Sepanjang 2021, Adira Finance Catat Pertumbuhan Laba Hingga 18,2%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di saat pandemi Covid-19 masih membayangi, perusahaan pembiayaan PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) mencatat kinerja cukup positif di 2021. Adapun, laba perusahaan naik 18,2% secara tahunan menjadi Rp 1,2 triliun di tahun lalu.

Hal tersebut ditopang dengan penyaluran pembiayaan baru sebesar Rp 25,9 triliun atau naik 39% yoy. Meskipun, piutang pembiayaan yang dikelola perusahaan tercatat masih menurun sebesar 8% dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi Rp 40,4 triliun di 2021.

Presiden Direktur Adira Finance Hafid Hadeli pun mengungkapkan bahwa tumbuhnya pembiayaan baru sepanjang 2021 disebabkan oleh adanya diskon PPnBM yang memang memberikan dampak cukup signifikan di industri otomotif.


Selain itu, Hafid bilang bahwa perusahaan telah berusaha memperbaiki kualitas dalam portofolionya. Hal tersebut tampak dari restrukturisasi pinjaman yang dilakukan perusahaan tersisa Rp 34 miliar.

“Kita ketahui pada 2020, kami sempat melakukan restrukturisasi pinjaman hingga Rp 19 triliun, namun keadaan jauh lebih baik, sudah banyak yang kembali ke normal dan hingga sampai akhir 2021 yang masih statusnya restrukturisasi di bawah Rp 100 miliar,” ujar Hafid dalam paparan kinerja, Jumat (11/2).

Baca Juga: Gandeng OVO, Adira Finance Berikan Fasilitas Pembiayaan Terhadap Pengguna OVO

 
ADMF Chart by TradingView

Sementara itu, Hafid juga menargetkan di tahun 2022, pertumbuhan pembiayaan baru bisa mencapai 25%. Untuk piutang pembiayaan, Hafid menilai belum akan mencapai level di masa pra pandemi meskipun recovery tetap terus dilakukan.

Dari sisi pendanaan sendiri, total pinjaman eksternal perusahaan tercatat turun 34,8% yoy menjadi Rp 10,9 triliun. Adapun, hal tersebut terdiri dari pinjaman bank baik luar negeri maupun dalam negeri dan obligasi, yang masing-masing memberikan kontribusi 45% dan 55%.

Direktur Keuangan Adira Finance I Dewa Made Susila pun menambahkan  bahwa tahun ini pihaknya juga sudah memiliki rencana untuk menambah sumber pendanaan. Mengingat, kebutuhan bisnis terkait penyaluran pembiayaan baru yang ditargetkan tumbuh 25%.

“Tahun ini ada rencana juga, kami akan evaluasi penerbitan obligasi dan sukuk,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari