KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat arus keluar modal asing atau
outflow sebesar Rp 2 triliun dalam sepekan terakhir, yaitu hingga Kamis (21/11). Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut
, outflow modal asing paling besar terjadi pada pasar Surat Berharga Negara (SBN) yaitu sebesar Rp 1 triliun. Sementara,
outflow yang terjadi di pasar saham sekitar Rp 400 miliar, dan pasar obligasi korporasi sebesar Rp 500 triliun.
Ada dua faktor yang menurut Perry menjadi penyebab terjadinya
outflow sepanjang pekan ini.
Baca Juga: Ekonom: Cadangan devisa butuh sokongan yang lebih kuat Pertama, adanya aksi ambil untung oleh investor jelang akhir tahun. “Biasanya investor, terutama investor jangka pendek, akan menghitung sudah mendapat keuntungan atau belum. Kalau untung, mereka akan menarik dananya dan biasanya kembali masuk pasar lagi di awal tahun,” terang Perry, Jumat (22/11). Alasan kedua, lanjut Perry, akibat faktor global terutama sinyal tertundanya lagi kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China. Hal ini membuat investor kembali mengantisipasi risiko keberlanjutan perang dagang dan memilih melakukan
risk-off. Kendati demikian, Perry meyakini terjadinya
outflow dalam pekan ini merupakan hal yang normal. Setidaknya tercermin dari pergerakan nilai tukar rupiah yang relatif stabil pada kisaran Rp 14.000-Rp 14.100 per dolar AS. “Jadi ini pola musiman akhir tahun saja dan adanya
risk-off dari AS-China. Rupiah tetap stabil dan mekanisme pasar berjalan baik. BI tetap berada di pasar untuk langkah stabilisasi jika memang diperlukan,” tandas Perry.
Adapun sepanjang tahun ini atau secara
year-to-date (ytd), Indonesia masih mengalami aliran masuk modal asing alias
inflow yang cukup besar yaitu Rp 220,9 triliun.
Baca Juga: Reli pasar obligasi kembali tertahan, ini penyebabnya Terdiri dari aliran modal sebesar Rp 174,5 triliun ke pasar SBN, Rp 45,3 triliun ke pasar saham, dan sisanya Rp 1,6 triliun ke pasar obligasi korporasi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi