KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menyatakan volume penjualan properti residensial atau penjualan rumah terkontraksi 15,79% bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy). Padahal, pada kuartal-I 2019 penjualan rumah masih tumbuh 0,05% yoy. Menurut hasil survei BI, sebagian besar responden mengatakan faktor utama yang menghambat penjualan properti residensial adalah melemahnya daya beli, suku bunga KPR yang cukup tinggi, tingginya harga rumah dan permasalahan perijinan/birokrasi dalam pengembangan lahan. Baca Juga: REI: Harga properti dibanding tahun lalu naik 5% sampai 7%
Dalam laporan bulanan bank umum, rata-rata suku bunga KPR pada kuartal II-2019 sebesar 9,43%, lebih rendah bila dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 9,53%. Secara rinci, penurunan penjualan rumah terjadi pada rumah tipe kecil dan menengah. Keduanya masing-masing terkontraksi 26,55% yoy dan 0,46% yoy. Sedangkan tipe rumah besar masih tumbuh 11,75% yoy. Kendati harga rumah masih dianggap tinggi, data BI menunjukkan indeks harga properti residensial (IHPR) tumbuh 1,47% yoy. Angka tersebut menunjukkan perlambatan, sebab pada kuartal sebelumnya IHPR tercatat tumbuh 2,04% yoy. "Terjadinya kenaikan harga properti residensial pada kuartal II-2019 terutama disebabkan oleh adanya kenaikan harga bahan bangunan dan kenaikan upah pekerja bangunan," jelas BI dalam laporannya yang dikutip Kontan, Kamis (15/8). Baca Juga: Survei BI: Kenaikan harga properti residensial melambat di triwulan II 2019 Melambatnya kenaikan harga properti residensial terjadi pada semua tipe rumah kecil dan menengah. Pada kuartal II-2019 kenaikan harga rumah tipe kecil tumbuh 2,18% yoy melambat dari kuartal sebelumnya yang tumbuh 3,18% yoy.