Sentra kambing yang berharap lahan permanen (4)



Para pedagang kambing di sentra penjualan kambing Babelan, Bekasi Utara, belum merasa nyaman berusaha di sana. Mereka khawatir suatu saat lapak dagangannya yang menempati lahan parkir di Pasar Babelan akan digusur pihak pengelolanya. Untuk mengatasi masalah itu, para pedagang kerap memindahkan lokasi usahanya ke lokasi yang dianggap strategis dan mendatangkan rezeki.Sentra penjualan kambing di Babelan, Bekasi utara, telah beroperasi sejak lama, yaitu sekitar tahun 1980-an. Namun, hingga kini para penjual kambing di sana masih tergolong pedagang nomaden alias berpindah-pindah.Pasalnya, para pedagang kambing di sentra tersebut kerapkali berpindah-pindah lokasi usaha, kendati masih di sekitar Babelan. Sebelum menempati lahan parkir proyek Pasar Babelan, para pedagang pernah membuka lapak di depan markas Koramil dan kantor Kecamatan Babelan. Para pedagang harus menempuh langkah tersebut agar bisa terus melakukan aktivitas usahanya. Pasalnya, para pedagang yang berjumlah sekitar 50 orang itu mengkhawatirkan, suatu saat kelak lapaknya bakal tergusur. Ini bisa terjadi bila Pasar Babelan yang masih setengah jadi itu mulai berjalan. "Bisa saja kami disuruh pindah lagi, karena ini kan lahan parkiran Pasar Babelan," kata Uwik, seorang pedagang di sentra itu. Kondisi ini cukup ironis, karena perputaran uang di sentra penjualan kambing itu cukup cepat. Di sentra ini bisa terjual sekitar 300 ekor kambing dalam dua hari penjualan, yakni pada hari Kamis dan Minggu. Dengan mematok harga seekor kambing Rp 1 juta, nilai omzet penjualan di sentra itu bisa mencapai Rp 300 juta. "Omzet Rp 300 juta itu menjadi bukti bahwa sentra kambing Babelan cukup dikenal pelanggan," ujar Jayadi, pedagang dari Muarabakti, Babelan. Padahal, tempat usahanya belum permanen. Menurut Jayadi, sentra kambing di Babelan bukan hanya kesohor di seantero Bekasi, tapi juga di Jakarta, seperti Pulo Gadung dan Tanjung Priok. Wajar bila para pedagang sentra ini berharap bisa berusaha di lokasi yang permanen. Bahkan, Ramin, pedagang asal Kampung Kedaung, Babelan, bilang, para pedagang mau membayar biaya administrasi yang dikenakan oleh pengurus pasar. Misalnya, biaya untuk kebersihan bekas pakan dan kotoran kambing. "Minimal kami diberi lahan tetap dulu, tidak perlu langsung bangunannya," tandas dia. Saat ini, dalam menjalani rutinitas usahanya, para pedagang di sentra ini selalu mengeluarkan biaya operasional Rp 40.000 per hari. Rinciannya, Rp 25.000 untuk sewa lapak dan Rp 5.000 untuk parkir mobil bak kepada pengurus pasar, serta Rp 10.000 biaya kuli angkut. Senada dengan Uwik dan Ramin, Minas, pedagang dari Kayuringin, Bekasi, juga mengaku siap memenuhi semua syarat administrasi dan teknis yang diwajibkan pengelola pasar. Syaratnya, para pedagang diberikan lokasi usaha yang permanen di dekat Pasar Babelan. "Kalau bisa kami diberi lahan di pinggir jalan untuk memudahkan keluar masuk kendaraan angkut kambing," ujar Minas. Asal tahu saja, luas lahan lokasi sentra kambing Babelan hanya sekitar 100 meter persegi. Kondisinya pun memprihatinkan. Lapak berjualan para pedagang masih beratapkan terpal, dengan tiang-tiang bambu sebagai penyangganya. "Setiap berjualan kami sering kepanasan karena tersengat sinar matahari," papar Ramin. (Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi