Sentra kancing Tanah Abang: Agar dagangan laku perlu jemput bola (3)



Untuk tetap bisa menangguk rupiah di kala penjualan sepi, para pedagang kancing di Pasar Tanah Abang perlu menerapkan strategi jemput bola hingga telemarketing. Selain itu, mereka harus rajin membuat inovasi kancing agar pelanggan mendapatkan kancing eksklusif. Banyak cara yang dilakukan pedagang kancing untuk menutup sepinya omzet dalam tiga bulan menjelang akhir tahun. Selain melakukan pemasaran dengan jemput bola, mereka juga harus rajin mengikuti tren fesyen agar bisa membuat inovasi produk. Lihat saja yang dilakukan Evan Wuryanto, pemilik toko Sinar Pagi. Untuk tetap bisa mendulang omzet di masa-masa sepi seperti sekarang, Evan melakukan berbagai cara penjualan. Mulai dari "telemarketing" hingga jemput bola langsung ke pelanggan. "Saya sering telepon ke pelanggan, barangkali saja mereka membutuhkan kancing," ujarnya.Hasilnya memang lumayan juga meski para pelanggan itu tidak memesan dalam jumlah besan. Bagi Evan, mengirim ke pelanggan satu atau dua gross saja bukan masalah. Yang penting, barang tetap berputar dan uang tetap mengalir ke laci kasirnya.Selain itu, Evan juga sering mendatangi langsung para pelanggannya. "Terutama yang berada di Bandung dan sekitarnya," tukasnya. Dengan cara ini, "Omzetnya lumayan, meski tak sebesar di saat-saat ramai," tambah Evan. Cara berjualan telemarketing juga dilakukan oleh Wawan Saputra, pemilik toko Wahana Kencana. Saat-saat seperti sekarang, bagi Wawan adalah saat yang tepat untuk menelepon pelanggan. "Saya hubungi mereka terutama pelanggan yang ada di luar Jawa. Ya, siapa tahu mereka lagi butuh kancing," terang Wawan. Memang, tak semua pelanggan butuh kancing dalam jumlah besar. Namun, kalau setiap kali telepon dan pelanggan minta dikirim satu gross atau dua gross kancing, bagi Wawan itu sudah lumayan. "Daripada kosong sama sekali," tambah Wawan.Sebagai penjual kancing khusus untuk bahan jins, saat ini Wawan memang kelimpungan mencari pelanggan. Menurut Wawan, pasar kancing jins kini lagi bersaing dengan produk kancing serupa dari China. Dengan harga lebih murah 60%, kancing jins impor jelas memorak-porandakan pasar kancing jins lokal. Selain, telemarketing atau jemput bola, para pedagang kancing juga rajin melakukan inovasi. Lihat saja Evan yang kini lagi sibuk membuat inovasi jumlah di kancing di kancing bungkus yang dia produksi. Kalau biasanya lubang di kancing cuma ada dua, Evan bisa menambah menjadi tiga atau empat. Trik ini menurut pria 23 tahun asal Bengkulu terbukti cukup ampuh. "Banyak pelanggan yang butuh kancing bungkus banyak lubang seperti itu," ungkap Evan.Nasib agak beruntung dialami Tri, pemilik toko Do'a Bunda, penjual kancing etnik. Ia menuturkan, meski penjualan setiap akhir tahun tidak cemerlang namun Tri selalu mendapat pelanggan dari Pasar Tasik. Pasar yang buka hanya Senin dan Kamis ini kerap membutuhkan kancing etnik yang ia jual. Dengan begitu, pemasukan tertinggi memang datang dari Pasar Tasik setiap Senin dan Kamis. "Paling tidak, dalam satu minggu ada dua hari yang ramai. Omzet bisa meningkat di hari-hari itu," tutur Tri.Tri pun berusaha selalu memenuhi permintaan pelanggannya dari para penjual pakaian Pasar Tasik. Tren kancing etnik yang sedang digandrungi adalah kancing kerang dan kancing batok kelapa. Bisa dibilang, stok kedua jenis kancing ini paling banyak dibandingkan dengan stok kancing lain yang dijualnya. Demi memuaskan pelanggan, ia pun kerap memperhatikan perkembangan bentuk maupun kancing dari pakaian impor asal Thailand dan Korea. Dengan begitu, sedikit banyak ia mengetahui model kancing yang lagi tren. Perkembangan tren mode tersebut bisa dengan mudah diketahui Tri dari para pedagang baju di Tanah Abang. Intuisi Tri rupanya berhasil. Terbukti, tokonya tetap ramai didatangi pelanggan. "Mengikuti tren itu seperti resep rahasia," ungkapnya. (Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi