Sentra jamur Cilamaya: Produksi turun karena andalkan metode lama (2)



Produksi jamur merang petani di Desa Krasak, Cilamaya, Karawang, terus merosot. Selama bertahun-tahun mereka belajar sendiri dengan mengandalkan metode turun temurun. Penurunan disebabkan minimnya sentuhan pemerintah dan tidak adanya metode tanam baru.Prospek budi daya jamur merang yang bagus ternyata tidak diimbangi dengan peningkatan produksi. Bahkan, produksi para petani jamur merang di Desa Krasak, Cilamaya, Karawang mengaku terus mengalami penurunan. Dengan mengandalkan pengetahuan bertanam jamur secara otodidak, para petani terus bertahan dengan metode tanam tradisional turun temurun. “Walaupun ada bantuan penyuluhan dari pemerintah tetapi sangat jarang,” ucap Sardi, Ketua Gabungan Petani Jamur Mandiri di Cilamaya. Sardi mengaku, selama 18 tahun membudidayakan jamur merang, metode yang digunakannya tidak pernah berubah. Karena itu, dia berharap ada metode baru dalam membudidayakan jamur merang. Apalagi, "Produksi kami selama lima tahun terakhir mengalami penurunan,” katanya.Menurut Sardi, petani jamur merang Cilamaya, diuntungkan dengan kemudahan mendapatkan merang atau jerami. Namun selebihnya harus berusaha sendiri untuk bisa bertahan.Penurunan produksi juga dirasakan oleh Ichsan, salah seorang petani jamur merang di Desa Krasak. Menurutnya, jika dulu per kubung mampu memproduksi empat kuintal sekali panen, saat ini hanya mampu menghasilkan tiga kuintal saja.Sedangkan Asnawi, petani jamur merang lainnya hanya mampu memproduksi 2,5 kuintal tiap panen per kubung. “Saya belum pernah panen lebih dari itu, tetapi kalau kurang sering,” ujarnya.Karena itulah Sardi, Ichsan, dan Asnawi berharap pemerintah memperhatikan nasib mereka. Perhatian itu terutama dengan memberikan penyuluhan cara bertanam jamur merang yang benar, atau memberikan pengetahuan metode tanam baru yang bisa meningkatkan produksi. “Biasanya orang yang diutus pemerintah bukan orang yang tepat, tidak mengetahui soal budi daya jamur merang,” ucap Asnawi. Karena tidak mendapatkan apa yang dibutuhkan, para petani jamur merang di sentra yang terletak di jalan alternatif menuju Cirebon ini lebih sering belajar sendiri. Mereka harus belajar dari pengalaman untuk bisa bertahan. "Jika tidak belajar usaha kita akan cepat gulung tikar. Sudah banyak petani yang tutup karena produksinya menurun,” ujar Asnawi.Metode budi daya jamur merang yang dipakai oleh petani masih sederhana. Tahap pertama adalah pengomposan. Tahap ini dilakukan dengan merendam jerami selama empat jam dan penaburan kapur sebanyak 5 kilogram (kg) dan dedak seberat 50 kg.Penaburan itu dilakukan untuk mempercepat pembusukan. Setelah itu, jerami ditutup dengan terpal atau plastik tidak tembus cahaya selama tujuh sampai sembilan hari. Jerami yang telah busuk kemudian dipindah ke atas rak-rak dalam kubung.Kubung dan jerami yang tertata rapi kemudian dipanaskan atau pasteurisasi dengan uap air panas selama 12 jam. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan tiga drum berisi air. Drum dipasang pipa untuk mengalirkan panas. Proses pemanasan ruangan dan media tanam jamur merang berhenti sampai suhu dalam kubung sekitar 70 derajat Celcius. "Agar ruangan kubung dan media tanam bebas dari spora cendawan liar dan mikroorganisme pengganggu," kata Sardi.Setelah dipanaskan benih jamur kemudian di tebar diatas jerami. Dalam proses ini, petani wajib dalam keadaan bersih sebelum menebar benih. Ini dimaksudkan agar bibit tidak terkontaminasi.Setelah benih ditebar, kubung ditutup rapat agar tidak terkena matahari dan tidak dan tidak ada bakteri yang masuk. Lalu dilakukan penyiraman selama tiga sampai lima hari berturut-turut. Pengecekan rutin setiap hari juga perlu dilakukan untuk mengawasi agar tidak ada hama pengganggu, seperti tikus. Panen dilakukan setelah 40 hari. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi