SOEUL. Dalam sepekan ini, mata uang Asia keok melawan dollar AS. Pelemahan terbesar terjadi pada baht Thailand dan rupe India.Mata uang di kawasan regional Asia tertekan, seiring kenaikan biaya pinjaman di Spanyol. Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran baru soal krisis utang Eropa. Apalagi, Federal Reserve menyiratkan tak akan menerapkan pelonggaran moneter lebih lanjut. The Bloomberg-JPMorgan Asia Dollar Index, yang menghitung pergerakan 10 mata uang teraktif di ASia, kecuali yen, tergelincir 0,2% dalam sepekan. Ini merupakan pelemahan mingguan untuk yang kelima kali.Baht tergelincir 0,5% ke posisi 31,01 per dollar AS, sementara rupe melemah 0,4% ke level 51,105 per dollar AS. Yuan melemah 0,1% menjadi 6,3063 di Shanghai. Lalu, nilai tukar dollar Taiwan tergerus 0,1% ke NT$ 29,562 per dollar AS, dan rupiah melemah 0,1% ke Rp 9.171 per dollar AS. Namun, won tercatat masih menguat 0,1% menjadi 1.131,80 per dollar AS, dan peso terapresiasi 0,3% ke 42,798. Sebagai catatan, hari ini, mayoritas pasar Asia ditutup karena liburan.Imbal hasil obligasi Spanyol berenor 10 tahun naik ke level 5,76%. Ini level tertinggi sejak Desember. Kenaikan imbal hasil terjadi lantaran kemungkinan negara tersebut akan membutuhkan bantuan Eropa, setelah adanya sinyal pemerintah kesulitan membatasi defisit anggaran negara."Minat terhadap aset berisiko melemah, karena ekspektasi kebijakan stimulus memudar, juga data ekonomi dari Eropa minggu ini cenderung negatif," kata Jeon Seung Ji, analis mata uang di Samsung Futures Inc.Sementara, Azmi Shukri Rahman, trader valuta asing di Investasi CIMB Bank Bhd menambahkan, sulit untuk melihat tren valas, karena mayoritas pasar ditutup. "Kebanyakan orang menyesuaikan posisi mereka menjelang akhir pekan, sebelum rilis data tenaga kerja AS," ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sepekan, mata uang Asia keok melawan dollar
SOEUL. Dalam sepekan ini, mata uang Asia keok melawan dollar AS. Pelemahan terbesar terjadi pada baht Thailand dan rupe India.Mata uang di kawasan regional Asia tertekan, seiring kenaikan biaya pinjaman di Spanyol. Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran baru soal krisis utang Eropa. Apalagi, Federal Reserve menyiratkan tak akan menerapkan pelonggaran moneter lebih lanjut. The Bloomberg-JPMorgan Asia Dollar Index, yang menghitung pergerakan 10 mata uang teraktif di ASia, kecuali yen, tergelincir 0,2% dalam sepekan. Ini merupakan pelemahan mingguan untuk yang kelima kali.Baht tergelincir 0,5% ke posisi 31,01 per dollar AS, sementara rupe melemah 0,4% ke level 51,105 per dollar AS. Yuan melemah 0,1% menjadi 6,3063 di Shanghai. Lalu, nilai tukar dollar Taiwan tergerus 0,1% ke NT$ 29,562 per dollar AS, dan rupiah melemah 0,1% ke Rp 9.171 per dollar AS. Namun, won tercatat masih menguat 0,1% menjadi 1.131,80 per dollar AS, dan peso terapresiasi 0,3% ke 42,798. Sebagai catatan, hari ini, mayoritas pasar Asia ditutup karena liburan.Imbal hasil obligasi Spanyol berenor 10 tahun naik ke level 5,76%. Ini level tertinggi sejak Desember. Kenaikan imbal hasil terjadi lantaran kemungkinan negara tersebut akan membutuhkan bantuan Eropa, setelah adanya sinyal pemerintah kesulitan membatasi defisit anggaran negara."Minat terhadap aset berisiko melemah, karena ekspektasi kebijakan stimulus memudar, juga data ekonomi dari Eropa minggu ini cenderung negatif," kata Jeon Seung Ji, analis mata uang di Samsung Futures Inc.Sementara, Azmi Shukri Rahman, trader valuta asing di Investasi CIMB Bank Bhd menambahkan, sulit untuk melihat tren valas, karena mayoritas pasar ditutup. "Kebanyakan orang menyesuaikan posisi mereka menjelang akhir pekan, sebelum rilis data tenaga kerja AS," ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News