Sentul City Akan Terbitkan Saham Baru



JAKARTA. Di akhir tahun ini, PT Sentul City Tbk (BKSL) akan menggelar ekspansi usaha. Perusahaan pengembang properti ini akan menerbitkan saham baru alias rights issue. Duit yang diperoleh dari hasil aksi korporasi itu bakal mereka pakai untuk membiayai penyertaan saham di PT Bukit Jonggol Asri.

Nesia Tanudjaya, Sekretaris Perusahaan Sentul City, mengatakan, pihaknya akan meminta persetujuan pemegang saham atas rencana kedua aksi korporasi itu. "Rencana penyertaan saham pada Bukit Jonggol merupakan transaksi material," katanya dalam surat keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), kemarin.

Rencananya, emiten berkode saham BKSL ini akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 16 Desember nanti. Sayang, Nesia belum bersedia mengungkapkan nilai akuisisi Bukit Jonggol berikut target dana yang bisa diraup dari hasil rights issue.


Namun, kita bisa memperkirakan nilai transaksi itu berdasarkan ketentuan nilai transaksi material, yaitu melebihi 20% dari nilai ekuitas suatu perusahaan. Nah, per September 2009, total ekuitas BKSL mencapai Rp 2,25 triliun. Jadi, mungkin, nilai akuisisi Bukit Jonggol mencapai lebih dari Rp 450 miliar.

Bukit Jonggol merupakan proyek properti di atas lahan seluas 30.000 hektare. Proyek ini dimulai tahun 1997. Namun, krisis ekonomi yang menghantam Indonesia membuat proyek tersebut tak ketahuan rimbanya. Malah, tahun 1999, Bukit Jonggol menjadi salah satu debitur bank-bank yang berada di bawah Badan Penyehatan Perbankan Nasional.

Catatan saja, sebelumnya BKSL telah tiga kali melakukan rights issue. Pertama kali, Sentul City menerbitkan empat miliar saham baru pada tahun 1999. Setelah itu, di tahun 2006, mereka membundel sahamnya atau melakukan reverse stock. Pada tahun yang sama, Sentul City kembali menerbitkan saham baru sebanyak 8,15 miliar saham.

Yang terakhir, perusahaan ini menerbitkan saham baru tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) pada bulan September lalu. Penerbitan 507,51 juta saham baru itu menjadi penukar utang dari tiga kreditur Sentul City.

Sementara itu, pendapatan bersih Sentul City hingga akhir September 2009 mencapai Rp 62,72 miliar. Pendapatan ini turun 11,76% jika dibandingkan pendapatan pada periode yang sama tahun lalu. Perusahaan ini juga menderita rugi usaha hingga Rp 24,75 miliar. Jumlah ini membengkak jika dibandingkan rugi usaha di kuartal ketiga 2008 yang sebesar Rp 10,46 miliar.

Manajemen Sentul City menyatakan, penyebab rugi usaha itu adalah kenaikan beban pokok penjualan. Karena itulah, di akhir September lalu, BKSL juga membukukan rugi bersih hingga Rp 33,44 miliar. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, BKSL masih meraup laba bersih sebesar Rp 12,51 miliar.

Sedangkan kas dan setara kas BKSL per akhir September 2009 mencapai Rp 7,87 miliar. Adapun total asetnya mencapai Rp 2,62 triliun. Wujud aset ini adalah lahan siap bangun dan tanah dalam pengembangan senilai Rp 1,16 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan