KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan nilai tukar rupiah selama sepekan ini cukup volatil diwarnai dengan pergerakan yang sempat mengaut di awal pekan dan melemah di akhir pekan ini. Mengutip
Bloomberg di pasar spot, Jumat (24/8), nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melorot ke level Rp 14.649 per dollar Amerika Serikat (AS). Lagi-lagi rupiah menembus level terendahnya dalam tahun ini, bahkan sejak Oktober 2015. Selama sepekan, mata uang Garuda ini mengalami depresiasi 0,38% terhadap dollar AS. Sementara, kurs tengah rupiah di Bank Indonesia (BI) juga melemah 0,24% ke posisi Rp 14.655 per dollar AS.
Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Fikri C. Permana mengatakan, volatilitas rupiah sepekan ini mayoritas dipengaruhi oleh sentimen eksternal. Di awal pekan, rupiah sempat menguat karena pernyataan Presiden AS, Donald Trump yang meminta The Fed menahan kenaikan suku bunga acuannya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi AS. Sedangkan, pada Rabu (22/8) pejabat The Fed tampak membalas pernyataan Trump. Saat itu, The Fed justru menyatakan pernyataan
hawkish guna menahan resesi. Fikri mengatakan rupiah ditutup melemah di akhir pekan ini karena juga terpapar sentimen negatif dari geopolitik di AS akan ancaman
impeachment Trump. Selain itu, meningkatnya ketegangan AS dab Iran serta perundingan dagang AS dan China yang belum menemui titik terang juga menyeret rupiah melemah. Untuk pekan depan, Fikri memproyeksikan rupiah masih akan bergerak dalam rentang yang lebar dan cenderung terapresiasi tipis. "Saya lihat, sentimen utama pergerakan rupiah sepekan depan berasal dari
hawkish-nya The Fed yang akan memenuhi pasar," kata Fikri, Minggu (26/8). Namun, rupiah berpotensi terapresiasi karena Fikri melihat pelaku pasar sudah
priced in sehingga tekanan terhadap rupiah tidak akan sebesar minggu ini. Fikri berpandangan, tekanan perang AS dan China juga mungkin mereda seiring dengan laporan ekspor batubara AS yang memperlihatkan bahwa mereka telah mulai berinisiatif mengganti tujuan pelabuhan ekspor mereka ke Korea Selatan guna menghindari tarif tinggi yang diberlakukan China. Pekan depan, Fikri memprediksi rupiah bisa sedikit bernapas lega karena tertundanya kewajiban Indonesia untuk membayar denda World Trade Organization (WTO) sebesar Rp 5 triliun terkait impor holikulturan AS. Sedangkan dilihat dari kondisi pasar Surat Utang Negara (SUN),perekonomian Indonesia cenderung stabil karena pemerintah akan menahan penyerapan SUN dibanding asumsi awal tahun.
"Asumsi RAPBN 2019 yang lebih realistis juga akan memberikan sentimen positif bagi pasar keuangan dalam negeri," kata Fikri. Senin (27/8), Fikri memproyeksikan rupiah berada direntang Ro 14.565 per dollar AS hingga Rp 14.615 per dollar AS. Sedangkan kecenderungan pergerakan rupiah sepekan depan berada rentang Rp 14.485 per dollar AS hingga Rp 14.635 per dollar AS. "Prediksi tersebut dengan asumsi utama, yield SUN tenor 10 tahun berada di 7,4% hingga 8,4%," kata Fikri. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie