JAKARTA. Sepekan terakhir harga CPO terbenam 4,5% dari US$ 848,05 per ton ke US$ 809,9 per ton (20/8). Namun, kejatuhan yang tajam memikat investor untuk kembali masuk dengan didukung naiknya harga minyak kedelai di tengah kecemasan musim kering yang akan mengurangi produksi di AS, negara eksportir terbesar. Analis Indosukses Futures Herry Setyawan menyebut, jatuhnya harga CPO sepekan kemarin karena terkerek lemahnya harga minyak mentah. Namun, pekan ini harganya kembali naik karena masih kuatnya permintaan jelang lebaran dan akhir tahun. Apalagi, didukung faktor cuaca yang diduga bisa menghambat produksi.Maka, Herry menduga, CPO berpeluang paling tidak menguji ke posisi rekor sebelumnya di US$ 865 per ton. Apalagi, ada peluang rebound harga minyak mentah. Sepekan ini, dia memprediksi CPO bergerak di US$ 780-US$ 870 per ton.Sementara, Vice President Riset Valbury Asia Futures, Nico Omer Jonckheere menilai saat ini CPO masih mencoba mempertahankan harga di level US$ 850-US$ 900 per ton. Ini berlangsung setelah kenaikan tajam dua pekan lalu akibat euforia lonjakan permintaan dan berkurangnya suplai karena cuaca, yang membuat harga terdiskonto.Namun, dia menilai, kedua faktor itu memang masih akan berlaku di pasar, sehingga terbuka peluang CPO untuk kembali naik. Tapi, kata Nico perlu memperhatikan faktor pasar modal. "Pada September-Oktober, pasar modal rawan koreksi. Kalau koreksi, dolar naik, CPO sebagai produk substitusi minyak akan ikut terkoreksi," ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sepekan ini, CPO berpeluang rebound
JAKARTA. Sepekan terakhir harga CPO terbenam 4,5% dari US$ 848,05 per ton ke US$ 809,9 per ton (20/8). Namun, kejatuhan yang tajam memikat investor untuk kembali masuk dengan didukung naiknya harga minyak kedelai di tengah kecemasan musim kering yang akan mengurangi produksi di AS, negara eksportir terbesar. Analis Indosukses Futures Herry Setyawan menyebut, jatuhnya harga CPO sepekan kemarin karena terkerek lemahnya harga minyak mentah. Namun, pekan ini harganya kembali naik karena masih kuatnya permintaan jelang lebaran dan akhir tahun. Apalagi, didukung faktor cuaca yang diduga bisa menghambat produksi.Maka, Herry menduga, CPO berpeluang paling tidak menguji ke posisi rekor sebelumnya di US$ 865 per ton. Apalagi, ada peluang rebound harga minyak mentah. Sepekan ini, dia memprediksi CPO bergerak di US$ 780-US$ 870 per ton.Sementara, Vice President Riset Valbury Asia Futures, Nico Omer Jonckheere menilai saat ini CPO masih mencoba mempertahankan harga di level US$ 850-US$ 900 per ton. Ini berlangsung setelah kenaikan tajam dua pekan lalu akibat euforia lonjakan permintaan dan berkurangnya suplai karena cuaca, yang membuat harga terdiskonto.Namun, dia menilai, kedua faktor itu memang masih akan berlaku di pasar, sehingga terbuka peluang CPO untuk kembali naik. Tapi, kata Nico perlu memperhatikan faktor pasar modal. "Pada September-Oktober, pasar modal rawan koreksi. Kalau koreksi, dolar naik, CPO sebagai produk substitusi minyak akan ikut terkoreksi," ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News