Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini berhasil mengukir rekor baru sepanjang sejarah pada hari Selasa (31/3). IHSG mengalami kenaikan signifikan 1,47% atau 80.02 poin sehingga bertengger di level 5.518,68. Selanjutnya Rabu (1/4) dan Kamis (2/4) IHSG terus melemah hingga ditutup pada level 5.456,39. Meskipun ditutup melemah, selama sepekan IHSG menguat 1,10%. Investor asing juga masih konsisten mencatatkan aksi beli senilai Rp 296,4 miliar. Untuk pekan depan, Krishna D Setiawan, Analis Lautandhana Securindo, bilang belum terlihat sentimen yang dapat mengangkat pergerakan IHSG dari dalam maupun luar negeri. Apalagi mengingat keadaan rupiah yang juga terus melemah. Ia memperkirakan, pekan depan IHSG akan melemah di kisaran 5.415-5.460. Berbanding terbalik, Alwy Assegaf yang analis Universal Broker Indonesia menduga aksi beli asing masih akan berlanjut hingga pekan depan, sehingga diharapkan dapat mengangkat indeks. Terlebih meninjau keputusan BI rate nantinya setelah rilisnya data inflasi domestik yang di bawah konsesus yakni 0,17%. Dengan begitu, Alwy memperkirakan IHSG akan melanjutkan penguatannya di pekan depan di kisaran 5.412-5.524.
Berikut pergerakan IHSG selama sepekan ini: Senin (31/3), IHSG pagi ini dibuka sumringah. Data RTI menunjukkan, pada pukul 09.17 WIB, indeks tercatat naik 0,52% menjadi 5.425,06. Ada 126 saham yang menunjang kenaikan indeks. Sementara, 29 saham memerah dan 91 saham lainnya diam di tempat. Adapun volume transaksi perdagangan pagi ini melibatkan 542,072 juta saham dengan nilai transaksi Rp 732,280 miliar. Namun, indeks naik 0,77% atau 41,802 poin ke level 5.438. Torehan IHSG ini mengekor penguatan bursa Asia. Tercatat 206 saham bergerak naik, 88 saham bergerak turun, dan 92 saham stagnan. Perdagangan awal pekan ini melibatkan 6,1 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 6,1 triliun. Selasa (31/3), IHSG tampil perkasa di pembukaan perdagangan. Data RTI menunjukkan indeks melompat 1,01% atau 55,660 poin ke level 5.494,52 pada pukul 09.21 WIB. Tercatat 161 saham bergerak naik, 44 saham bergerak turun, dan 63 saham stagnan. Pada pembukaan perdagangan hari ini melibatkan 837 juta lot saham dengan nilai transaksi Rp 1,05 triliun. IHSG bertahan di zona hijau dari awal sampai akhir perdagangan hari ini. Bahkan IHSG berhasil mengukir rekor baru sepanjang sejarah. IHSG mengalami kenaikan signifikan 1,47% atau 80.02 poin sehingga bertengger di level 5.518,68. Sebanyak 197 saham menghijau, 101 saham memerah, dan 94 saham tidak berubah. Selama sebulan ini, IHSG sudah menunjukkan performanya sebesar 0,75%. Rabu (1/4), IHSG bergerak fluktuaktif cenderung melemah pada pembukaan perdagangan. Data RTI menunjukkan, indeks turun 0,22% atau 11,86 ke level 5.507,15 pada pukul 09.24 WIB. Tercatat 108 saham bergerak turun, 86 saham bergerak naik, dan 74 saham stagnan. Perdagangan pagi ini melibatkan 696 juta lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 810 miliar. HSG ditutup melemah. IHSG terus berada di zona merah dari awal perdagangan. Indeks turun 0,94% atau 51,80 point menjadi 5.466,87. Sebanyak 106 saham menguat, 201 saham melemah, dan 82 saham tidak bergerak. Total transaksi yang terjadi sebanyak 234.630 kali dengan volume 6,22 miliar lot, senilai Rp 6,4 triliun. Pelemahan IHSG Rabu (1/4) ini juga terjadi akibat aksi profit taking investor dalam negeri. Tercatat investor dalam negeri melakukan aksi jual saham sebesar Rp 3,5 triliun dan beli saham Rp 3 triliun. Adapun investor asing lebih banyak memborong saham, dengan pembelian sebanyak Rp 2 triliun dan penjualan saham sebesar Rp 1,6 triliun. Kamis (2/4), IHSG menghijau pada awal perdagangan ini. Data RTI menunjukkan indeks naik 0,27% atau 14,621 poin ke level 5.482,932 pada pukul 09.27 WIB. Tercatat 114 saham naik, 58 saham bergerak turun, dan 78 saha stagnan. Di pembukaan perdagangaan pagi ini melibatkan 1,08 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 988 miliar. Setelah menguat di awal perdagangan, IHSG memerah sampai penutupan bursa. IHSG berada pada level 5.456,39, turun 0,19% atau 10,47 poin. Sebanyak 137 saham menguat, 147 saham melemah, dan 97 saham tidak bergerak. Tercatat frekuensi perdagangan yang terjadi sebanyak 207.264 kali, dengan volume 5,93 miliar lot, senilai Rp 5,47 triliun. Rupiah Rupiah pekan ini ada kecenderungan terus menguat kendati rupiah dibuka pada awal dengan pelemahan tipis sebesar 0,17% menjadi Rp 13,086. Pelemahan ini, menurut ekonom PT Bank Central Asia (BCA) David Sumual, terkait faktor global yaitu menguatnya dollar AS. Mata uang hijau itu makin kuat pascapidato Gubernur The Fed Janet Yellen, pada Sabtu (28/3). Sudah begitu, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, Faisyal, menambahkan, keadaan ekonomi dalam negeri justru ikut melemahkan pertahanan rupiah “Keputusan kenaikan BBM pada Sabtu (28/3) pekan lalu membuat tingkat inflasi Indonesia berpeluang untuk meningkat, yang mana ini menekan rupiah,” jelas Faisyal. Setelah itu rupiah cenderung terus menguat hingga akhirnya ditutup pada Kamis (2/4) di angka Rp 13.015. Menurut Faisyal, Research and Analyst Monex Investindo, menilai data lain yang mendukung penguatan rupiah adalah kenaikan jumlah kunjungan turis asing ke Indonesia sebesar 11,95% sepanjang Februari. Hal ini turut berefek positif karena menyumbang devisa negara. Di sisi lain, hingga Rabu (1/4), tidak ada rilis data ekonomi AS yang berdampak signifikan. Adapun rupiah sepekan ke depan, Albertus Christian, Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures menuturkan, pergerakan rupiah ditentukan oleh rilis data nonfarm payrolls pada Jumat (3/4) malam. Apabila ada data nonfarm payrolls positif dan mampu menumbuhkan keyakinan pelaku pasar terkait kenaikan suku bunga pada bulan Juni, maka akan memberikan tekanan bagi rupiah. Christian memprediksi USD/IDR sepekan mendatang akan bergerak di kisaran Rp 12.980-Rp 13.120. Sementara itu, Reny menebak USD/IDR sepekan terbentang di antara Rp 12.964-Rp 13.100. Berikut pergerakan rupiah selama sepekan ini: Senin (31/3), rupiah melemah tipis terhadap dollar AS. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat rupiah melemah 0,17% menjadi Rp 13.086 per dollar AS. Di pasar spot, pasangan USD/IDR naik 0,08% menjadi Rp 13.075. Selasa (31/3), rupiah terapresiasi tipis di pasar spot dengan penguatan tajam menjelang penutupan. Rupiah ditutup naik 1 poin ke Rp 13.074 per dolar AS di Bloomberg Dollar Index setelah dibuka merosot 0,04% ke Rp 13.080 per dolar AS. Kurs tengah BI menempatkan rupiah pada Rp 13.084 per dolar AS atau turun 2 poin dari Rp 13.086 pada 30 Maret 2015. Rabu (1/4), kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menunjukan bahwa nilai tukar rupiah naik ke Rp 13,043 per dollar AS atau 0,31% dibandingkan sebelumnya yang Rp 13,084 per dollar AS. Adapun data Bloomberg, di pasar spot rupiah juga menguat Rp 13,032 per dollar AS atau 0,32% dari sebelumnya Rp 13.074 per dollar AS. Kamis (2/4), rupiah melanjutkan penguatan. Merujuk kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) naik ke Rp 13.000 per dollar AS atau 0,33% dari Rp 13.043 dollar AS sebelumnnya. Mengacu pada data Bloomberg, di pasar spot rupiah juga menguat 0,25% ke Rp 13.015 per dollar AS dari Rp 13.048 per dollar AS. Di penutupan rupiah diperdagangkan turun 0,34% ke Rp13.004 per dolar AS. Emas Setelah menguat ke kisaran US$ 1.291 per troy ounce pekan lalu, memasuki pekan yang baru harga si kuning kini malah bergerak melemah. Penyebabnya, lagi-lagi Janet Yellen, Gubernur The Federal Reserves, bank sentral Amerika Serikat (AS). Pada Sabtu Dini hari waktu Indonesia Barat, Yellen berpidato di Konferensi Bank Sentral AS. Di kesempatan tersebut, Yellen melontarkan bahwa bunga acuan AS tahun ini akan naik. Efek pernyataan itu langsung dirasakan oleh emas. Harga emas dunia, mengutip data Bloomberg, Senin (30/3) pukul 14.30, harga emas bergerak di level US$ 1.192,80 per ons troi. Harga turun 0,58% dibandingkan dengan akhir pekan lalu. Kemudian pada hari Selasa (31/3) emas Comex untuk kontrak April 2015 saat dibuka pada perdagangan melemah 0,08% ke US$ 1.185,8 per ons troi. Hingga akhirnya Kamis (2/4) pukul 14.14, mengutip Bloomberg, harga emas menetap di level US$ 1.204,70 per ons troi. Harga turun 0,29% dibandingkan hari sebelumnya. Harga sedikit terkoreksi setelah sempat menembus level US$ 1.209 per ons troi pada Rabu (1/4) malam. Harga emas menguat pasca-dirilisnya data tenaga kerja di luar sektor pertanian (nonfarm payrolls) versi ADP bulan Maret yang lebih buruk dari ekspektasi pasar. Angka ini dirilis di bawah kisaran 200.000 pekerja, yakni 189.000 pekerja.. Ariston Tjendra, Head of Research and Analyst PT Monex Investindo Futures menjelaskan, angka nonfarm payrolls yang di bawah prediksi ini bisa merefleksikan angka nonfarm payrolls versi pemerintah yang akan dirilis pada Jumat (3/4. Angka yang di bawah 200.000 memunculkan ekspektasi bahwa Bank Sentral AS, The Federal Reserve akan lebih lama lagi menahan suku bunga acuannya. Penguatan harga emas tampaknya juga berdampak terhadap harga emas Antam. Lihat saja, harga emas dunia bisa mencapai US$ 1.204,70 pada Kamis (2/4) yang langsung direspon dengan kenaikan harga emas Antam sebesar Rp 5.000 hingga menjadi Rp 550.000 per gram. Berikut perkembangan harga wmas Antam selama sepekan: Senin (31/3), seperti dikutip dari situs Logam Mulia, harga pecahan 1 gram emas Antam Rp 548.000. Turun Rp 1.000 dibandingkan dengan posisi harga Jumat (27/3).
Selasa (31/3), harga jual emas batangan ritel di Jakarta dipatok turun Rp 2.000/gram menjadi Rp 546.000. Rabu (1/4), harga emas Antam turun sebesar Rp 1.000. Emas produksi Antam dibanderol menjadi Rp 545.000 per gram. Kamis (2/4), emas Antam tercatat naik Rp 5.000 menjadi Rp 550.000 per gram. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Adi