KONTAN.CO.ID - JAKARTA.
PT ESSA Industries Indonesia Tbk (dahulu PT Surya Esa Perkasa Tbk) (ESSA), perseroan yang bergerak di sektor Energi dan Kimia melalui kilang LPG (Liquefied Petroleum Gas) dan pabrik Amoniak ini membukukan pendapatan sepanjang 2023 sebesar US$ 345 juta, turun 53% YoY, dan EBITDA sebesar US$ 123,3 juta, turun 65% YoY jika dibandingkan tahun 2022 lalu. Penurunan pendapatan ini menurut Kanishk Laroya selaku President Director of ESSA utamanya disebabkan oleh harga komoditas yang lebih rendah dan
shutdown dalam rangka pemeliharaan terjadwal pabrik amoniak yang telah dilaksanakan pada kuartal pertama tahun 2023. Meski catatan pendapatan menurun, Kanishk mengatakan Perseroan akan terus berkomitmen untuk mencapai
operational excellence dan
cost discipline untuk terus meningkatkan kinerja.
Baca Juga: ESSA Catatkan Laba yang Lebih Baik di Kuartal IV Tahun 2023, Didukung Kenaikan Harga “Selama Q4 tahun 2023, Pabrik LPG kami berhasil mempertahankan
plant availability rate yang impresif di kisaran 99,5%. Sementara itu, pabrik amonia secara konsisten beroperasi pada tingkat utilitas 110% lebih besar dari
nameplate capacity yang dimiliki,” ungkapnya kepada Kontan, Kamis (08/02). ESSA juga ungkap dia akan tetap berkomitmen dalam dedikasinya untuk memastikan pengoperasian pabrik yang aman dan mendukung kelestarian lingkungan. “Komitmen ini menggarisbawahi nilai-nilai inti kami dan mendorong upaya kami untuk menjunjung standar keselamatan tertinggi dan pengelolaan keberlanjutan lingkungan. Pabrik amonia ESSA berada di peringkat kuartil teratas secara global dalam hal efisiensi energi, yang menjadikannya salah satu pabrik amonia paling efisien di dunia,” tambahnya. Kemudian, masih terkait penurunan pendapatan pada Tahun 2023 juga terjadi harga realisasi Amoniak ESSA yang mengalami penurunan sebesar 54% YoY menjadi rata-rata US$ 412/MT. Penurunan harga Amoniak dimulai pada awal Tahun 2023 dan mencapai level terendah pada pertengahan Tahun 2023, kemudian menunjukkan tren peningkatan di kuartal ke-4 tahun 2023. “ESSA memperkirakan harga amoniak akan tetap berada di level yang stabil serupa dengan harga Tahun 2023, meskipun pada awal Tahun 2024 diprediksi akan terjadi tekanan harga yang dipicu isu geopolitik di Timur Tengah dan Kawasan Laut Merah,” ungkapnya. Terkait konflik tersebut, Kanishk mengatakan Timur Tengah memang merupakan pemasok utama amonia, dengan sebagian besar amonia mencapai Eropa melalui Kawasan Laut Merah. Hal ini sangat penting karena Eropa mengimpor amonia diakibatkan tingginya harga gas alam di wilayah tersebut dampak dari krisis Rusia-Ukraina.
“Namun saat ini, permasalahan Laut Merah hanya berdampak kecil terhadap ESSA; namun, jika masalah ini terus berlanjut, dampaknya mungkin terbatas hanya terhadap arus perdagangan regional,” jelasnya. ESSA di tahun ini tambahnya masih akan terus fokus pada
manufacturing excellence, pengembangan program keberlanjutan lingkungan, dan beradaptasi dengan kebutuhan industri yang terus berkembang. “Komitmen ESSA terhadap pelestarian lingkungan dan inovasi dibuktikan melalui studi kelayakan Tahap 2 yang sedang berlangsung untuk proyek pengembangan Blue Ammonia. Hal ini merupakan pondasi awal dalam membentuk lanskap inisiatif ESSA dalam upaya dekarbonisasi di masa yang akan datang,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .