Sentra tanaman di Batu sudah kehilangan pamor



Sentra tanaman hias di Desa Sidomulyo, Batu, Kota Malang ini sudah berdiri selama 20 tahun. Tapi, kini sentra itu seakan telah kehilangan pamor. Pasalnya, jumlah pelanggan berangsur turun sejak dua tahun terakhir.

Purnama, salah satu pedagang di sentra ini menjelaskan, kini banyak pengunjung yang membeli tanaman langsung di ladang. Maklum saja, sejak dua tahun terakhir makin banyak bermunculan kampung wisata yang menawarkan petik buah, bunga dan sayur di kebun.

“Akhirnya banyak yang lebih memilih beli disana, harganya juga lebih murah,” katanya. Maklum saja, para pemilik kebun tersebut memberikan harga yang sama seperti yang didapatkan oleh tengkulak.


Dulu, setiap musim liburan dan akhir pekan dapat dipastikan sentra tanaman hias itu selalu dipenuhi oleh para konsumen. Tetapi kini sudah tidak lagi. Purnama mengatakan, jumlah pengunjung saat ini tidak ada bedanya pada hari-hari biasa atau saat akhir pekan dan liburan.

Asal tahu saja, kebanyakan konsumen mereka adalah para wisatawan lokal dari daerah Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto sampai dengan Jakarta yang sedang menghabiskan masa akhir pekan di kawasan Batu, Malang.

Selain melayani para wisatawan mereka juga menyasar para konsumen dari daerah sekitar seperti dari Malang, Lawang dan sekitarnya. Tidak jarang para pedagang juga mengirimkan bunga untuk wilayah-wilayah di Jawa Tengah, Jakarta dan Surabaya. Para pedagang disana menerima pemesanan bunga via telepon.

Hingga saat ini jenis tanaman hias yang banyak dicari oleh para wisatawan adalah jenis tanaman buah seperti, jambu, jeruk dan lainnya. Selain itu, pucuk merah dan bambu rejeki juga masih menjadi primadona.

Untuk para pencinta anthurium dapat mampir di kios milik Ponidi. Pasalnya, dia mempunyai beberapa koleksi anthurium dengan menawarkan harga yang cukup terjangkau yaitu mulai dari Rp 250.000 untuk lima daun. Tidak banyak pedagang di sana yang masih menjual tanaman tersebut karena harga jual gelombang cinta sudah mulai menurun, seiring makin meredupnya pamor tanaman ini. Ponidi sering membuat bibit tanaman ini sendiri untuk menekan biaya pembelian.

Namun, umumnya para pedagang membeli bibit tanaman hias dari petani bunga dan buah untuk kemudian dirawat hingga siap dijajakan di lapak. Biasanya para pedagang membeli bibit dari kebun petani yang tidak jauh dari lokasi sentra ini.

Saat ini para pedagang hanya bisa pasrah melihat tanaman hias mereka tertutup abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud. Perkebunan milik petani sebagai tempat membeli bibit tanaman juga tertutup abu vulkanik. Sehingga, untuk sementara, pasokan bibit bisa saja tersendat.     n(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini