliki pedagang gorden di luar sentra sangat kuat, sehingga mempunyai mempunyai banyak stok dan sering membanting harga, jauh di bawah harga yang ditawarkan pedagang di sentra.Sementara, persaingan harga antarpedagang di dalam sentra sangat tipis. "Beda harga antara satu toko dengan toko lainnya paling-paling hanya Rp 5.000,” ujar Datuk. Makanya, para pedagang di sentra gorden Cipadu lebih melahirkan model-model baru untuk menarik pembeli. Datuk, misalnya, membuat gorden dengan motif gelombang. Ia mengklaim sebagai penemu motif tersebut. "Memang yang lain akan meniru, tapi kita sudah untung duluan" tutur Datuk dengan bangga. (Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sentra gorden Cipadu: Bersaing di dalam dan luar sentra (2)
Persaingan dagang tidak cuma terjadi antar-sesama penjual di sentra gorden Cipadu, Tangerang. Pedagang lain di luar sentra yang berani menawarkan harga lebih miring juga menjadi pesaing. Itu sebabnya, untuk memenangkan pertempuran dan menarik pembeli, pedagang di dalam sentra menciptakan model-model baru.Bermacam model gorden tersedia di sentra gorden Cipadu. Di sini, dengan uang Rp 500.000, pembeli bisa mendapatkan model dan bahan gorden yang ciamik dengan ukuran 10 meter persegi plus aksesorinya. Perinciannya, gorden seharga Rp 25.000 per meter, batang trek gorden Rp 35.000 per meter, dalaman trek Rp 15.000 per buah, tali pengikat atau tazel Rp 35.000 per buah, dan pengait atau hook Rp 10.000 per biji.Dengan menawarkan harga yang lebih murah ketimbang pusat penjualan tirai lainnya di Jakarta dan sekitarnya, banyak pembeli menyerbu sentra gorden Cipadu. Contoh, Datuk Bandaro Kayo, pemilik Happy Decor, yang punya seabrek pelanggan. "Minimal omzet Rp 90 juta per bulan," katanya.Pelanggannya, Datuk mengungkapkan, kebanyakan adalah pedagang gorden dari luar kota, termasuk Makassar dan Jayapura. "Jarang ada warga sekitar yang memesan di Happy Decor," ujar dia. Biasanya pedagang dari luar kota yang menjadi pelanggan Datuk datang saat akhir pekan atau hari libur nasional.Menurut Datuk, ketimbang dua toko gorden miliknya di kawasan Blok M dan Fatmawati, Jakarta Selatan, gerai yang ada di Cipadu lebih laris. "Paling menguntungkan," ungkap pria yang juga mempunyai toko gorden di kota Kuala Lumpur, Malaysia, itu.Datuk tidak sedang jual kecap. Tengok saja pengakuan Ahmad Taupik, pemilik Rizki Jaya Abadi. Walau baru memulai usaha di sentra gorden Cipadu pada 2009 lalu, ia sudah mampu mengantongi pendapatan rata-rata Rp 30 juta per bulan. "Kadang dalam sehari jumlah pesanan bisa sampai Rp 3 juta hingga Rp 5 juta, meski kadang juga tidak ada," katanya. Dari total omzet itu, ia mengaku mendapat untung bersih sebesar 20%.Hanya, pelanggan Ahmad lebih banyak merupakan kontraktor yang memesan gorden untuk perumahan yang mereka bangun. "Dalam 3 bulan-4 bulan, mereka akan datang kembali untuk memesan," tuturnya. Sama persis dengan Ahmad, Maulana Rizky, adik pemilik Wira Jaya Decor, bilang, toko milik abangnya meraup omzet rata-rata Rp 30 juta rupiah perbulan dengan marjin sebesar 20%. Maulana bercerita, untuk toko kecil, satu order pembuatan gorden senilai Rp 500.000 tiap hari saja sudah membikin mereka bahagia. Namun, "Untuk pedagang lama dan besar, pesanan kurang dari 10 sudah membuat bingung," katanya.Semuanya sepakat, pesanan paling ramai datang menjelang Lebaran. Saat itu, tiap hari, selalu ada pesanan yang masuk. Bahkan, Ahmad menyatakan, ia bisa mendekap omzet hingga Rp 40 juta seminggu pada musim itu.Selain bersaing dengan penjual di dalam sentra, pendagang di pusat penjualan gorden yang terletak di Jalan K.H. Wahid Hasyim, Tangerang ini juga harus berebut pembeli dengan pedagang di luar sentra. "Pesaing utama pedagang di sentra ini justru pedagang gorden di luar sentra," ungkap Maulana menghela napas.Pedagang gorden di luar sentra, menurut Maulana, sejatinya tidak berada di lokasi strategis karena terletak di gang-gang kecil. Tapi yang paling mengkhawatirkan, modal yang dimiliki pedagang gorden di luar sentra sangat kuat, sehingga mempunyai mempunyai banyak stok dan sering membanting harga, jauh di bawah harga yang ditawarkan pedagang di sentra.Sementara, persaingan harga antarpedagang di dalam sentra sangat tipis. "Beda harga antara satu toko dengan toko lainnya paling-paling hanya Rp 5.000,” ujar Datuk. Makanya, para pedagang di sentra gorden Cipadu lebih melahirkan model-model baru untuk menarik pembeli. Datuk, misalnya, membuat gorden dengan motif gelombang. Ia mengklaim sebagai penemu motif tersebut. "Memang yang lain akan meniru, tapi kita sudah untung duluan" tutur Datuk dengan bangga. (Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News