KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina dan Saudi Aramco dikabarkan telah mencapai kata sepakat seputar skema yang akan digunakan untuk pengembangan Kilang Cilacap. Adapun, skema yang dimaksud yakni skema yang sama seperti yang diadopsi pada Kilang Balikpapan. Skema Kilang Balikpapan yang dimaksud adalah tidak dilakukan
spin-
off pada kilang
eksisting. Artinya, kongsi Pertamina dan Aramco akan membangun kilang baru.
Baca Juga: Proyek YY PHE-ONWJ ditargetkan produksi minyak pada akhir 2021 Hal ini sebelumnya, sudah sempat disampaikan oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati. Nicke menjelaskan, Jika menggunakan skema baru ini, kedua belah pihak akan membentuk perusahaan patungan untuk membangun fasilitas kilang baru di Cilacap. Skema ini juga tidak memasukkan perhitungan aset
eksisting yang dimiliki Pertamina. Selain itu, ia berharap, Pertamina tetap menjadi pemilik mayoritas proyek RDMP Cilacap. Pada proyek Kilang Cilacap, Pertamina memiliki saham mayoritas 55% dan Saudi Aramco menguasai 45%. Sementara itu,
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman memastikan kedua belah pihak kini tengah dalam diskusi lebih lanjut pasca kesepakatan soal skema pengembangan kilang. "Masih terus diskusi untuk opsi
tolling fee seperti di (Kilang) Balikpapan," kata Fajriyah kepada Kontan.co.id, Kamis (26/12).
Baca Juga: Pastikan pasokan BBM di SPBU Tol, Pertamina melayani, berbagi, mengedukasi Fajriyah menambahkan, saat ini
contract award untuk pengerjaan awal telah dilakukan. Adapun pengerjaan awal termasuk di dalamnya soal penyiapan lahan. Sayangnya, Fajriyah masih enggan merinci soal kelanjutan proyek ini. "Segera (tahap lanjutan), nanti akan disampaikan bila sudah firm," tandas Fajriyah. Selain itu, Pertamina juga masih membahas terkait dengan kemitraan di proyek kilang
Grass Root Refinery (GRR) Bontang. Nicke bilang, pihaknya tengah mencari opsi kemitraan selain dengan
Overseas Oil and Gas (OOG) LLc, perusahaan asal Oman. Nicke belum menerangkan detail opsi kemitraan yang dimaksud. Namun, sebelumnya Luhut sempat mengatakan bahwa ada opsi masuknya investor dari Uni Emirat Arab.
Baca Juga: Menteri ESDM minta Pertamina percepat pengeboran Blok Rokan Kendati begitu, Nicke mengatakan bahwa proses pembangunan kilang tidak akan terganggu. Sembari mencari kepastian dalam skema kemitraan, proses pengerjaan proyek, termasuk pengadaan lahan bisa tetap berjalan. "Jadi pembebasan lahan dan penetapan lokasi jalan terus. Jadi kita tidak akan terganggu seperti Cilacap itu pun sekarang jalan terus," ungkapnya. Selain Cilacap dan Bontong, Nicke juga menyatakan bahwa proyek kilang lain, seperti GRR Tuban terus berjalan.
Enginering Procurement and Construction (EPC) sudah berjalan. Reklamasi lahan untuk proyek ini pun sudah dilakukan, dan masih memerlukan tambahan lahan seluas 200 hektare.
Baca Juga: Beli bensin di SPBU Pertamina mulai 2020 pakai LinkAja Sementara untuk RDMP Balongan, Nicke mengatakan bahwa proses
front-end engineering design (FEED) dan EPC akan dilakukan bersamaan. Dengan itu, pengerjaan proyek ditargetkan bisa selesai lebih cepat sekitar 14 bulan atau 18 bulan. "Jadi kalau sebelumnya direncanakan tahap 1 selesai di akhir 2023, dengan skema yang sekarang kita lakukan akan selesai pertengahan 2022," tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .