JAKARTA. Dalam sepekan ini rupiah melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) hingga menyentuh level Rp 13.000. Beruntung di akhir pekan rupiah, terselamatkan hingga bisa kembali ke level Rp 12.000. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat (6/3) mencatat mata uang Garuda menguat 0,29% terhadap dollar AS, dibandingkan hari sebelumnya menjadi Rp 12.983. Sedangkan, selama sepekan rupiah melemah 0,93%. Sementara itu di pasar spot, rupiah menguat tipis 0,11% terhadap dollar AS, dibandingkan hari sebelumnya menjadi 12.976. Sedangkan selama sepekan rupiah melemah 0,34%.
Trian Fatria, Analis Riset Divisi Treasury PT Bank Negara Indonesia Tbk menilai selama sepekan rupiah banyak mendapat tekanan eksternal yaitu penguatan dollar AS. Hal tersebut lantaran ekspektasi pasar terhadap kepastian kenaikan suku bunga The Fed pada tahun ini makin santer terdengar, sehingga menguatkan otot dollar AS. Dari faktor domestik Trian menilai, menurunnya tingkat inflasi pada Februari meningkatkan spekulasi pasar bahwa BI akan kembali menurunkan suku bunga acuan. “Ini menyebabkan permintaan dollar AS di pasar domestik meningkat,” kata dia. “Beruntung di akhir pekan pelemahan rupiah terbatas karena ada intervensi dari BI,” kata Albertus Christian, Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures. Selain itu Christian menilai naiknya cadangan devisa Indonesia per februari menjadi US$ 115,5 milliar, dibanding januari sebesar US 114,25 milliar, memberi dampak positif terhadap rupiah. Trian memprediksi rupiah akan kembali melemah, apalagi menyusul rilis data ketenaga kerjaan non farm payroll dan indeks pengangguran AS. Jika kedua data tersebut positif kemungkinan akan menguatkan dollar AS sehingga kembali melemahkan rupiah. Cuma, Trian memprediksi pelemahan rupiah tidak akan terjadi secara signifikan. Dia menilai pemerintah lewat BI akan menjaga votalitas tidak lebih dari 10%. “BI akan berada di pasar untuk menjaga rupiah,” kata dia