Sepekan lalu, harga minyak memanas 5,2%



JAKARTA. Harga minyak mentah West Texas IntermediateI (WTI) semakin melaju. Sejak awal pekan lalu harganya terus beranjak naik. Peningkatan permintaan dan pengurangan produksi telah berhasil mendorong penguatan harga.

Mengutip Bloomberg, minyak mentah WTI pada perdagangan Jumat (15/7) ditutup menguat 1% ke level US$ 46,54 per barel dibanding sehari kemarin. Sedangkan jika melihat sepekan sebelumnya harganya mengalami penguatan sekitar 5,22%.

"Minyak sedang mencatatkan kenaikan mingguannya karena banyak berita positif yang mendorong penguatan harga," ungkap Nizar Hilmy, Analis PT SoeGee Futures kepada KONTAN akhir pekan lalu.


Menurutnya, sentimen positif pertama datang dari penurunan cadangan minyak mentah Amerika Serikat (AS). American Petroleum Institute (API) mengumumkan cadangan minyak mentah pada pekan yang berakhir 7 Juli mengalami penurunan sebesar 8,1 juta barel. Ini merupakan penurunan terbesar sejak 10 bulan terakhir.

Sinyal penguatan juga semakin didukung dari penurunan jumlah rig pengeboran di negeri Paman Sam. Baker Hughes pada hari Jumat (14/7) melaporkan bahwa jumlah pengeboran rig AS yang aktif untuk naik 2 menjadi 765 rig. Meski kenyataannya mengalami penambahan, tetapi pasar tetap melihat ini merupakan penambahan paling minim dari yang sebelumnya.

Dilain pihak Deddy Yusuf Siregar, analis PT Asia Tradepoin Futures melihat penguatan harga minyak mentah ini terjadi karena peningkatan permintaan dari China. Sepanjang semester I 2017 negeri Tirai Bambu itu telah mengimpor minyak mentah hingga 8.55 juta barel per hari (bpd). Jumlah ini naik 13,8% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Peningkatan permintaan juga datang dari kawasan Asia. Impor minyak mentah Korea Selatan dari Iran di bulan Juni meningkat 10,5% dari tahun sebelumnya menjadi 1,15 juta ton. Sepanjang semester I negeri tersebut tercatat telah mengimpor 72,24 juta ton atau naik 1,8% dari periode yang sama tahun lalu.

"Peningkatan permintaan selalu menjadi katalis positif bagi pergerakan harga minyak," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia