Sepadan dengan Penantian dan Serangan Asap



0906m2_40_dan_wirosableng2KEPITING dan ikan bakar memang menjadi andalan banyak kedai seafood. Begitu juga di Seafood Wiro Sableng 212. Baronang bakar dan kepiting saus padang menjadi favorit pelanggan. Bumbunya meresap sampai tulang dan cangkang.Anda penikmat cerita Wiro Sableng karya Bastian Tito? Kisah pendekar sableng bersenjata kapak geni dengan pahatan angka 212 itu memang mampu membius banyak pecandu cerita silat. Meski kisah Wiro telah tamat, banyak orang masih terkesan pada sepak terjang dia. Salah satunya Ikhsan. Saking cinta kepada Wiro Sableng, pria asal Lamongan ini menamai kedainya dengan nama Wiro Sableng 212. Ternyata, pilihan nama itu tak salah. Berlokasi di Kelapa Gading, Jakarta Utara, kedai yang mengusung menu bermacam seafood ini punya banyak penggemar. Di depan kedai dua lantai dengan berukuran 128 meter persegi selalu tampak berjejalan mobil pengunjung. Asap tak berhenti menyebar dari pembakaran ikan yang tepat berada di pintu masuk kedai. Meski ruangan kedai ini dilengkapi pendingin ruangan, sebagian kepulan asap tetap menerobos masuk. Berkurangnya kenyamanan itu tak mengganggu pelanggan yang sudah terbiasa bertandang ke sana. Lima belas meja yang masing-masing dilengkapi delapan tempat duduk tampak terisi penuh oleh pengunjung. Di lantai dua yang bebas dari kepulan asap, situasi tak jauh berbeda. Pengunjung silih berganti datang. “Mereka memilih lantai dua karena tak suka kena asap dari pembakaran. Jadi lebih nyaman,” ujar Ikhsan, si empunya kedai. Jika diperhatikan, meski banyak menu makanan disodorkan, sebagian pengunjung kedai ini lebih suka kepiting saus padang dan ikan baronang bakar sebagai pilihan utama santapan mereka. Dua menu tersebut memang favorit banyak pelanggan Wiro Sableng. Kalau penasaran ingin mencicipinya, Anda harus bersabar menanti datangnya pesanan dua menu ini. Paling tidak butuh waktu sampai 1 jam menanti, sebelum akhirnya kepiting dan baronang bisa dieksekusi. Tampil dengan posisi terbelah menjadi dua bagian, ikan baronang bakar dengan berat lima ons menghantarkan aroma kuat. Lumuran kecap membuat si baronang tampil cantik berwarna cokelat kehitaman. Penantian panjang terasa sepadan lantaran pemilik kedai menyediakan tiga sambal pilihan: sambal tomat, sambal terasi, dan sambal kecap. “Agar para pengunjung bebas makan dengan sambal kesukaan masing-masing,” ujar Ikhsan dengan nada promosi. Kepiting 30 kg tandas Sebelum menyantapnya, ada baiknya Anda melumuri baronang yang terkapar dengan irisan jeruk nipis. Harum jeruk nipis berguna untuk mengusir bau amis yang memang kuat menempel di ikan baronang. Baronang yang terhampar di pinggan panjang tampak montok sehingga mudah dicuil dengan tangan. Hmm, tidak tercium bau amis. Ikhsan bilang, bau amis hanya akan muncul kalau ikan tak segar lagi ketika dimasak. “Di sini, ikan selalu segar,” ujar dia. 0906m2_40_dan_wirosableng1Daging ikan sangat lembut. Ada perpaduan antara rasa manis daging ikan dan gurih bumbu. Kelezatan daging baronang makin sempurna oleh kehadiran sambal yang menyertai ikan. Jika tak suka pedas, Anda bisa memilih sambal kecap. Jika suka pedas, sambal terasi atau sambal tomat bisa menjadi pilihan. Dua sambal itu mampu mampu membakar mulut. Makin garang di lidah ketika bercampur dengan nasi panas. Puas menghabiskan baronang bakar, giliran kepiting bakar saus padang menggoda pandangan. Kejutan langsung muncul begitu mencecapnya. Rasa manis plus pedas yang kuat begitu terasa. Daging kepiting juga empuk. Cangkangnya begitu mudah dipotek tanpa bantuan alat. Meski kedai dengan menu serupa di Kelapa Gading bertebaran, Wiro Sableng menjadi tempat tujuan makan warga sekitar yang ingin melampiaskan hasrat mengudap seafood. Apalagi, Ikhsan tidak memancangkan harga terlalu mahal. Harga seporsi kepiting berisi dua ekor dia banderol Rp 110.000. Adapun baronang bakar dia hargai Rp 9.000 per ons. Saban hari Wiro Sableng mampu menghabiskan 30 kilogram kepiting. Adapun kebutuhan ikan baronang kurang lebih 20 kilogram sampai 30 kilogram. Selain itu, Ikhsan juga mesti belanja udang dan kerang hijau minimal 25 kilogram sehari. “Kalau akhir pekan bisa habis dua kali lipat,” ujar dia. Semakin penasaran menyambangi kedai Wiro Sableng? Ingat, sabar mengantre, ya.
KENDATI tak punya pengalaman mengolah seafood, Ikhsan memberanikan diri membuka kedai dengan menu asal laut sebagai andalan dagang. “Pikiran saya ketika itu biar puas saja makan seafood tanpa bayar,” tutur pemilik kedai Seafood Wiro Sableng 212 ini. Berbekal uang Rp 1,5 juta, pria kelahiran Lamongan, Jawa Timur, 36 tahun silam ini nekat mendirikan kedai seafood pada tahun 1995. Sebuah warung tenda di pinggir Jalan Boulevard Raya, Kepala Gading, menjadi pilihannya. Lantaran belum bisa memasak seafood, Ikhsan pun menggunakan teknik coba-coba dalam meracik bumbu. Pengalaman berpetualang makan seafood di berbagai kedai menjadi referensinya kala mencampur bumbu. Hanya dalam hitungan hari, Ikhsan menemukan resep yang paling pas buat olahan seafood-nya. Ini pula yang kini menjadi resep rahasia dagangnya. “Sedikit sableng nyoba bumbu-bumbu biar pas,” ujar dia. Ini pula yang mendasari Ikhsan mengusung nama kedai dengan cerita kesukaannya, Wiro Sableng. “Bumbu sableng di Wiro Sableng,” ujar dia. Ternyata, racikan bumbu itu disukai banyak pengunjung. Pada awal tahun 2000, dia memindahkan kedai di sebuah ruko berlantai dua di kawasan Kelapa Gading. Ikhsan juga pernah membuka cabang di Muara Karang, Jakarta Utara. Lantaran kurang pengawasan, kedai itu tutup. “Waktu saya habis di sini,” ujar pria yang punya 30 karyawan ini. Ikhsan, yang hanya bermodal ijazah SMP tatkala hijrah ke Jakarta, mengaku kini bisa tersenyum lebar menikmati hasil jerih payahnya. Dari usahanya, tiga anaknya bisa bersekolah di lembaga pendidikan yang layak. Sebuah mobil siap mengantar jemput mereka.
Wiro Sableng Jl. Boulevard Raya Blok QA III/2-3 Kelapa Gading Jakarta Telp.(021) 45846930Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Test Test