JAKARTA. Otot rupiah masih loyo hingga perdagangan sore ini. Pemangkasan suku bunga acuan (BI Rate) yang di luar dugaan, telah menekan rupiah.Rupiah tergerus 0,7% ke posisi Rp 9.033 per dollar AS pada pukul 15.10 di Jakarta. Dalam sepekan ini pun, mata uang Garuda tercatat telah terdepresiasi sebesar 0,6%. Ini pelemahan tertajamnya sejak November lalu.Kemarin, bank sentral menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,75%. Hanya empat dari total 15 ekonom yang disurvei Bloomberg mempediksi terjadinya pemangkasan bunga acuan. Sebagian besar menduga BI akan mempertahankan bunga acuan di level 6%. Aksi jual di pasar saham melemahkan posisi rupiah. Dalam sepekan, asing tercatat telah menjual saham domestik sebesar US$ 196 juta hingga penutupan perdagangan kemarin (9/2).Rupiah semakin tertekan, karena pemimpin Eropa menunda persetujuan paket penyelamatan untuk Yunani. Yunani harus lebih dulu meloloskan paket penghematan terbaru dalam bentuk peraturan, dan menyepakati pemangkasan belanja, sebelum pemerintah Euro meloloskan bailout. Di sisi lain, harga obligasi terus menanjak seiring pemangkasan bunga acuan. Di tahun ini, kepemilikan asing di surat utang pemerintah meningkat 5,7% hingga 7 Februari.Gubernur BI Darmin Nasution mengklaim, bank sentral telah campur tangan ke dalam pasar valuta asing dan obligasi untuk mencegah volatilitas."Sebagai respons kebijakan untuk menjaga stabilitas sistem makro dan keuangan, bank sentral menerapkan strategi intervensi ganda dalam pasar valas dan obligasi secara bersamaan. Strategi ini telah menstabilkan, baik rupiah maupun obligasi," kata Darmin, hari ini, di Jakarta.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sepekan, rupiah keok 0,6%
JAKARTA. Otot rupiah masih loyo hingga perdagangan sore ini. Pemangkasan suku bunga acuan (BI Rate) yang di luar dugaan, telah menekan rupiah.Rupiah tergerus 0,7% ke posisi Rp 9.033 per dollar AS pada pukul 15.10 di Jakarta. Dalam sepekan ini pun, mata uang Garuda tercatat telah terdepresiasi sebesar 0,6%. Ini pelemahan tertajamnya sejak November lalu.Kemarin, bank sentral menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,75%. Hanya empat dari total 15 ekonom yang disurvei Bloomberg mempediksi terjadinya pemangkasan bunga acuan. Sebagian besar menduga BI akan mempertahankan bunga acuan di level 6%. Aksi jual di pasar saham melemahkan posisi rupiah. Dalam sepekan, asing tercatat telah menjual saham domestik sebesar US$ 196 juta hingga penutupan perdagangan kemarin (9/2).Rupiah semakin tertekan, karena pemimpin Eropa menunda persetujuan paket penyelamatan untuk Yunani. Yunani harus lebih dulu meloloskan paket penghematan terbaru dalam bentuk peraturan, dan menyepakati pemangkasan belanja, sebelum pemerintah Euro meloloskan bailout. Di sisi lain, harga obligasi terus menanjak seiring pemangkasan bunga acuan. Di tahun ini, kepemilikan asing di surat utang pemerintah meningkat 5,7% hingga 7 Februari.Gubernur BI Darmin Nasution mengklaim, bank sentral telah campur tangan ke dalam pasar valuta asing dan obligasi untuk mencegah volatilitas."Sebagai respons kebijakan untuk menjaga stabilitas sistem makro dan keuangan, bank sentral menerapkan strategi intervensi ganda dalam pasar valas dan obligasi secara bersamaan. Strategi ini telah menstabilkan, baik rupiah maupun obligasi," kata Darmin, hari ini, di Jakarta.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News