Merapi yang meletus berulang kali pada akhir Oktober 2010 lalu telah menghancurkan sendi-sendi kehidupan di kaki gunung itu. Selain korban jiwa, erupsi yang memuntahkan awan panas tersebut juga merusak kebun salak di Srumbung, Magelang yang terkenal sebagai penghasil salak glumut.Bambang Sutijo tidak pernah menyangka kebun salak yang selama ini menghidupi keluarganya bakal hancur tak tersisa dalam sekejap. Kebun seluas dua hektare di Dusun Cabe Lor, Srumbung, Magelang, Jawa Tengah itu porak poranda akibat terjangan abu panas Gunung Merapi. Tak hanya kebun milik Bambang, muntahan material dari letusan Gunung Merapi pada akhir Oktober 2010 lalu juga membinasakan hampir seluruh perkebunan salak yang ada di Kecamatan Srumbung seluas 1.628 hektare. "Sebagian besar tidak bisa diselamatkan lagi, jadi harus diganti dengan bibit baru," kata Bambang yang juga Ketua Kelompok Tani Ngudi Rejeki.Kelompok tani ini beranggotakan 25 petani. "Semuanya bernasib sama, kebunnya rusak semua," ujar dia. Tiap hektare kebun salak di Srumbung bisa menghasilkan 30 ton salak per tahun. Srumbung terdiri dari 17 desa dengan 126 kelompok tani dan 17 gabungan kelompok tani (Gapoktan). Kecamatan yang berada di kaki gunung setinggi 2.968 meter tersebut cukup terkenal karena menghasilkan salak dengan rasa supermanis: glumut. "Salak glumut beda dengan salak pondoh," kata Gunadi Joko, Koordinator Penyuluh Pertanian Balai Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan (BPPK) Srumbung.Selain rasanya yang lebih manis dan bentuknya yang lebih besar, daging salak glumut berwarna kekuning-kuningan dan tebal. Karena itu, harga jual salak glumut lebih mahal dibandingkan salak pondoh. Makanya banyak orang menyebutnya salak pondoh super.Menurut Gunadi, dari total kebun salak yang ada di Srumbung seluas 1.628 hektare, sebanyak 30% di antaranya harus direhabilitasi penuh alias harus dilakukan penanaman ulang. Sisanya yang 70% masih bisa diselamatkan dengan melakukan pemangkasan pelepah batang.Walaupun masih bisa diselamatkan, Gunadi mengungkapkan, dalam jangka dua tahun, pohon salak glumut tidak akan bisa berbuah lagi atau mandul.Pemangkasan pelepah batang hanya untuk menyelamatkan pohon salak glumut dari kematian. Sebab, siraman abu panas vulkanik telah menyebabkan batang pohon layu dan kering.Tak hanya itu, ketebalan debu juga membuat pohon salak glumut tidak kuat menahan beban berat sehingga patah. Dampak lainnya, rasa salak glumut menjadi hambar dan buah lebih cepat membusuk.Saat ini, "Pemangkasan telah selesai dilakukan di seluruh Srumbung dengan bantuan dana pemerintah," ujar Gunadi. Pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyediakan dana Rp 8,8 miliar untuk membiayai program pemangkasan pelepah salak. (Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sentra salak glumut: Merapi meletus, petani salak Magelang terseok (1)
Merapi yang meletus berulang kali pada akhir Oktober 2010 lalu telah menghancurkan sendi-sendi kehidupan di kaki gunung itu. Selain korban jiwa, erupsi yang memuntahkan awan panas tersebut juga merusak kebun salak di Srumbung, Magelang yang terkenal sebagai penghasil salak glumut.Bambang Sutijo tidak pernah menyangka kebun salak yang selama ini menghidupi keluarganya bakal hancur tak tersisa dalam sekejap. Kebun seluas dua hektare di Dusun Cabe Lor, Srumbung, Magelang, Jawa Tengah itu porak poranda akibat terjangan abu panas Gunung Merapi. Tak hanya kebun milik Bambang, muntahan material dari letusan Gunung Merapi pada akhir Oktober 2010 lalu juga membinasakan hampir seluruh perkebunan salak yang ada di Kecamatan Srumbung seluas 1.628 hektare. "Sebagian besar tidak bisa diselamatkan lagi, jadi harus diganti dengan bibit baru," kata Bambang yang juga Ketua Kelompok Tani Ngudi Rejeki.Kelompok tani ini beranggotakan 25 petani. "Semuanya bernasib sama, kebunnya rusak semua," ujar dia. Tiap hektare kebun salak di Srumbung bisa menghasilkan 30 ton salak per tahun. Srumbung terdiri dari 17 desa dengan 126 kelompok tani dan 17 gabungan kelompok tani (Gapoktan). Kecamatan yang berada di kaki gunung setinggi 2.968 meter tersebut cukup terkenal karena menghasilkan salak dengan rasa supermanis: glumut. "Salak glumut beda dengan salak pondoh," kata Gunadi Joko, Koordinator Penyuluh Pertanian Balai Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan (BPPK) Srumbung.Selain rasanya yang lebih manis dan bentuknya yang lebih besar, daging salak glumut berwarna kekuning-kuningan dan tebal. Karena itu, harga jual salak glumut lebih mahal dibandingkan salak pondoh. Makanya banyak orang menyebutnya salak pondoh super.Menurut Gunadi, dari total kebun salak yang ada di Srumbung seluas 1.628 hektare, sebanyak 30% di antaranya harus direhabilitasi penuh alias harus dilakukan penanaman ulang. Sisanya yang 70% masih bisa diselamatkan dengan melakukan pemangkasan pelepah batang.Walaupun masih bisa diselamatkan, Gunadi mengungkapkan, dalam jangka dua tahun, pohon salak glumut tidak akan bisa berbuah lagi atau mandul.Pemangkasan pelepah batang hanya untuk menyelamatkan pohon salak glumut dari kematian. Sebab, siraman abu panas vulkanik telah menyebabkan batang pohon layu dan kering.Tak hanya itu, ketebalan debu juga membuat pohon salak glumut tidak kuat menahan beban berat sehingga patah. Dampak lainnya, rasa salak glumut menjadi hambar dan buah lebih cepat membusuk.Saat ini, "Pemangkasan telah selesai dilakukan di seluruh Srumbung dengan bantuan dana pemerintah," ujar Gunadi. Pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyediakan dana Rp 8,8 miliar untuk membiayai program pemangkasan pelepah salak. (Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News