Sepekan Peluang Usaha: Akik Martapura dan cokelat



Kayaknya kita harus memakai baju hangat dan minum jahe, soalnya demam akik masih terasa. Walah, ada-ada saja. Baju hangat kan kalau demam karena sakit, ini kan demam karena akik. Tapi batu akik memang masih digemari, masih demam.

Lihat saja para penjual batu akik masih dikerumuni orang, berita-berita batu akik yang bisa terjual dengan harga fantastis juga masih berseliweran. Tentu saja ini akan membuat demam semakin lama. Biar demamnya berkurang yuk kita datangi saja pusat batu mulia di Kalimantan, di mana lagi kalau bukan di Martapura. Tapi, itu nanti saja ya. Soalnya, mau minta maaf nih, begitu bertemu tadi langsung nyerocos. Sebagai permintaan maaf bagaimana kalau kita mencoba sajian Kontan.co.id. Ada tahu krispi, cireng, dan  sosis bakar. Eh, ada kopi juga lo.

Waduh, harum kopi langsung menyengat indra penciuman. Ini pasti gara-gara Saiful Hari. Lelaki yang satu ini memang membuka usaha kopi luwak dengan merek Fulcaff sejak 2010 di Depok, Jawa Barat. Namun,  baru awal 2015 dia membuka kemitraan. Ada empat model kemitraan:  Paket hemat senilai Rp 5 juta;  paket capdur Rp 8,5 juta; paket kafe Rp 135 juta.  Keuntungan yang didapatkan  mitra sekitar 30% dari omzet. Waktu balik modal diprediksi Saiful sekitar 1,5 tahun.


Sambil ngopi cicipi juga tahu krispinya yang diberi merek Tahu Kriuk Prambanan. Adalah Arif Wirawan yang meracik tahu krispi ini di Jakarta Timur sejak Juni 2014. Ide meluncurkan Tahu Kriuk Prambanan ini seirama dengan usaha yang digeluti Arif sebagai produsen tepung tahu krispi. Arif bercerita bahwa itu dilakukan agar tepung buatannya bisa dengan mudah dijual. Boleh juga si Arif.  

Jika berminat bergabung, Arif menawarkan paket investasi sebesar Rp 6 juta. Harga jual tahu sekitar Rp 600 per buah. Targetnya dalam sehari mitra mampu menjual sekitar 500 tahu sampai 1.000 tahu. Dengan estimasi omzet harian sekitar Rp 300.000 sampai Rp 600.000, mitra bisa meraup omzet sekitar Rp 9 juta hingga Rp 18 juta per bulan.

Gurih juga tahu si Arif, tapi cireng yang dibikin Fadly Alfiansyah juga wajib dicoba. Cirengnya dimereki Cireng Kamsia. Pria ini mendirikan bisnis ini sejak akhir 2011 di bawah bendera CV Kamsia Sejahtera. Tapi, baru awal 2014, ia mulai menawarkan kemitraan. Cireng Kamsia ternyata kependekan dari Cireng Kebanggaan Milik Indonesia.

Model bisnis yang ditawarkan Fadly kepada mitra berupa penjualan kembali produk Cireng Kamsia melalui pemasaran online dan offline.  Untuk modal awal pembelian produk mulai dari Rp 600.000-Rp 4,5 juta. Mitra akan mendapat produk sejumlah harga yang dibayarkan, iklan secara online, juga wilayah penjualannya. Untuk media promosi offline, Fadly memberikan brosur dan juga banner. Kemitraan berlaku selama dua bulan atau selama mitra terus melakukan pembelian produk.

Minum lagi kopinya, atau mau nambah. Kalau merasa cukup, sekarang kita sikat Sosis Bakar Sumo. Haik, siapkan kuda-kuda yang kuat soalnya kita akan berjumpa dengan Poetri Erwanda Septianti. Perempuan ini menjalankan sosis bakar sejak akhir  2014. Bak pemain sumo, Poetri langsung menyerang dengan kerjasama kemitraan usaha pada tahun itu juga.

Model kemitraan yang ditawarkan: Model super irit senilai Rp 2,6 juta, model hemat Rp 3,1 juta, model istimewa Rp 4,5 juta. Dengan harga jual Rp 2.000 hingga Rp 20.000 per porsi,  target omzet mitra sekitar Rp 300.000 hingga Rp 400.000 atau sekitar Rp 9 juta−Rp 12 juta per bulan. Setelah dikurangi biaya operasional, keuntungan bersih yang didapatkan mitra masih sekitar 30%−40% dari omzet per bulan.

Biar si bleki nyaman

Dari tadi kayaknya selalu melihat batu akik yang melingkar di jari tengah. Enggak apa-apa, itu batu merah borneo berasal dari Martapura. Adalah Pasar Batu Cahaya Bumi Selamat salah satu pusat penjualan batu di Martapura.  Lokasi ini cukup mudah dijangkau. Dari Bandara Syamsudin Noor, Banjarbaru hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam perjalanan darat. Bila diakses dari kota Banjarmasin diperlukan waktu sekitar 1,5 jam perjalanan.

Namun, kalau perjalanan jauh seperti itu, apalagi dari Jakarta, tentu tidak dapat ditempuh satu hari bolak-balik. Lalu bagaimana dengan si bleki, anjing kesayangan kita, kalau ditinggal pergi. Jangan kuatir, kan, ada hotel buat si bleki. Itu lo St. Quenna Pet Hotel di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.  Di sini bleki enggak bakal gegana alias gelisah, galau, merana. Soalnya, di sini si bleki tersayang bakal main dan menjalani perawatan. Biaya penitipannya relatif murah, hanya Rp 80.000 hingga Rp 100.000 per hari.

Tapi, kalau kita cuma mau mempercantik tampilan si bleki, datang saja ke PetGround. Di sini si bleki bakal dimanja, disediakan fasilitas kolam untuk berenang dan mandi bola. Kalau kita cuma mau membiarkan si bleki berenang, juga enggak apa-apa. Sambil menunggu, kita bisa minum atau makan di kafe di lokasi itu.  

PetGround mematok tarif  Rp 50.000 per anjing yang ingin berenang atau mandi bola. Tarif untuk grooming anjing mulai Rp 35.000 hingga Rp 60.000. Selain tarif per layanan, Ada juga paket bebas main yang harganya berkisar Rp 85.000–Rp 110.000. Lantaran masih baru, omzet PetGround masih kecil. Setiap bulan baru sekitar 100 anjing yang datang.

Jadi, apa pun akan kita lakukan biar si bleki nyaman. Tapi, kalau kita memang sayang banget sama si bleki dan mau merayakan ulang tahunnya, kita bisa kok bikin undangan video. Maksudnya? Si bleki di-shoot dulu di suatu tempat yang indah dan berkesan kemudian dibuat video. Nah, video ini kemudian diunggah ke Youtube. Segeralah link video tersebut disebar melalui e-mail atau aplikasi percakapan di ponsel pintar hingga berbagai cara di media sosial yang sudah populer. Biar teman-teman si bleki atau tuannya bisa melihat undangan bergerak itu di Youtube.

Untuk bikin undangan video ini kita bisa menghubungi Nikko Syoni, penyedia jasa pembuatan video pendek dari Video Invitation Online (VIO) di Jakarta. Untuk pembuatan satu video pendek, Nikko memasang tarif sekitar Rp 1,3 juta. Waktu yang dibutuhkan dalam membuat satu video pendek sekitar tiga hari dengan durasi satu menit.  "Desain yang dibuat berbentuk animasi, sehingga setiap foto harus di-crop. Di sinilah unsur handmade-nya, jadi bukan hanya penggabungan foto-foto seperti slideshow," jelas Nikko. Biasanya undangan video ini untuk ulang tahun, pernikahan, reuni, dan sebagainya.

Tiga perempuan inspiratif

Capek ya ngobrol melulu. Mau cokelat? Kalau mau, kita minta yuk ke  Tissa Aunilla. Perempuan cantik ini  menjadi salah satu produsen cokelat terkenal dengan nama Pipiltin Cocoa. Tapi, jangan main-main ya sama Tissa, dia mantan pengacara di Hamzah & Partners. Yang mengantar dia menjadi pengusaha cokelat tentu saja bukan ilmu hukumnya melainkan master cokelat yang diperolehnya di Swis.

Jadi wajar saja bila Tissa mampu membedakan jenis-jenis cokelat. Tahu cara dan teknik pembuatan cokelat. Meski perjalanan usaha Pipiltin Cocoa Factory masih terbilang baru yakni sekitar dua tahun, namun Tissa sudah cukup berhasil membangun merek cokelat buatannya itu.

Iya deh, salut untuk Tissa. Harus diakui daya juang wanita memang boleh diacungi jempol. Kenapa begitu? Karena kita akan menemui dua wanita lagi, yaitu: Eka Riani dan Hafiza Elvira Nofitariani. Sederhana amat cara mikirnya, mentang-mentang mau menemui dua wanita terus bilang bahwa daya juang wanita patut diacungi jempol. Tapi, silakan saja.

Ya, kita temui dulu Eka Riani. Tapi, kalau bertemu Eka kok seperti melihat gurita. Bukan karena Eka mirip gurita, melainkan lantaran perempuan berhijab ini memang bos kaus bermerek Gurita. Kaus yang membawa pesan humor. Gurita bagi Bandung tak ubahnya Joger untuk Bali, atau Dagadu di Yogyakarta. Konsep Gurita memang hampir sama dengan kedua merek tersebut, yaitu mengandalkan pesan humoris yang tercetak di kaus. Orang yang membaca pesan dipastikan akan tersenyum. Misalnya: “Sumpah, aku pernah kurus”, atau “Aku lagi pura-pura gendut” yang menyasar mereka yang berbobot berat.

Dengan 20 orang karyawan tetap untuk membantu usahanya, omzet penjualan kaus Gurita sekarang berkisar Rp 150 juta hingga Rp 300 juta per bulan. Namun, di bulan yang banyak tanggal merahnya, omzet Gurita biasanya lebih tinggi. Adapun laba bersih bisa mencapai 30% dari omzet bulanan.

Kalau Hafiza Elvira Nofitariani lain lagi ceritanya. Dari Sitanala, kampung yang penduduknya banyak menderita kusta, Hafiza bisa memproduksi jilbab manik-manik  dan bros. Yang mengerjakan itu semua adalah orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK). Saban bulan omzetnya Rp 1 juta sampai Rp 3 juta dengan keuntungan 20%-50%. Adapun, ibu-ibu di Kampung Sitanala mendapatkan Rp 7.000-Rp 20.000 untuk satu produk yang mereka buat.

Semua itu berawal dari tugas kampus. Tugas itu hanya berumur tiga bulan dan dengan modal Rp 7,5 juta. Namun, Hafiza tetap meneruskan upaya pemberdayaan warga Sitanala meski tugas kuliah telah selesai.  Saat itu Hafiza melihat,  OYPMK malu untuk berkumpul lagi bersama keluarganya, sehingga mereka memutuskan untuk tinggal di sekitar rumah sakit. Biasanya mereka berprofesi sebagai pemulung atau pengemis. Namun, dengan pendekatan yang intens dan personal, Hafiza  akhirnya bisa mengumpulkan 20 ibu-ibu OYPMK yang mau bergabung. Lewat Nalacity Foundation, Fiza dan kawan-kawan menawarkan bisnis jilbab manik-manik. Tentu saja kegiatan ini membuat OYPMK lebih percaya diri untuk kembali bermasyarakat.

Berkat aksi  sosialnya tersebut, Hafiza mendapatkan penghargaan dari  majalah The Marketeers di akhir 2014 lalu sebagai Young Woman Netizen 2015. Ke depannya, Fiza ingin meningkatkan  kemampuan ibu-ibu OYPMK di sana sehingga bisa lihai juga dalam membuat aksesori  lain atau bahkan menjahit baju.

Ah, jadi terharu mendengar cerita Hafiza. Biar berkurang harunya, yuk kita nikmati keindahan kerajinan sulam arguci dan sulam manik dari Banjar, Kalimantan Selatan. Arguci adalah hiasan dinding yang terbuat dari kain dengan desain tulisan Arab yang dibuat dari manik-manik.  Adapun  sulam manik biasanya digunakan sebagai hiasan untuk kerajinan tas, dompet, kotak tisu, dan lain-lain.

Sayangnya, di balik keindahan kerajinan arguci, ada kisah tak elok yang menyertainya. Para perajin di tempat ini hanya dibayar Rp 35.000 dari pemasangan manik-manik per lembar. Dalam sebulan para penganyam hanya mengantongi pendapatan sekitar Rp 140.000. Hasil itu harus dibagi dengan tiga orang jadi masing-masing orang hanya mendapatkan upah sekitar Rp 47.000 dalam sebulan. Padahal, harga jual kerajinan arguci bisa mencapai Rp 200.000 hingga Rp 400.000 per lembar.

Walah, jadi makin sedih. Sudah, sudah, kita ke Martapura lagi yang sedang menikmati lezatnya keriuhan batu akik.  Kegembiraan tampak dari semakin ramainya orang yang mengunjungi Pasar Batu Cahaya Bumi Selamat. Di pasar ini pembeli bebas memilih aneka batu yang dijual para pedagang. Batu yang dijual bukan saja dari daerah Kalimantan, melainkan juga dari luar negeri.

Salah seorang pedagang, Nurjannah, misalnya, menjual berbagai macam jenis batu akik seperti safir, merah delima, merah borneo, dan lainnya. Selain itu, dia juga menjual batu giok asli maupun imitasi, hingga mutiara sintetis.  

Perempuan berhijab ini membanderol harga jual produknya mulai Rp 15.000 untuk bros hingga ratusan juta untuk batu berlian dengan kadar tinggi. Dalam sebulan, perempuan berkulit putih ini bisa mengantongi omzet hingga puluhan juta rupiah. Sayangnya, menurut Nurjannah, kini cukup banyak pelanggan yang sengaja membeli batu bahan, yang harganya lebih murah. Nantinya, batu itu mereka gosok sendiri lalu dijual lagi.

Biar Martapura semakin ramai lagi dikunjungi bagaimana kalau kita panggil Cita Citata untuk menyanyikan: Akiknya tuh di sini. Wow. Semoga kebersamaan kita menyenangkan. Selamat berakhir pekan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi