Sepekan Peluang Usaha: Jukung dan sertifikasi aki



Kalimantan Selatan enggak bisa dipisahkan dari sampan atau perahu.  Jadi sebenarnya Kalsel dan sampan itu kembar siam ya, sampai enggak bisa dipisahkan. Ngaco.  Maksudnya, kalau Kalsel dan sampan dipisah, itu namanya divorce alias bercerai.  Ngaconya lebih parah.  Sudah yuk kita ke Pulau Sewangi.

Nah, pulau itu terletak di Kalimantan Selatan, enggak begitu jauh dari Banjarmasin.  Letak pulau hanya dipisahkan oleh Sungai Alalak. Namun, untuk mencapai pulau itu kita harus naik perahu. Pasti enggak punya perahu? Jangan takut, di dermaga Pasar Apung Muara Kuin banyak perahu yang bisa disewa untuk  menjangkau Pulau Sewangi.

Ada apa di Sewangi? Ada aja. Sekarang kita kenalan dulu sama tiga lelaki tahan banting. Memang sih mereka enggak sekuat Limbad kalau dibanting, tapi yakinlah mereka ini bisa bikin kita kagum.


Yang pertama kita temui Tri Sumono. Wah, lelaki yang satu ini sebelum memanen sukses seperti sekarang dengan CV 3 Jaya, pernah melakoni pekerjaan yang dipandang sebelah mata. Dia  pernah jadi petugas kebersihan gedung, office boy, dan sales.

Saat jadi karyawan itu, Tri mendapat gaji Rp 250.000 per bulan. Sementara itu, sewa kontrakannya Rp 200.000 per bulan. “Sisanya itu tak cukup untuk makan saya dan istri,” tuturnya.  Yang juga bikin Tri sedih, anaknya yang bernama Dewi Puspita Sari divonis gizi buruk oleh dokter. Satu lagi, saat istrinya minta bubur, dia tidak mampu membelikan hingga istrinya menangis.  

Wah, sakitnya tuh di mana-mana. Tapi, itu justru menjadi cambuk bagi Tri untuk berusaha.   Lantas saja dengan modal  Rp 100.000, ia mencetak kartu nama dengan jabatan direktur untuk lima jenis usaha. Melalui CV 3 Jaya, mengelola  pengemasan minuman siap saji, toko sembako, pengadaan alat tulis kantor, sampai produksi minuman kesehatan. Yang paling baru, sejak 2012, ayah dua anak ini memproduksi sari beras merah dengan merek Hootrii.

Kini Tri Sumono, bukan hanya bisa mencukupkan kebutuhan keluarganya, tapi juga bisa menciptakan pekerjaan untuk orang lain. Selain itu, sekarang  Tri Sumono acap berbagi ilmu dan pengalaman di seminar. Selamat ya Mas Tri.

Sekarang kita temui  Yasa. Pria muda ini memulai bisnis  sejak usia 15 tahun. Pria yag bernama lengkap  Yasa Paramita Singgih ini menggulirkan bisnis mode khusus pria yang diberi nama Men’s Republic. Yasa mulai masuk ke dunia bisnis secara kecil-kecilan. Dia menjual kaus pria secara online.

Semangat bisnis Yasa tampaknya begitu menggebu, maka pada 2012 ia menjajal bisnis lain dengan membuka kafe kecil di kawasan Kebon Jeruk. Kafe itu ia beri nama Ini Teh Kopi. Selang enam bulan, ia membuka cabang baru di Mal Ambassador, Jakarta Selatan.

Ternyata, semangat bisnis tersebut tidak dibarengi dengan perhitungan bisnis yang matang. Lantaran tidak bisa mengurus dua jenis bisnis secara bersamaan, Yasa malah merugi. Keuntungan dari berjualan kaus harus ia relakan untuk menutup kerugian kafenya.  Malah akhirnya, kedua-duanya tutup.  

Setelah itu Yasa memutuskan untuk tidak berbisnis, apalagi  ia harus mengijkuti ujian nasional SMA. Dia baru tergerak untuk berbisnis lagi seuasi mengikuti UN pada pertengahan 2013. Kali ini, ia lebih serius menjajaki bisnis dengan menjual produk mode khusus pria. Kini, penjualan Men’s Republic sudah di atas 500 pasang sepatu per bulan, ditambah produk lain. Yasa mengantongi omzet ratusan juta rupiah dari usaha ini. Laba bersihnya cukup menarik, bisa sampai 40% .

Seperti Tri Sumono, Yasa juga rajin berbagi ilmu di seminar-seminar. Mengagumkan bukan, semangat Mas Tri dan Yasa. Eh, kita masih punya Aditya Hadiputra.

Siapa Aditya? Pria ini adalah salah satu yang berinisiatif membuka kantor bersama (coworking space). “Dulu, kami bekerja dan meeting selalu berpindah-pindah kedai kopi,” jelas Aditya. Dari pengalaman pribadinya itu, Aditya mendapat ide untuk membuka coworking space yang konsepnya sudah umum di luar negeri. Lantas, pada Januari lalu, bersama tiga rekannya, Aditya membuka Conclave di Jalan Wijaya, Jakarta Selatan.

Kantor bersama ini mengakomodasi berbagai kebutuhan pengguna. Berbeda dengan virtual office yang lebih bersifat individu, coworking space berkonsep terbuka. Jadi, bisa saja, Anda duduk bersebelahan dengan orang yang mengerjakan proyek berbeda, berasal dari perusahaan dan industri berbeda. Namanya juga kantor bersama

Dari bisnis Conclave ini Aditya bisa meraup omzet berkisar Rp 300 juta hingga Rp 600 juta per bulan, dengan margin lebih dari 50%. Wah, nikmat nian.

Tapi, ngomong-ngomong soal nikmat, batu akik kayaknya lebih nikmat. Sayangnya, kilauan si akik sudah tidak terlalu menyilaukan. Agar si akik tetap berkilau, menurut budayawan dan pemerhati batu akik asal Bandung, Abah N'ceh Kasepuhan,  bisa dilakukan dengan sertifikasi.   Adanya sertifikat asli harga batu akik bisa tetap bertahan tanpa tergerus waktu atau dengan kata lain bisa diinvestasikan. Keuntungan pun bisa didapat oleh pemerintah daerah dari sertifikasi.

O ya, tadi sempat ada pertanyaan: ada apa di Pulai Sewangi?  Di pulau ini cuma ada satu desa saja yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai pembuat jukung atau perahu.Meski luas pulaunya hanya 5 kilometer (km) persegi dan dihuni 200 kepala keluarga, pulau ini sudah terkenal se-Kalimantan sebagai tempat produksi jukung.

Di desa itu kita dapat menemui Ahmad Harsyad (60), perajin  yang  sudah membuat jukung sejak 1975.  Dengan dibantu tiga orang karyawan,  Harsyad bisa menyelesaikan lima jukung dalam sebulan. Satu jukung dihargai Rp 4 juta–Rp 20 juta. Adapun omzetnya dalam sebulan mencapai Rp 20 juta,

Yang jelas semua perajin jukung di pulau ini memiliki keahlian membuat jukung secara turun-temurun dari orang tuanya.  Harsyad mengaku tidak tahu persis kapan mulainya sentra pembuatan Jukung ini berdiri. Mungkin sentra ini sudah ada lebih dari seribu tahun sebagaimana disebutkan dalam sejarah bahwa orang Banjar sudah menggunakan jukung lebih dari seribu tahun.  

Semoga Pulau Sewangi semakin ramai dikunjungi wisatawan. Setiap upaya untuk membuat destinasi wisata lebih maju wajib kita jukung—dukung kali. Tapi, lebih baik kita makan jukung dulu—jagung kali. Garing banget sih. Ya, sudahlah, kita akhiri saja perjumpaan kita. Selamat berakhir pekan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi