Sejak sepuluh tahun terakhir, Pasar Sunan Giri, Rawamangun, berkembang menjadi sentra penjahit. Kini, ada ratusan penjahit di pasar itu yang menempati kios-kios di lantai satu dan lantai dua. Kualitas jahitan yang rapi dan harga yang kompetitif menjadi daya tarik sentra jahit itu. Sudah lebih dari satu dekade terakhir, Pasar Sunan Giri yang terletak di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, berkembang menjadi sentra penjahit. Di sana, ada ratusan penjahit. Mereka ini bisa menjahit pakaian apa saja, mulai baju atau busana muslim, kebaya, gaun pengantin atau jas. Tentu saja ketika awal berdiri pada 1980-an di pasar yang dikelola PD Pasar Jaya ini hanya ada beberapa penjahit yang mangkal. Menurut Supardi, pemilik Chitra Busana, saat dia membuka kios di pasar ini 15 tahun silam, jumlah penjahit masih bisa dihitung dengan jari. Namun, sejak lima tahun terakhir jumlah penjahit membengkak menjadi ratusan. "Jumlah penjahit pun makin banyak, setelah ada perombakan pasar pada 2010," ujar pria 50 tahun ini. Padahal, sebelumnya, Pasar Sunan Giri juga terkenal sebagai sentra penjualan batik. "Pedagang batik ini banyak menempati kios-kios di lantai dua," ujar Supardi. Tapi, para pedagang batik itu kemudian banyak yang keluar, dan diganti oleh para penjahit. Ketika KONTAN berkunjung ke sentra ini, Kamis (20/10) silam, memang terlihat kesibukan ratusan penjahit. Mereka menempati kios seluas 2x3 m² dan 4x8 m². Deru suara mesin jahit terdengar di setiap lorong. Begitu juga pemandangan serakan potongan kain di lorong-lorong di lantai satu dan dua pasar ini.Bila di lantai dua banyak terlihat penjahit yang menempati kios, pemandangan di lantai satu sedikit berbeda. Beberapa penjahit di lantai satu sudah menata apik kiosnya, seperti layaknya butik pakaian. Mereka juga tak sekadar menerima order menjahit, tapi juga menyediakan berbagai jenis bahan tekstil. Di butik-butik ini, para penjahit melayani pembuatan berbagai busana dengan model apa pun seperti yang diinginkan oleh pelanggan. Bahkan, "Beberapa juga mulai menjual bahan pakaian," ujar Supardi yang telah lebih dari 20 tahun berprofesi sebagai penjahit. Slamet Riyadi, pemilik Azizah Busana, yang baru membuka kiosnya setahun lalu, mengatakan bahwa dia tertarik bergabung di sentra ini karena pamor penjahit jas Pasar Sunan Giri sudah dikenal baik oleh banyak kalangan. "Atas pertimbangan tersebut, saya berani membuka kios sendiri di sini," jelas Slamet. Meski baru setahun, Slamet yang menyewa kios berukuran 2x3 m² bukan orang baru di Pasar Sunan Giri. Sepuluh tahun sebelumnya, ia pernah bekerja pada salah satu penjahit yang cukup ternama di pasar ini. Dalam setahun ini, Slamet sudah punya pelanggan tetap. Itulah sebabnya, dia yakin, masa depan usaha jahitnya bakal bagus di sentra ini. "Pada dasarnya, semua penjahit di sini juga melihat hal yang sama," tandasnya.Maklum, pelanggan para penjahit di Pasar Sunan Giri ini berasal dari berbagai penjuru di Jakarta. Meski terletak di bagian timur Jakarta, pelanggan sentra ini juga datang dari Bekasi, Depok, hingga Bogor. "Umumnya pelanggan yang datang adalah yang telah mengetahui kelebihan sentra jahit ini," ungkapnya.Ningsih Wahyuni, salah satu pelanggan sentra jahit di Pasar Sunan Giri ini pun mengaku puas dengan hasil jahitan salah satu penjahit di sentra ini. "Selain jahitan rapi dan nyaman dipakai, harganya bersaing. Makanya, saya selalu kemari untuk menjahitkan kain," ujar Ningsih yang tinggal di Klender, Jakarta Timur. Apalagi, keberadaan beberapa toko kain makin memudahkan pelanggan. Selain bisa berburu kain, pelanggan juga mudah mencari pernak-pernik pakaian, sekaligus mencari penjahit. Seperti jasa penjahit lainnya, penjahit di sentra ini juga menerapkan proses pengerjaan yang sama. Pelanggan membawa kain dan melakukan pengukuran badan. Dan para penjahit akan meminta waktu seminggu hingga dua minggu untuk menjahitnya.(Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sentra penjahit Sunan Giri: Layani jahitan, lebih dari satu dekade (1)
Sejak sepuluh tahun terakhir, Pasar Sunan Giri, Rawamangun, berkembang menjadi sentra penjahit. Kini, ada ratusan penjahit di pasar itu yang menempati kios-kios di lantai satu dan lantai dua. Kualitas jahitan yang rapi dan harga yang kompetitif menjadi daya tarik sentra jahit itu. Sudah lebih dari satu dekade terakhir, Pasar Sunan Giri yang terletak di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, berkembang menjadi sentra penjahit. Di sana, ada ratusan penjahit. Mereka ini bisa menjahit pakaian apa saja, mulai baju atau busana muslim, kebaya, gaun pengantin atau jas. Tentu saja ketika awal berdiri pada 1980-an di pasar yang dikelola PD Pasar Jaya ini hanya ada beberapa penjahit yang mangkal. Menurut Supardi, pemilik Chitra Busana, saat dia membuka kios di pasar ini 15 tahun silam, jumlah penjahit masih bisa dihitung dengan jari. Namun, sejak lima tahun terakhir jumlah penjahit membengkak menjadi ratusan. "Jumlah penjahit pun makin banyak, setelah ada perombakan pasar pada 2010," ujar pria 50 tahun ini. Padahal, sebelumnya, Pasar Sunan Giri juga terkenal sebagai sentra penjualan batik. "Pedagang batik ini banyak menempati kios-kios di lantai dua," ujar Supardi. Tapi, para pedagang batik itu kemudian banyak yang keluar, dan diganti oleh para penjahit. Ketika KONTAN berkunjung ke sentra ini, Kamis (20/10) silam, memang terlihat kesibukan ratusan penjahit. Mereka menempati kios seluas 2x3 m² dan 4x8 m². Deru suara mesin jahit terdengar di setiap lorong. Begitu juga pemandangan serakan potongan kain di lorong-lorong di lantai satu dan dua pasar ini.Bila di lantai dua banyak terlihat penjahit yang menempati kios, pemandangan di lantai satu sedikit berbeda. Beberapa penjahit di lantai satu sudah menata apik kiosnya, seperti layaknya butik pakaian. Mereka juga tak sekadar menerima order menjahit, tapi juga menyediakan berbagai jenis bahan tekstil. Di butik-butik ini, para penjahit melayani pembuatan berbagai busana dengan model apa pun seperti yang diinginkan oleh pelanggan. Bahkan, "Beberapa juga mulai menjual bahan pakaian," ujar Supardi yang telah lebih dari 20 tahun berprofesi sebagai penjahit. Slamet Riyadi, pemilik Azizah Busana, yang baru membuka kiosnya setahun lalu, mengatakan bahwa dia tertarik bergabung di sentra ini karena pamor penjahit jas Pasar Sunan Giri sudah dikenal baik oleh banyak kalangan. "Atas pertimbangan tersebut, saya berani membuka kios sendiri di sini," jelas Slamet. Meski baru setahun, Slamet yang menyewa kios berukuran 2x3 m² bukan orang baru di Pasar Sunan Giri. Sepuluh tahun sebelumnya, ia pernah bekerja pada salah satu penjahit yang cukup ternama di pasar ini. Dalam setahun ini, Slamet sudah punya pelanggan tetap. Itulah sebabnya, dia yakin, masa depan usaha jahitnya bakal bagus di sentra ini. "Pada dasarnya, semua penjahit di sini juga melihat hal yang sama," tandasnya.Maklum, pelanggan para penjahit di Pasar Sunan Giri ini berasal dari berbagai penjuru di Jakarta. Meski terletak di bagian timur Jakarta, pelanggan sentra ini juga datang dari Bekasi, Depok, hingga Bogor. "Umumnya pelanggan yang datang adalah yang telah mengetahui kelebihan sentra jahit ini," ungkapnya.Ningsih Wahyuni, salah satu pelanggan sentra jahit di Pasar Sunan Giri ini pun mengaku puas dengan hasil jahitan salah satu penjahit di sentra ini. "Selain jahitan rapi dan nyaman dipakai, harganya bersaing. Makanya, saya selalu kemari untuk menjahitkan kain," ujar Ningsih yang tinggal di Klender, Jakarta Timur. Apalagi, keberadaan beberapa toko kain makin memudahkan pelanggan. Selain bisa berburu kain, pelanggan juga mudah mencari pernak-pernik pakaian, sekaligus mencari penjahit. Seperti jasa penjahit lainnya, penjahit di sentra ini juga menerapkan proses pengerjaan yang sama. Pelanggan membawa kain dan melakukan pengukuran badan. Dan para penjahit akan meminta waktu seminggu hingga dua minggu untuk menjahitnya.(Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News