Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini diwarnai oleh sentimen sell on may yang mengakibat indeks tergerus cukup dalam di awal pekan. Akibatnya, IHSG dan bursa Asia didera aksi jual. Sudah begitu, pertumbuhan ekonomi triwulan I 2016 yang dicatat BPS tidak membuat indeks bangkit. Namun, sejatinya indeks tidak bergerak terlalu jauh, hanya berkisar di 4.800-an. Berikut pergerakan IHSG dalam pekan pendek ini: Senin (2/5), IHSG tak berkutik pada pembukaan transaksi awal pekan. Berdasarkan data RTI, pada pukul 09.18 WIB, indeks mencatatkan penurunan 0,54% menjadi 4.814,25. Volume transaksi perdagangan pagi ini melibatkan 573,752 juta saham dengan nilai transaksi Rp 395,543 miliar. Sesi I, sentimen
sell on May mewarnai transaksi. IHSG sempat tergerus cukup dalam. Mengutip data RTI, IHSG sempat tertekan hingga 1,4%. Namun, pada pukul 12.00 WIB, posisi indeks tercatat turun 0,7% menjadi 4.803,77. Volume transaksi siang ini melibatkan 2,560 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 2,332 triliun. Sekadar catataan:
Sell in May and go away merupakan strategi investasi untuk menempatkan dana secara bergantian pada saham dan obligasi.
Sesi II, IHSG mengawali bulan Mei ini dengan berada di zona merah. Mengacu data RTI, indeks berakhir terkoreksi 0,63% atau 30,264 poin ke level 4.808,319. Sepanjang perdagangan hari ini melibatkan 4,24 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 4,19 triliun. • Sentimen
sell on May mewarnai perdagangan awal pekan ini. IHSG dan bursa Asia didera aksi jual. Salah satu penyebabnya adalah keperkasaan yen terhadap dollar AS. Bahkan penguatan dua hari yen merupakan yang terbesar sejak krisis finansial global. Kondisi ini mendorong bank sentral Jepang untuk menambah stimulus. Selasa (3/5), IHSG
rebound seiring bursa saham regional. Mengacu data RTI, indeks dibuka naik 0,21% atau 10.294 poin ke level 4.818,613 pukul 09.25 WIB. Perdagangan pagi ini melibatkan 632 juta lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 488,4 miliar. Sesi I, IHSG bertahan di zona hijau. Mengacu data RTI, indeks menguat 0,44% atau 21,032 poin ke level 4.829,35 pukul 12.00 WIB. Perdagangan sesi I ini melibatkan 2,61 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 2,42 triliun. • Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan, secara teknikal, pelemahan indeks BEI pada awal pekan Senin (2/5) kemarin membawa laju IHSG ke area jenuh jual. Situasi itu mendorong pelaku pasar kembali melakukan aksi beli pada Selasa (3/5). "Faktor teknikal membuat sebagian investor melakukan aksi beli saham secara selektif. Di sisi lain, diharapkan sentimen positif mengenai pertumbuhan perekonomian kuartal I tetap terjaga sehingga menjaga pergerakan indeks BEI," katanya. Sesi II, IHSG naik 3,94 poin atau setara 0,08% ketimbang hari sebelumnya ke level 4.812,26. Transaksi sepanjang hari ini melibatkan 4,54 miliar lot saham, dengan nilai transaksi mencapai Rp 4,95 triliun. Rabu (4/5), IHSG mengekor penurunan bursa regional. Data RTI menunjukkan, pada pukul 09.10 WIB, indeks mencatatkan penurunan 0,22% menjadi 4.801,67. Volume transaksi pagi ini melibatkan 482,653 juta saham dengan nilai transaksi Rp 396,127 miliar. Sesi I, IHSG masih berkubang di zona merah pada akhir sesi. Data RTI menunjukkan, pada pukul 12.00 WIB indeks tergerus 0,86% menjadi 4.770,75. Volume transaksi perdagangan hari ini melibatkan 4,379 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 4,117 triliun. • IHSG belum mampu bangkit setelah data Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I yang moderat. Asal tahu saja, BPS mencatat, pertumbuhan ekonomi triwulan I 2016 mencapai 4,92% persen secara tahunan. Kepala BPS Suryamin mengatakan, meski secara tahunan mengalami pertumbuhan, secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi -0,34%. Sesi II, meski tertekan sejak awal perdagangan, pada menit-menit terakhir bursa saham domestik menutup perdagangan pekan ini dengan lebih sumringah. Mengutip data RTI, indeks ditutup naik 10,33 poin atau setara 0,21% ke level 4.822,59. Transaksi sepanjang hari ini cukup ramai dengan melibatkan 6,24 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 6,91 triliun. Rupiah Sejumlah faktor internal, inflasi yang sesuai dengan ekspektasi pasar dan deflasi 0,45% yang merupakan pencapaian terbesar sejak tahun 2000, tidak mampu menyokong rupiah. Namun, melesetnya dari ekspektasi pertumbuhan ekonomi (PDB) kuartal I-2016 dan faktor internal mampu meloyokan rupiah. Kinerja emiten di AS dan kebijakan Bank Sentral Australia (RBA) memangkas tingkat suku bunga berimbas pada penguatan dollar AS di hadapan dollar Aussie. Yang ujung-ujungnya memberikan kekuatan dollar AS untuk mendepak rupiah. Berikut pergerakan rupiah selama sepekan: Senin (2/5), nilai tukar rupiah pagi ini tak banyak mencatatkan perubahan. Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 10.57 WIB, nilai tukar rupiah di pasar spot berada di level Rp 13.193. Artinya, posisi rupiah melemah tipis dari level penutupan akhir pekan lalu yang berada di posisi Rp 13.180. Adapun nilai tukar rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menguat tipis 0,09% menjadi Rp 13.192 dari sebelumnya Rp 13.204. • Rully Arya Wisnubroto, Analis Pasar Uang Bank Mandiri, menambahkan, sentimen positif datang dari inflasi Indonesia April yang diperkirakan turun. Sore hari, nilai tukar rupiah ditutup menguat 21 poin atau 0,16% ke Rp 13.159 per dollar AS. Rupiah pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) juga menguat ke level Rp 13.192 per dollar AS dibandingkan dengan Jumat (29/4) yang di kisaran Rp 13.204 per dollar AS. • Analis Bank Mandiri Rully Wisnu mengatakan, penguatan rupiah ditopang oleh rilis data inflasi yang sesuai dengan ekspektasi pasar. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi deflasi sebesar 0,45% pada April 2016 atau paling besar sejak tahun 2000. Selasa (3/5), rupiah bergerak flat cenderung tertekan di hadapan dollar AS. Di pasar spot, pukul 10.00 WIB rupiah berada di level Rp 13.164 per dollar AS atau melemah 0,04% dari sebelumnya Rp 13.159 per dollar AS. Sebaliknya, mengacu kurs JISDOR rupiah justru menguat 0,23% ke level Rp 13.162 per dollar AS. Kemarin, Senin (2/5) rupiah berada di level Rp 13.192 per dollar AS. • Sejauh ini, sentimen domestik masih mempengaruhi pergerakan rupiah di mana laju inflasi sesuai dengan ekspektasi pasar. BPS melaporkan, terjadi deflasi sebesar 0,45% pada April 2016 atau paling tinggi sejak tahun 2000. Sore hari, otot rupiah loyo melawan dollar AS. Mata uang Garuda terseret sentimen eksternal. di pasar spot, nilai tukar rupiah melemah 0,22% dibandingkan dengan hari sebelumnya ke level Rp 13.188 per dollar AS. Meski demikian, kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, mata uang Garuda menguat 0,23% ke posisi Rp 13.162 per dollar AS. • Ekonom PT Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, pelemahan rupiah dipicu faktor eksternal. Kinerja emiten di Amerika Serikat (AS) membaik, sehingga memberi asupan tenaga bagi dollar AS. Kebijakan Bank Sentral Australia (RBA) memangkas tingkat suku bunga juga berimbas pada penguatan dollar AS di hadapan dollar Aussie. "Efeknya, dollar AS jadi lebih bertenaga melawan rupiah," katanya, Selasa (3/5). Sebenarnya rupiah didukung katalis positif. Sebab, Indonesia mencatatkan deflasi 0,45% per April 2016. "Namun, eksternal masih terlihat dominan," kata David. Rabu (4/5), posisi rupiah kembali tak bertenaga. Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 10.30 WIB, nilai tukar rupiah di pasar spot menunjukkan posisi Rp 13.247 per dollar AS. Itu artinya, rupiah melemah 0,44% dari level penutupan kemarin di posisi Rp 13.188 per dollar AS. Pelemahan rupiah juga terlihat pada posisi rupiah berdasarkan kurs referensi JISDOR. Pagi ini, kurs JISDOR rupiah berada di level Rp 13.246 per dollar AS dari sebelumnya Rp 13.162 per dollar AS. • Posisi rupiah pagi ini senasib dengan kondisi sejumlah mata uang Asia lainnya. Sebut saja ringgit dan won. Sore hari, di pasar spot, nilai tukar rupiah melemah 0,56% ke posisi Rp 13.261 per dollar AS. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) juga mencatat, otot rupiah tergerus 0,40% menjadi Rp 13.246 per dollar AS. Sepekan ini, rupiah juga sudah tertekan 0,3%. • Pengamat pasar uang, Farial Anwar memaparkan, memburuknya data ekonomi China serta pemangkasan suku bunga Bank Sentral Australia (RBA) menguntungkan posisi dollar AS. Mata uang Paman Sam ini menguat hampir terhadap semua mata uang, termasuk rupiah. Sementara itu, dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi (PDB) kuartal I-2016 meleset dari ekspektasi. Emas Sepekan terakhir harga emas di pasar global melejit, namun si kuning menggiurkan itu diperkirakan bakal berfluktuasi menjelang rilis data tenaga kerja Amerika Serikat. Nah, pergerakan emas spot ini akan mempengaruhi harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (Antam). Analis PT Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, fluktuasi harga emas global akan semakin tinggi menjelang rilis data penyerapan tenaga kerja di Negeri Paman Sam pada akhir pekan ini. Untuk itu, Deddy menyarankan investor untuk posisi hold sebelum melakukan aksi beli. "Setelah data dirilis dan sentimen baik untuk emas, di situ investor bisa kembali memburu emas," paparnya. Berikut pergerakan harga emas Antam pada pekan pendek ini:
Senin (2/5), seperti dikutip dari situs Logam Mulia, harga pecahan 1 gram emas Antam Rp 588.000. Angka ini naik Rp 10.000 dari posisi harga Jumat (29/4) Selasa (3/5), seperti dikutip dari situs Logam Mulia, harga pecahan 1 gram emas Antam Rp 586.000. Angka ini turun Rp 2.000 dari posisi harga Selasa. Rabu (4/5), seperti dikutip dari situs Logam Mulia, harga pecahan 1 gram emas Antam Rp 585.000. Angka ini turun Rp 1.000 dari posisi harga Selasa. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Adi