Kawasan sentra pelek (velg) dan ban Permata Hijau buka rata-rata selama 24 jam. Hal ini bukan tanpa alasan. Para pembeli kebanyakan datang di malam hari. Pasalnya, sejak jalur Transjakarta atau busway beroperasi di sekitar situ, pengunjung kesulitan memarkir kendaraan. Makanya, mereka memilih datang malam hari yang relatif sepi. Agus Sunaryo, pengelola Latex Ban bilang, ketika jalur busway dibangun, Jalan Arteri Permata Hijau yang tadinya memiliki tiga jalur, terpangkas menjadi dua jalur. Pedagang yang rata-rata menjajarkan dagangannya di trotoar, sebelumnya menggunakan satu jalur sebagai lahan parkir bagi para pembeli. Namun kini, sulit melakukan hal tersebut. Jika ada calon pembeli yang memarkir kendaraan bisa menyebabkan kemacetan panjang. Polisi pun sering menegur. "Kalau ada yang mau beli terus parkir biasanya ditegur. Tetapi, kami tidak pernah dilarang berjualan di sini," ujar Agus.
Sentra pelek Permata Hijau: Dirugikan busway (2)
Kawasan sentra pelek (velg) dan ban Permata Hijau buka rata-rata selama 24 jam. Hal ini bukan tanpa alasan. Para pembeli kebanyakan datang di malam hari. Pasalnya, sejak jalur Transjakarta atau busway beroperasi di sekitar situ, pengunjung kesulitan memarkir kendaraan. Makanya, mereka memilih datang malam hari yang relatif sepi. Agus Sunaryo, pengelola Latex Ban bilang, ketika jalur busway dibangun, Jalan Arteri Permata Hijau yang tadinya memiliki tiga jalur, terpangkas menjadi dua jalur. Pedagang yang rata-rata menjajarkan dagangannya di trotoar, sebelumnya menggunakan satu jalur sebagai lahan parkir bagi para pembeli. Namun kini, sulit melakukan hal tersebut. Jika ada calon pembeli yang memarkir kendaraan bisa menyebabkan kemacetan panjang. Polisi pun sering menegur. "Kalau ada yang mau beli terus parkir biasanya ditegur. Tetapi, kami tidak pernah dilarang berjualan di sini," ujar Agus.