JAKARTA. Harga minyak sawit alias crude palm oil (CPO) rebound pada perdagangan Jumat (4/5). Penguatan hari ini agak mengurangi besarnya koreksi yang berlangsung dalam sepekan ini.Kontrak CPO Untuk pengiriman Juli di Malaysia Derivatives Exchange sempat reli 0,5% ke level RM 3.395 atau setara US$ 1.118 per metrik ton, sebelum mengakhiri sesi perdagangan pagi di RM 3.386 per metrik ton. Meski begitu, dalam sepekan ini, harga CPO masih terpangkas sebesar 3,4%. Ini koreksi mingguan tertajam sejak November lalu.Harga CPO menguat lantaran spekulasi permintaan bakal meningkat. Ini mungkin terjadi di saat suplai dan stok minyak kedelai di Amerika Selatan justru lebih rendah.Data surveyor Intertek menunjukkan, ekspor minyak sawit dari Malaysia naik 9,4% menjadi 1,35 juta ton sepanjang April, dibandingkan bulan sebelumnya 1,23 juta ton. Sementara itu, analis yang disurvei Bloomberg memprediksi, stok kedelai AS akan surut menjadi 215 juta bushel per 31 Agustus. Jumlah tersebut lebih rendah dari perkiraan Departemen Pertanian AS (USD) pada bulan lalu yang mencapai 250 juta bushel."China masih akan menjadi pembeli yang besar untuk kedelai AS, dan permintaan akan tetap konsisten dalam waktu jangka pendek," kata Ryan Long, vice president of futures and options di OSK Holdings Bhd. Lanjut Ryan, permintaan minyak sawit juga akan meningkat mulai akhir bulan ini, seiring pembeli menyiapkan stok untuk Ramadhan.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sepekan, harga CPO terpangkas 3,4%
JAKARTA. Harga minyak sawit alias crude palm oil (CPO) rebound pada perdagangan Jumat (4/5). Penguatan hari ini agak mengurangi besarnya koreksi yang berlangsung dalam sepekan ini.Kontrak CPO Untuk pengiriman Juli di Malaysia Derivatives Exchange sempat reli 0,5% ke level RM 3.395 atau setara US$ 1.118 per metrik ton, sebelum mengakhiri sesi perdagangan pagi di RM 3.386 per metrik ton. Meski begitu, dalam sepekan ini, harga CPO masih terpangkas sebesar 3,4%. Ini koreksi mingguan tertajam sejak November lalu.Harga CPO menguat lantaran spekulasi permintaan bakal meningkat. Ini mungkin terjadi di saat suplai dan stok minyak kedelai di Amerika Selatan justru lebih rendah.Data surveyor Intertek menunjukkan, ekspor minyak sawit dari Malaysia naik 9,4% menjadi 1,35 juta ton sepanjang April, dibandingkan bulan sebelumnya 1,23 juta ton. Sementara itu, analis yang disurvei Bloomberg memprediksi, stok kedelai AS akan surut menjadi 215 juta bushel per 31 Agustus. Jumlah tersebut lebih rendah dari perkiraan Departemen Pertanian AS (USD) pada bulan lalu yang mencapai 250 juta bushel."China masih akan menjadi pembeli yang besar untuk kedelai AS, dan permintaan akan tetap konsisten dalam waktu jangka pendek," kata Ryan Long, vice president of futures and options di OSK Holdings Bhd. Lanjut Ryan, permintaan minyak sawit juga akan meningkat mulai akhir bulan ini, seiring pembeli menyiapkan stok untuk Ramadhan.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News