JAKARTA. Harga batubara terus turun selama sepekan terakhir, dipicu oleh ketidakpastian perkembangan ekonomi global, khususnya sektor industri. Beberapa data ekonomi di Eropa menunjukkan hasil negatif, disusul pemotongan anggaran di Amerika Serikat (AS).Harga batubara untuk pengiriman April 2013 di ICE Futures, Kamis (7/3), turun 0,55% menjadi US$ 90,55 per metrik ton, dibandingkan harga sehari sebelumnya. Selama sepekan, batubara terkoreksi cukup dalam, sebesar 2,58%.Awal bulan ini, China mulai memberlakukan standar emisi baru pada enam industri yang selama ini menimbulkan polusi. Masalahnya, kebanyakan industri vital di China masih menggunakan batubara sebagai bahan energi, contohnya adalah pembangkit listrik. China merupakan negara konsumen batubara terbesar. Peraturan baru ini, jelas memukul produsen batubara.Ibrahim, analis senior Harvest International Futures mengatakan, masalah pemotongan anggaran US$ 85 miliar AS yang diberlakukan per 1 Maret juga dijadikan alasan para pelaku pasar untuk mengambil posisi jual. Pemotongan anggaran ini membangkitkan pesimisme laju ekonomi industri AS, sehingga permintaan batubara mungkin akan menurun.Ibrahim juga menyorot soal neraca perdagangan China. Surplus neraca perdagangan China pada Februari, mencapai US$ 15,3 miliar dari sebelumnya surplus US$ 29,2 miliar. Penurunan ini direspon pesimistis para pelaku pasar, karena timbul kekhawatiran akan semakin berkurangnya permintaan dari China.Selama sepekan mendatang, Ibrahim memprediksi adanya potensi koreksi lanjutan yang diselingi fase konsolidasi. Pelaku pasar kemungkinan belum akan melakukan banyak pergerakan selama sepekan depan, sambil menunggu rilis data foreign direct investment (FDI) China. "Data ini bisa dijadikan acuan oleh pasar untuk menentukan pergerakan harga," kata Ibrahim.Pendapat berbeda dilontarkan oleh Renji Betari, Researcher Bursa Berjangka Jakarta. Ia mengatakan, tren penurunan kemungkinan besar akan berakhir di pekan ini, karena harga sudah terlalu rendah dan waktunya rebound.Namun, tekanan masih mungkin terlihat pada pergerakan harga sepekan mendatang. "Rilis data-data ekonomi selama beberapa terakhir sedikit menunjukkan indikasi perbaikan ekonomi global, sehingga bisa dijadikan penopang pergerakan harga batubara sepekan mendatang," kata Renji.Kenaikan alokasi anggaran pembangunan di China serta prospek industri India masih bisa diandalkan, membuat Renji yakin, harga batubara bakal kembali naik ke US$ 95 per ton, setidaknya sampai akhir pekan mendatang.Ibrahim memprediksi adanya koreksi terbatas pada harga batubara, dengan pergerakan di kisaran US$ 89,55-US$ 91,17 per metrik ton sepekan ke depan. Renji memprediksi, harga batubara cenderung menguat, di kisaran US$ 90-US$ 95 per ton.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sepekan, harga batubara turun 2,58%
JAKARTA. Harga batubara terus turun selama sepekan terakhir, dipicu oleh ketidakpastian perkembangan ekonomi global, khususnya sektor industri. Beberapa data ekonomi di Eropa menunjukkan hasil negatif, disusul pemotongan anggaran di Amerika Serikat (AS).Harga batubara untuk pengiriman April 2013 di ICE Futures, Kamis (7/3), turun 0,55% menjadi US$ 90,55 per metrik ton, dibandingkan harga sehari sebelumnya. Selama sepekan, batubara terkoreksi cukup dalam, sebesar 2,58%.Awal bulan ini, China mulai memberlakukan standar emisi baru pada enam industri yang selama ini menimbulkan polusi. Masalahnya, kebanyakan industri vital di China masih menggunakan batubara sebagai bahan energi, contohnya adalah pembangkit listrik. China merupakan negara konsumen batubara terbesar. Peraturan baru ini, jelas memukul produsen batubara.Ibrahim, analis senior Harvest International Futures mengatakan, masalah pemotongan anggaran US$ 85 miliar AS yang diberlakukan per 1 Maret juga dijadikan alasan para pelaku pasar untuk mengambil posisi jual. Pemotongan anggaran ini membangkitkan pesimisme laju ekonomi industri AS, sehingga permintaan batubara mungkin akan menurun.Ibrahim juga menyorot soal neraca perdagangan China. Surplus neraca perdagangan China pada Februari, mencapai US$ 15,3 miliar dari sebelumnya surplus US$ 29,2 miliar. Penurunan ini direspon pesimistis para pelaku pasar, karena timbul kekhawatiran akan semakin berkurangnya permintaan dari China.Selama sepekan mendatang, Ibrahim memprediksi adanya potensi koreksi lanjutan yang diselingi fase konsolidasi. Pelaku pasar kemungkinan belum akan melakukan banyak pergerakan selama sepekan depan, sambil menunggu rilis data foreign direct investment (FDI) China. "Data ini bisa dijadikan acuan oleh pasar untuk menentukan pergerakan harga," kata Ibrahim.Pendapat berbeda dilontarkan oleh Renji Betari, Researcher Bursa Berjangka Jakarta. Ia mengatakan, tren penurunan kemungkinan besar akan berakhir di pekan ini, karena harga sudah terlalu rendah dan waktunya rebound.Namun, tekanan masih mungkin terlihat pada pergerakan harga sepekan mendatang. "Rilis data-data ekonomi selama beberapa terakhir sedikit menunjukkan indikasi perbaikan ekonomi global, sehingga bisa dijadikan penopang pergerakan harga batubara sepekan mendatang," kata Renji.Kenaikan alokasi anggaran pembangunan di China serta prospek industri India masih bisa diandalkan, membuat Renji yakin, harga batubara bakal kembali naik ke US$ 95 per ton, setidaknya sampai akhir pekan mendatang.Ibrahim memprediksi adanya koreksi terbatas pada harga batubara, dengan pergerakan di kisaran US$ 89,55-US$ 91,17 per metrik ton sepekan ke depan. Renji memprediksi, harga batubara cenderung menguat, di kisaran US$ 90-US$ 95 per ton.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News