Kelapa Gading tak hanya terkenal sebagai lokasi hunian mewah dan pusat kuliner. Di salah satu sudah daerah di utara Jakarta ini berdiri sentra kayu bekas. Lokasi persisnya, di persimpangan Jalan Perintis Kemerdekaan. Beragam kayu bekas di jual di sentra ini, mulai dari kayu Jati sampai Mahoni. Papan pun ada.Berada dalam lingkup kawasan elite di Jakarta Utara, sentra kayu bekas Kelapa Gading telah berdiri sejak era 1980-an silam. Ketika itu, perkembangan pembangunan di wilayah yang populer dengan sebutan kepala naga ini belum sepesat sekarang. Sentra yang kini dihuni sekitar 35 pedagang itu hadir karena kesamaan keinginan mencari sesuap nasi.Atas dasar persamaan tujuan itulah, meski setelah puluhan tahun berdiri, nuansa kedaerahan sangat kuat terlihat di sentra ini. Maklum, mayoritas pedagang yang membuka lapak usaha di sini berasal dari Madura.As'ad, contohnya, pemilik UD Putra Abadi yang telah membuka usaha di sentra kayu bekas Kelapa Gading sejak 10 tahun lalu. Ketertarikannya ikut berkecimpung dan membuka usaha di sini berkat andil dari orang tuanya yang mendiami sentra tersebut sejak awal berdiri. "Ikatan persaudaraan antar pedagang sangat terasa di sini," ungkap dia.Lelaki berusia 34 tahun ini mengatakan, kebersamaan selama bertahun-tahun berada dalam satu kawasan, yang memperkuat tali silaturahmi antar pedagang. Alhasil, konflik dan gesekan karena persaingan usaha, tidak pernah terjadi.Aziz Sanjaya, pedagang kayu bekas lainnya mengamini pernyatan As'ad. Pemilik kios yang menggunakan namanya sendiri ini bilang, selama 10 tahun mengelola usaha di Kelapa Gading, ia tak pernah mengalami intrik ataupun konflik.Usut punya usut, faktor lain yang turut menciptakan keharmonisan antar pedagang adalah keberadaan koperasi yang berpusat di Cakung, Jakarta Timur. Menurut Aziz, koperasi kerap mengawasi dan memantau tiap kios. Termasuk, memberikan pembekalan sekaligus pembinaan bila ada pedagang yang jauh tertinggal dibandingkan lainnya.Sejatinya, memang dalam kurun waktu belakangan ini, para pedagang di sentra kayu bekas Kelapa Gading menyimpan kegelisahan mendalam, terutama mengenai lesunya penjualan serta minimnya pasokan.Tak ingin usahanya tutup, kondisi ini memaksa para pedagang memutar otak untuk mencari pasokan kayu bekas sendiri. "Rajin memburu order membongkar bangunan, cara lain yang bisa dilakukan," ujar Aziz.Dari deretan kios yang merangkap sebagai tempat tinggal ini, hampir setiap hari mengumpulkan bermacam jenis kayu. Meski semuanya bekas, tetap dengan kualitas mumpuni, seperti kayu Jati dan Meranti. Tak hanya itu, papan dengan beragam ketebalan juga dapat ditemukan di sini.Jesuri, pekerja di kios Sinar Pelangi menyatakan, semua lapak di sini memang menjual komoditas yang sama, yaitu kayu bekas. Yang sedikit membedakan antar lapak adalah selisih harga serta kualitas kayu. "Kalau beruntung, pelanggan dapat menemukan kayu super dengan harga yang lebih miring," kata dia.Selain menjual kayu bekas, kios di sentra ini juga menerima pesanan membuat peti kayu ataupun palet. Tak sebatas itu, beberapa kios bahkan siap menambahkan besi dan logam bekas sebagai barang jualannya. "Para pedagang sebisa mungkin menjual apapun yang laku, tak hanya kayu," jelas Jesuri yang sudah setahun terakhir bekerja di sentra kayu bekas Kelapa Gading.(Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sentra kayu bekas di daerah kepala naga (1)
