Sepanjang April dana masuk ke US Treasury mencapai US$ 6 miliar



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Investor obligasi akan kembali ke Amerika Serikat (AS) setelah bertahun-tahun mengejar hasil di tempat lain, tertarik oleh suku bunga yang lebih tinggi dalam ekonomi terbesar dunia. Pergeseran sentimen ini memukul emerging market.

Mengutip Wall Street Journal, Jumat (4/5), investor telah menarik lebih dari US$ 1 miliar dari dana obligasi emerging market dalam seminggu hingga Rabu (2/5), menurut EPFR Global. Ini artinya investor telah melakukan penarikan bersih dari dana obligasi pasar emerging market dalam beberapa minggu berturut-turut untuk pertama kalinya dalam lebih dari 15 bulan.

Tak hanya bagi emerging market, kondisi yang sama juga terjadi di pasar obligasi di Eropa, dimana penarikan dana investor mencapai US$ 300 juta pekan lalu.


Investor tampaknya ramai-ramai beralih ke dalam pasar utang AS. Dana yang diperdagangkan di bursa yang membeli Treasury AS menarik lebih dari US$ 6 miliar sepanjang bulan April, arus masuk bulanan terbesar sejak Januari 2016, menurut TrimTabs Investment Research.

“Perekonomian AS berjalan dengan baik dan demikian juga kinerja perusahaan AS. Investor melihat nilai dalam mengambil eksposur ke pasar AS, yang merupakan yang terbesar di dunia, ”kata Gary Ng, ekonom untuk Asia Pasifik di Natixis, Hong Kong.

Ramainya arus masuk investor ke obligasi pemerintah AS muncul karena imbal hasil benchmark Treasury 10-tahun tetap mendekati 3%, tingkat yang menembus rekor pada 24 April untuk pertama kalinya dalam lebih dari empat tahun.

Kenaikan hasil AS telah memperlebar kesenjangan antara imbal hasil yang tersedia untuk investor pada obligasi AS dan yang berasal dari negara maju utama lainnya. Imbal hasil pada obligasi pemerintah Jerman 10-tahun sekarang berada di level 0,53%, dibandingkan dengan hasil 2,94% pada Treasury AS.

Sebaliknya, selisih antara obligasi AS dan beberapa pasar berkembang telah menyempit, satu alasan mengapa investor memilih untuk membawa uang kembali ke Amerika Serikat. Misalnya, selisih imbal hasil antara obligasi pemerintah 10 tahun Brasil dan patokan AS telah menyempit menjadi 6,74% dari 7,61% pada awal tahun.

Kombinasi dari yield AS yang lebih tinggi dan status safe haven obligasi Treasury juga merupakan pilihan menarik bagi banyak investor, kata para analis, terutama karena beberapa pasar negara berkembang menemukan diri mereka dalam kesulitan.

Bank sentral Argentina terpaksa menaikkan suku bunganya untuk kedua kalinya dalam seminggu karena para pejabat bergulat dengan mata uang yang jatuh dan inflasi. Tingkat kebijakan saat ini mencapai 33,25%.

Turki juga berurusan dengan meningkatnya inflasi dan mata uang yang pingsan, dan peringkat utang pemerintahnya baru-baru ini semakin terpuruk ke dalam junk oleh S&P.

Editor: Yudho Winarto