JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) merilis hingga akhir Desember 2015 ini, perdagangan efek bersifat utang dan sukuk meningkat. Aktivitas transaksi di pasar obligasi konvensional, syariah, dan sukuk korporasi serta Efek Beragun Aset (EBA) yang berdenominasi rupiah mencapai Rp 187,16 triliun atau naik 11,43% dibandingkan periode sebelumnya. Pada tahun 2014, jumlahnya hanya Rp 167,96 triliun dengan frekuensi transaksi 22.181 kali, pada tahun 2015 capaianya meningkat menjadi Rp 187,16 triliun dengan frekuensi transaksi mencapai 22.212 kali. Rata-rata transaksi harian juga meningkat dari Rp 688,37 miliar per hari pada tahun 2014 menjadi Rp 770,21 miliar per hari di tahun 2015, atau naik 11,89%. Untuk aktivitas transaksi di pasar obligasi konvensional yang berdenominasi US$ mencapai US$ 6,98 juta atau turun sebesar 32,76% dibandingkan capaian tahun 2014 yang mencatat US$ 10,37 juta. Frekuensi transaksi obligasi konvensional yang berdenominasi Dolar AS juga turun sebesar 15,79% atau hanya tercatat 16 kali, dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 19 kali.
Sepanjang 2015, pasar utang bergerak positif
JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) merilis hingga akhir Desember 2015 ini, perdagangan efek bersifat utang dan sukuk meningkat. Aktivitas transaksi di pasar obligasi konvensional, syariah, dan sukuk korporasi serta Efek Beragun Aset (EBA) yang berdenominasi rupiah mencapai Rp 187,16 triliun atau naik 11,43% dibandingkan periode sebelumnya. Pada tahun 2014, jumlahnya hanya Rp 167,96 triliun dengan frekuensi transaksi 22.181 kali, pada tahun 2015 capaianya meningkat menjadi Rp 187,16 triliun dengan frekuensi transaksi mencapai 22.212 kali. Rata-rata transaksi harian juga meningkat dari Rp 688,37 miliar per hari pada tahun 2014 menjadi Rp 770,21 miliar per hari di tahun 2015, atau naik 11,89%. Untuk aktivitas transaksi di pasar obligasi konvensional yang berdenominasi US$ mencapai US$ 6,98 juta atau turun sebesar 32,76% dibandingkan capaian tahun 2014 yang mencatat US$ 10,37 juta. Frekuensi transaksi obligasi konvensional yang berdenominasi Dolar AS juga turun sebesar 15,79% atau hanya tercatat 16 kali, dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 19 kali.