Ada pemandangan aneh di sentra penjualan kambing di Babelan, Bekasi. Jika di tempat lain perayaan kurban menjadi musim yang ditunggu-tunggu karena pembeli membeludak, di sentra ini justru sepi pembeli. Pasalnya, pembeli tersedot ke tempat penjualan kambing yang lokasinya lebih dekat dengan tempat tinggal.Musim Lebaran Haji atau Hari Idul Adha menjadi titik puncak penjualan kambing. Pada hari raya keagamaan itu, banyak pedagang kambing atau sapi dadakan yang berharap untung besar dari penjualan hewan kurban tersebut. Namun, berkah itu tak berlaku bagi para pedagang di sentra penjualan kambing Babelan, Bekasi Utara. Pasalnya, saat itu sentra tersebut justru kesepian pembeli.Alhasil, para pedagang di sana terpaksa menutup lapak usahanya. "Berdagang di sentra ini saat Idul Adha tidak prospektif," kata Minas, pedagang kambing asal Kayuringin, Bekasi. Ia mengatakan, kehadiran pedagang dadakan saat Idul Kurban akan menyedot pembeli. Apalagi, pedagang dadakan itu berjualan di dekat pemukiman penduduk. "Sentra Babelan pasti sepi. Sejak H-5 rata-rata kami sudah tidak berjualan," imbuhnya.Agar usahanya tetap berputar, mereka memilih meninggalkan lapak semipermanen yang buka Kamis-Minggu di sentra itu. Mereka pindah sementara dengan berjualan di tempat lain.Abdul Karim, pedagang kambing dari Kampungturi, Tambun Utara, mengatakan, pedagang rela memindahkan tempat usahanya meski harus membayar biaya sewa lebih tinggi. Yang penting, penjualannya terus berputar. Selama H-10 hingga Idul Adha, dia harus mengeluarkan Rp 1,5 juta untuk menyewa lahan di Wisma Asri, Babelan. Selama 10 hari itu Abdul menjual rata-rata 20 ekor kambing dengan omzet hingga Rp 20 juta.Saat itu, dia akan menikmati keuntungan usaha yang lumayan besar, lantaran harga kambing naik tinggi menjelang Idul Adha. Jika pada hari normal kambing seberat 17 kilogram (kg) hingga 20 kg seharga Rp 600.000 sampai Rp 800.000, saat Idul Adha harganya naik ke kisaran Rp 1 juta hingga Rp 1,2 juta. "Itu sudah harga pasaran. Jadi bukan harga sembarangan," ujar Uwik, seorang pedagang di sentra Babelan.Dia bilang, kebanyakan pedagang memilih lokasi berjualan yang dekat dengan kandang kambingnya. Ia sendiri memilih berjualan di Cakung, Jakarta Timur.Memang, sudah seperti itu siklusnya. "Bagi-bagi rezekilah," katanya. Meski ditinggal para pedagang, sentra itu tidak akan kosong melompong. Biasanya, para penduduk di sekitar sentra kambing, akan ganti berdagang di sentra tersebut.Keuntungan penjualan saat Idul Adha di lokasi baru tentu lebih tinggi dibandingkan dengan tetap bertahan di sentra itu. Sebab, saat hari-hari biasa, para pedagang hanya mengambil untung dari volume penjualan.Menurut Ramin, pedagang dari Kampung Kedaung, Babelan, untung bersih yang diterimanya berkisar antara Rp 50.000 hingga Rp 150.000 per ekor. Omzet penjualan akan terpotong biaya perawatan kambing, serta ongkos lain, seperti transportasi dan biaya sewa lapak sebesar Rp 25.000 per hari. Toh, mereka tetap mengantongi untung cukup besar dari berdagang di sentra ini. Maklum, pembeli di sentra ini biasanya pedagang kambing yang membeli dalam jumlah banyak. Abdul mengaku, tiap minggu mampu menjual sekitar 15 kambing. "Omzet rata-rata saya sekitar Rp 12 juta sampai Rp 15 juta per minggu," tandasnya. (Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sentra kambing yang kesepian ketika Idul Adha (2)
Ada pemandangan aneh di sentra penjualan kambing di Babelan, Bekasi. Jika di tempat lain perayaan kurban menjadi musim yang ditunggu-tunggu karena pembeli membeludak, di sentra ini justru sepi pembeli. Pasalnya, pembeli tersedot ke tempat penjualan kambing yang lokasinya lebih dekat dengan tempat tinggal.Musim Lebaran Haji atau Hari Idul Adha menjadi titik puncak penjualan kambing. Pada hari raya keagamaan itu, banyak pedagang kambing atau sapi dadakan yang berharap untung besar dari penjualan hewan kurban tersebut. Namun, berkah itu tak berlaku bagi para pedagang di sentra penjualan kambing Babelan, Bekasi Utara. Pasalnya, saat itu sentra tersebut justru kesepian pembeli.Alhasil, para pedagang di sana terpaksa menutup lapak usahanya. "Berdagang di sentra ini saat Idul Adha tidak prospektif," kata Minas, pedagang kambing asal Kayuringin, Bekasi. Ia mengatakan, kehadiran pedagang dadakan saat Idul Kurban akan menyedot pembeli. Apalagi, pedagang dadakan itu berjualan di dekat pemukiman penduduk. "Sentra Babelan pasti sepi. Sejak H-5 rata-rata kami sudah tidak berjualan," imbuhnya.Agar usahanya tetap berputar, mereka memilih meninggalkan lapak semipermanen yang buka Kamis-Minggu di sentra itu. Mereka pindah sementara dengan berjualan di tempat lain.Abdul Karim, pedagang kambing dari Kampungturi, Tambun Utara, mengatakan, pedagang rela memindahkan tempat usahanya meski harus membayar biaya sewa lebih tinggi. Yang penting, penjualannya terus berputar. Selama H-10 hingga Idul Adha, dia harus mengeluarkan Rp 1,5 juta untuk menyewa lahan di Wisma Asri, Babelan. Selama 10 hari itu Abdul menjual rata-rata 20 ekor kambing dengan omzet hingga Rp 20 juta.Saat itu, dia akan menikmati keuntungan usaha yang lumayan besar, lantaran harga kambing naik tinggi menjelang Idul Adha. Jika pada hari normal kambing seberat 17 kilogram (kg) hingga 20 kg seharga Rp 600.000 sampai Rp 800.000, saat Idul Adha harganya naik ke kisaran Rp 1 juta hingga Rp 1,2 juta. "Itu sudah harga pasaran. Jadi bukan harga sembarangan," ujar Uwik, seorang pedagang di sentra Babelan.Dia bilang, kebanyakan pedagang memilih lokasi berjualan yang dekat dengan kandang kambingnya. Ia sendiri memilih berjualan di Cakung, Jakarta Timur.Memang, sudah seperti itu siklusnya. "Bagi-bagi rezekilah," katanya. Meski ditinggal para pedagang, sentra itu tidak akan kosong melompong. Biasanya, para penduduk di sekitar sentra kambing, akan ganti berdagang di sentra tersebut.Keuntungan penjualan saat Idul Adha di lokasi baru tentu lebih tinggi dibandingkan dengan tetap bertahan di sentra itu. Sebab, saat hari-hari biasa, para pedagang hanya mengambil untung dari volume penjualan.Menurut Ramin, pedagang dari Kampung Kedaung, Babelan, untung bersih yang diterimanya berkisar antara Rp 50.000 hingga Rp 150.000 per ekor. Omzet penjualan akan terpotong biaya perawatan kambing, serta ongkos lain, seperti transportasi dan biaya sewa lapak sebesar Rp 25.000 per hari. Toh, mereka tetap mengantongi untung cukup besar dari berdagang di sentra ini. Maklum, pembeli di sentra ini biasanya pedagang kambing yang membeli dalam jumlah banyak. Abdul mengaku, tiap minggu mampu menjual sekitar 15 kambing. "Omzet rata-rata saya sekitar Rp 12 juta sampai Rp 15 juta per minggu," tandasnya. (Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News