Kelapa Gading tak hanya terkenal sebagai lokasi hunian mewah dan pusat kuliner. Di salah satu sudah daerah di utara Jakarta ini berdiri sentra kayu bekas. Lokasi persisnya, di persimpangan Jalan Perintis Kemerdekaan. Beragam kayu bekas di jual di sentra ini, mulai dari kayu Jati sampai Mahoni. Papan pun ada.Berada dalam lingkup kawasan elite di Jakarta Utara, sentra kayu bekas Kelapa Gading telah berdiri sejak era 1980-an silam. Ketika itu, perkembangan pembangunan di wilayah yang populer dengan sebutan kepala naga ini belum sepesat sekarang. Sentra yang kini dihuni sekitar 35 pedagang itu hadir karena kesamaan keinginan mencari sesuap nasi.Atas dasar persamaan tujuan itulah, meski setelah puluhan tahun berdiri, nuansa kedaerahan sangat kuat terlihat di sentra ini. Maklum, mayoritas pedagang yang membuka lapak usaha di sini berasal dari Madura.As'ad, contohnya, pemilik UD Putra Abadi yang telah membuka usaha di sentra kayu bekas Kelapa Gading sejak 10 tahun lalu. Ketertarikannya ikut berkecimpung dan membuka usaha di sini berkat andil dari orang tuanya yang mendiami sentra tersebut sejak awal berdiri. "Ikatan persaudaraan antar pedagang sangat terasa di sini," ungkap dia.Lelaki berusia 34 tahun ini mengatakan, kebersamaan selama bertahun-tahun berada dalam satu kawasan, yang memperkuat tali silaturahmi antar pedagang. Alhasil, konflik dan gesekan karena persaingan usaha, tidak pernah terjadi.Aziz Sanjaya, pedagang kayu bekas lainnya mengamini pernyatan As'ad. Pemilik kios yang menggunakan namanya sendiri ini bilang, selama 10 tahun mengelola usaha di Kelapa Gading, ia tak pernah mengalami intrik ataupun konflik.Usut punya usut, faktor lain yang turut menciptakan keharmonisan antar pedagang adalah keberadaan koperasi yang berpusat di Cakung, Jakarta Timur. Menurut Aziz, koperasi kerap mengawasi dan memantau tiap kios. Termasuk, memberikan pembekalan sekaligus pembinaan bila ada pedagang yang jauh tertinggal dibandingkan lainnya.Sejatinya, memang dalam kurun waktu belakangan ini, para pedagang di sentra kayu bekas Kelapa Gading menyimpan kegelisahan mendalam, terutama mengenai lesunya penjualan serta minimnya pasokan.Tak ingin usahanya tutup, kondisi ini memaksa para pedagang memutar otak untuk mencari pasokan kayu bekas sendiri. "Rajin memburu order membongkar bangunan, cara lain yang bisa dilakukan," ujar Aziz.Dari deretan kios yang merangkap sebagai tempat tinggal ini, hampir setiap hari mengumpulkan bermacam jenis kayu. Meski semuanya bekas, tetap dengan kualitas mumpuni, seperti kayu Jati dan Meranti. Tak hanya itu, papan dengan beragam ketebalan juga dapat ditemukan di sini.Jesuri, pekerja di kios Sinar Pelangi menyatakan, semua lapak di sini memang menjual komoditas yang sama, yaitu kayu bekas. Yang sedikit membedakan antar lapak adalah selisih harga serta kualitas kayu. "Kalau beruntung, pelanggan dapat menemukan kayu super dengan harga yang lebih miring," kata dia.Selain menjual kayu bekas, kios di sentra ini juga menerima pesanan membuat peti kayu ataupun palet. Tak sebatas itu, beberapa kios bahkan siap menambahkan besi dan logam bekas sebagai barang jualannya. "Para pedagang sebisa mungkin menjual apapun yang laku, tak hanya kayu," jelas Jesuri yang sudah setahun terakhir bekerja di sentra kayu bekas Kelapa Gading.(Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News